02 - 5 : Ratu Bonghwan yang Beretika Luhur

240 20 1
                                    

“Euargh!” Bonghwan telah kembali ke kamarnya dan melepas dang-ui-nya yang merepotkan serta melabuhkan diri di alas tidur dengan ‘semena-mena’

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Euargh!” Bonghwan telah kembali ke kamarnya dan melepas dang-ui-nya yang merepotkan serta melabuhkan diri di alas tidur dengan ‘semena-mena’. Dia kesal tentang Raja Cheoljong yang tidak mau ‘bekerja sama’ dan justru malah memperkeruh masalah.

Ketika itu, Hong Yeon datang dan memijati kaki Bonghwan; mulai dari telapak, betis, hingga paha, sehingga Bonghwan ber-haha-hoho karenanya, dan bahkan tertawa-tawa geli layaknya seorang pria yang sedang dicubit-cubiti wanita penghibur. Melihat itu, Dayang Choi merasa miris sehingga mendehem, dan Hong Yeon pun mundur dari pekerjaan pijat-memijatnya itu.

Bonghwan tiduran menyamping, dengan telapak kaki kanan menapak alas tidur dan tangan kiri menyangga kepala serta tangan kanan memegang perut. Dia akan mendengarkan ceramah Dayang Choi dengan santai kali ini. Dia siap untuk mendengarkan.

Dayang Choi berkata, “Yang Mulia, mulai hari ini kita akan mempelajari tentang etika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dayang Choi berkata, “Yang Mulia, mulai hari ini kita akan mempelajari tentang etika.”

“Oh? Aku tahu etika kok, apa lagi yang harus dipelajari?”

CHAK, Dayang Choi memecutkan bambu di tangannya dan berkata, “INI ADALAH BIMBINGAN CEPAT ETIKA ISTANA.”

“Hh. Males ah.” Bonghwan malah sengaja tiduran dan mengupil setelah berkata begitu, maka CHAK, CHAK, Dayang Choi memecutkan bambunya dua kali di tangan dan memberi tahu bahwa, “INI PERINTAH LANGSUNG DARI YANG MULIA IBU SURI AGUNG.”

Peduli amat aku beneran ‘teruji’ atau gak, yang penting bisa pulang. Menjilat hati Ibu Suri Agung lebih penting di sini. Bonghwan pun langsung duduk dan berkata, “Huh. Gini-gini, waktu umur empat tahun aku pernah ikut Sekolah Adat di Cheonghak-dong. Kau mau lihat, segimana beretikanya aku? Hm?” Bonghwan tidak takut akan ‘tantangan’ Dayang Choi. (Cheonghak-dong, desa pedalaman tanpa listrik dan sebagian besar penduduknya mempertahankan kebiasaan tradisional seperti menggelung rambut, mengenakan hanbok untuk pakaian sehari-hari, dan bertani dengan cara yang tradisional [trazy.com])

Meski tak mengerti apa itu ‘Sekolah Adat’ dan di mana itu ‘Cheonghak-dong’, Dayang Choi akan lihat sebagaimana beretikanyakah ratunya ini. Maka, pelajaran pertama ada tentang Tenang dan Sabar.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang