15 - 6: Fakta Baru

153 10 0
                                    

“Biro Ganda Tiga,” sebut Ibu Suri Agung, mencibir siasat baru Cheoljong—yang baru saja diceritakan Kim Byeongin padanya tanpa ada satu hal kecil pun yang terlewat, “akhirnya, mereka memanfaatkan ‘perbuatan’ para petinggi untuk meruntuhkan golongan...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Biro Ganda Tiga,” sebut Ibu Suri Agung, mencibir siasat baru Cheoljong—yang baru saja diceritakan Kim Byeongin padanya tanpa ada satu hal kecil pun yang terlewat, “akhirnya, mereka memanfaatkan ‘perbuatan’ para petinggi untuk meruntuhkan golongan kita.”

“Usah khawatir,” ucap Byeongin, tenang, “Jika mereka bermaksud mempersalahkan golongan atas kesewenang-wenangan, maka sesungguhnya tidak ada yang patut dipersalahkan.”

Ibu Suri Agung terus mendengarkan.

“Karena,” lanjut Kim Byeongin, “untuk melindungi diri sendiri, mereka pun tidak memiliki pilihan selain melindungi pula para petinggi yang mereka layani. Akhirnya, Biro Ganda Tiga hanya tertinggal cangkang tak berguna.”

Ibu Suri Agung mengangguk-angguk setuju, lantas, “Ingat; meski sementara ini kau harus bersekutu dengan Pungan Jo, jangan pernah sekali-kali kau lengah di hadapan Ibu Suri Jo. Bagaimanapun, meski dia tampak ramah di depan, sewaktu-waktu boleh jadi dia akan menusuk dari belakang.”

“Saya akan mengingatnya, Yang Mulia,” jawab Kim Byeongin, berjanji.

“Dayang Cheon!” Ibu Suri Agung memanggil.

“Ya, Yang Mulia.” Dayang Cheon datang.

“Bersihkan meja dan panggil Tabib Park.”

“Baik, Yang Mulia.” Dayang Cheon akan segera melaksanakan, semntara Ibu Suri Agung bangkit dari balik mejanya yang masih penuh; utuh dengan segala hidangan yang hampir tidak tersentuh sama sekali.

“Bukankah sebaiknya Anda makan lebih banyak lagi?” Kim Byeongin bukan mencoba kurang ajar dengan menasihati Ibu Suri Agung, hanya saja ….

“Aku tidak berselera,” jawab Ibu Suri Agung, lesu.

“Saya dengar, Anda senang akan hidangan yang dibuatkan oleh Yang Mulia Ratu. Mengapa ….”

“Sebetulnya rasanya tidak selezat itu,” sebut Ibu Suri Agung, mengenai hidangan buatan Ratu, “hanya saja … bisa dimakan. Sebatas itu.” Sebetulnya Ibu Suri Agung sungguh menyayangkan dirinya ‘tidak bisa’ menikmati lagi hidangan buatan Ratu, tapi ….

“Yang Mulia Ratu kini tengah bersedih,” ucap Kim Byeongin, berbohong—tapi ini menarik perhatian Ibu Suri Agung, “Beliau mempersalahkan Selir Agung, karena telah menjadi penghalang antara dirinya dan golongan. Serta, beliau pun sungguh menyesali; anggapan beliau mengenai golongan yang beliau pikir telah berpaling darinya.”

“Selir Agung?” Ibu Suri Agung mengernyit.

“Saya pun belum lama mendengarnya dari Tuanku,” Kim Byeongin menghasut, “bahwa yang membodohi Anda bukanlah Yang Mulia Ratu, melainkan Selir Agung.”

Ibu Suri Agung terheran akan fakta itu.


















Selir Agung, yang kurang-lebih tengah dipersalahkan oleh Kim Byeongin di hadapan Ibu Suri Agung, tengah bersiap untuk tidur. Dia telah memakai pakaian tidurnya serta mengurai gelung rambutnya. Tapi, lantas, Dayang Oh mengumumkan, dari luar, bahwa Yang Mulia Raja datang berkunjung. Tentu saja, dengan senang hati, Hwajin berdiri menyambutnya.

MR. QUEENWhere stories live. Discover now