09 - 1: Prolog

194 11 0
                                    

“Di sana!” seru suara Kim Byeongin di luar, dan tiba-tiba, entah mengapa suara itu memotivasi Cheoljong untuk … “Malam ini aku tidak akan mematuhi ‘No Touch’,” katanya, dan dia mencium bibir Bonghwan.

 “Di sana!” seru suara Kim Byeongin di luar, dan tiba-tiba, entah mengapa suara itu memotivasi Cheoljong untuk … “Malam ini aku tidak akan mematuhi ‘No Touch’,” katanya, dan dia mencium bibir Bonghwan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Yang Mulia, Anda baik-baik saja?!” Kim Byeongin menerobos masuk ke Rumah Utama, dan menyaksikan segalanya. Betapa membelalak mata Kim Byeongin ketika melihat sepupu yang dicintainya berciuman dengan ‘pria lain’. Bonghwan, yang awalnya juga kaget, kini menerima pula ciuman Cheoljong dan menikmatinya. Itu membuat Kim Byeongin semakin kalut dan marah.

Dan, Tuanku Kim Mungeun pun sama terbangun, karena mendengar ribut-ribut di luar. Dia keluar dari kamarnya dengan masih mengantuk, dan, “Hah? Siapa itu, beraninya—”

Tanggung terjadi, kali ini Bonghwan mencium Cheoljong lebih lekat, bahkan mendorongnya hingga ke pintu. Setelah diamat-amati, Tuanku Kim Mungeun pun menyadari bahwa pria yang berpakaian seperti pelayan itu adalah menantunya, Raja Cheoljong. Tanpa malu, mereka berciuman panas di depan kakak dan ayah Ratu. Hati Kim Byeongin sangat sakit dibuatnya.

“Mari. Kita pergi dari sini,” kata Tuanku, seraya mendorong-dorong Kim Byeongin pergi dari lorong kamar putrinya ini.

Sepeninggal ‘para saksi’, ciuman Cheoljong dan Bonghwan tidak berakhir, justru semakin panas dan lengket. Kini giliran Bonghwan yang menempel di pintu, Raja Cheoljong bernapas tepat di depan hidungnya, dan mereka mulai lagi.







Kim Byeongin dan Tuanku Kim Mungeun pergi hingga ke pekarangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Byeongin dan Tuanku Kim Mungeun pergi hingga ke pekarangan. Kim Byeongin tampak sangat murka, sedangkan Tuanku meratap, “Aku menyediakan kamar terpisah agar mereka beristirahat tanpa terganggu, hh, tapi rupanya pemikiranku itu salah.”

“Saya masuk karena mendengar ada yang pecah,” kata Kim Byeongin, dan dia sama sekali tak menyangka yang dilihatnya kemudian adalah adegan itu, begitu pula dengan Tuanku; terbangun karena mendengar suara pecah juga disertai pintu kamarnya sedikit robek.

“Ini meresahkan, harus diselidiki.”

“Tapi itu akan mengganggu,” kata Tuanku, dan BRAK, suara-suara terdengar dari arah rumah. Rupanya ciuman ‘mereka’ terus berlanjut ke dalam kamar, dan menjatuhkan beberapa keramik.

Tuanku meratap lagi, “Ah, jika begini, seluruh rumah bisa runtuh. Tidak ada yang bisa mengendalikan gairah pengantin baru. Jangan diganggu,” katanya, kemudian, pada Kim Byeongin, dan suara benda berjatuhan terus terdengar hingga sangat ramai.

“Tutup telinga kalian,” dan, “Baik,” semua prajurit Kim Byeongin menerima perintahnya untuk sedikit menjauh dari Rumah Utama.

“Hh, sebaiknya aku pun pindah tidur saja ke Rumah Tamu. Kau akan tetap di sini? Berjaga?”

“Ya,” jawab Kim Byeongin, dengan sangat sakit.

“Selamat bekerja,” ucap Tuanku, lantas pergi menuju Rumah Tamu, meninggalkan Kim Byeongin yang semestinya adalah orang yang paling tidak boleh berada dekat-dekat dengan adegan yang terjadi di dalam Rumah Utama. Dia BENAR-BENAR marah.

Di dalam Rumah Utama sendiri, di kamar Soyong tepatnya, semua benda sudah tidak berada pada tempatnya lagi; pajangan-pajangan berjatuhan dan berserakan di lantai, lemari-lemari bergeseran tak karuan, dan … Cheoljong dan Bonghwan semakin lekat di alas tidur. Mereka masih berciuman, terus berciuman, dan menikmatinya hingga—tiba-tiba Bonghwan tersadar dan melepas ciumannya.

Cheoljong kaget sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cheoljong kaget sekali. Bonghwan tampak marah dan melotot, dan bahkan mengangkat lengannya untuk menampar Cheoljong, tapi … nyatanya dia menampar pipinya sendiri dan marah begini, “Kira-kira dong, kau, heh! Pffr! Pffr, pffr!” Bonghwan melepeh-lepeh ciuman tadi bahkan menggosok bibirnya keras sekali.

Raja kebingungan.

“Bertingkah juga kau akhirnya, huh? Nantang?!” Bonghwan bicara dengan Kim Soyong, yang mungkin selalu mengawasi dirinya dari langit sana, atau dari tubuh Bonghwan yang tak sadar di masa depan sana, atau bisa saja Kim Soyong masih berada di dalam tubuhnya sekarang ini. Pokoknya Bonghwan bicara dengan Kim Soyong.

Dengan kernyit, Cheoljong bertanya, “Sebetulnya dengan siapa kau bicara sekarang, dan siapa yang berani menantangmu, Ratu?”

“Kau jangan ikut campur,” kata Bonghwan, pada Cheoljong, “Ini tuh antara aku sama Kim Soyong. Selama AKU berada di dalam tubuhmu ini, maka hanya AKU-lah yang berhak mengendalikan tubuh ini. Pemilik tubuh ini tuh aku, roh yang menghuninya!” Bonghwan memukul-mukul tubuhnya sendiri dan membentak.

“Ah, kau masih mabuk rupanya?” simpul Raja Cheoljong, praktis, “Kau bahkan tak mampu membedakan mimpi dan kenyataan. Syukurlah.”

“Apa tuh maksudnya? Semabuk apa pun, aku tuh—”

“Sst.” Raja membungkam bibir Ratu dengan telunjuknya, tetiba. Dan, dia merangkul ratunya itu serta menepuk-nepuk bahunya dalam rangkulan, membimbingnya ke dalam tidur. Perlahan Bonghwan pun terpejam, tapi—

Seketika Bonghwan membuka mata dan berkata, “Tidak. Ini bukan mimpi. Gak mungkin kau ada di dalam mimpiku.”

Raja pun tersenyum, lantas, “Maaf, karena aku muncul di dalam mimpimu, Ratu,” dan BAK, dia menebas leher Ratu dengan pinggiran tangannya guna membuatnya pingsan. Cheoljong pun membiarkan Ratu terbaring di alas tidurnya, tanpa lupa memberinya selimut pula dan berpesan, “Lupakanlah mimpi buruk ini,” ucapnya, sebelum pergi untuk memulai aksi yang sesungguhnya.

 Cheoljong pun membiarkan Ratu terbaring di alas tidurnya, tanpa lupa memberinya selimut pula dan berpesan, “Lupakanlah mimpi buruk ini,” ucapnya, sebelum pergi untuk memulai aksi yang sesungguhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang