02 - 1 : Prolog

274 23 1
                                    

“Kalau begitu, mari kita lepaskan,” Bonghwan meneguk araknya sekali habis, sementara Raja Cheoljong mulai mengurai pita hanbok-nya satu per satu.

“Eh? Eh? Bukan ‘lepaskan’ itu yang kumaksud. Eh?” Bonghwan kelabakan, tapi Raja Cheoljong melepas rompi hanbok-nya, bangkit untuk meniup lilin, dan … menangkap Bonghwan ke dalam pangkuan ketika ‘pria itu’ hendak menghajarnya dalam rangka membuatnya pingsan. Mereka berada dalam posisi gawat yang cukup panas.

 Mereka berada dalam posisi gawat yang cukup panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa?” tanya Raja Cheoljong terlebih dahulu.

“Kau yang kenapa? Ngapain matiin lilin?”

“Kurasa, cahaya bulan saja sudah cukup untuk menemani acara minum kita malam ini. Jadi kumatikan lilinnya,” jelas Raja Cheoljong, tenang, dan itu membuat Bonghwan malu sendirian.

“Kalau aku, yah, hanya,” Bonghwan menjelaskan sambil kembali ke tempat duduknya semula, “ingin membantumu melegakan tenggorokan saja gitu, sebelum minum lebih banyak. Semacam pemanasan.”

PLAK. Tiba-tiba Raja Cheoljong menampar leher Bonghwan.

“Apa-apaan sih, hah?” salak Bonghwan, dengan terbatuk-batuk.

“Membantumu melegakan tenggorokan juga. Hulk,” dan Raja Cheoljong juga menampar tenggorokannya sendiri dan terbatuk, dengan sangat bodoh—membuat Bonghwan yang tadinya curiga kalau Raja Cheoljong ini sebenarnya pintar justru jadi semakin meremehkannya.

“Nah, sekarang tenggorokan sudah siap, silakan minum sampai puas,” kata Raja Cheoljong, dan dia juga kembali ke tempat duduknya semula, berhadapan dengan ‘Bonghwan’.

“Gak seru, kalau minum sendirian!” seru Bonghwan, protes.

“Oh, aku tidak terpikir sampai ke sana. Kalau begitu,” Raja Cheoljong menuang arak dari teko lain ke gelasnya sendiri, lalu meneguknya sekaligus dan berkata, “Aih, berkat pemanasan tenggorokan tadi, araknya jadi benar-benar tertelan dengan baik.”

Hah? Memangnya aku ngapain? Oh, di saat seperti ini aku tidak boleh diam saja. Lalu Bonghwan menuangkan lagi arak ke gelas Raja Cheoljong dari teko yang ada di sampingnya, tapi Raja Cheoljong ‘bukan menolak’ minuman yang dituangkan ratu untuknya itu dengan sopan.

“Nah, ayo minum lagi?” kata ‘Ratu’, heboh.

“Kau juga harus minum, Ratu.”

“Kau duluan saja yang minum, Raja.”

“Kau dulu, Ratu.”

Ish, dasar bedebah gila. Kau ganti strategi, hah? Aku tahu isi pikiran kotormu itu. Bonghwan menghardik Raja Cheoljong dengan jijik.

“Kalau begitu, kita minum segelas saja, lalu tidur, mengingat hari ini telah sangat melelahkan,” kata Raja Cheoljong, dan dia meneguk arak yang tadi.

“Kenapa? Kan baru mulai. Jangan begitulah. Ayo, yang jantan, yang gentle, tuang minumannya dan one shot! One shot!” aba-aba Bonghwan beberapa kali, tapi rupanya Raja Cheoljong sudah tidak ada di depannya dan telah berdiri menghadap alas tidur dan berkata, “Aku mudah terbangun saat tidur. Sebaiknya kau jangan tidur terlalu dekat denganku.” Lalu pergi menuju alas tidur dan menggulung dirinya dengan selimut.

” Lalu pergi menuju alas tidur dan menggulung dirinya dengan selimut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonghwan menganga melihat itu.

Muslihat macam apa itu? Kenapa dia … Apa yang … Raja Cheoljong benar-benar hanya tidur di balik selimut itu, tanpa berusaha memikat atau apa pun seperti yang Bonghwan pikirkan.

Oooh, jadi cerita tentang Raja Cheoljong yang gila wanita dan candu alkohol itu gak bener rupanya? Chist. Aku sudah takut duluan. Tapi, aku TETAP gak boleh lengah. Bonghwan mengikat kuat pita rompi dang-ui-nya untuk berjaga-jaga jika saja Raja Cheoljong itu terbangun di tengah tidur dan berbuat yang ‘tidak-tidak’ padanya.

Sekarang Bonghwan juga akan tidur, tapi … Ish, dasar serakah. Ngabisin tempat banget tidurnya. Maka Bonghwan berusaha menarik salah satu lapisan alas tidur yang sedang ditiduri Raja Cheoljong, sehingga dia terbangun, “Oh-huh, Ratu? Aku bukan tidak memahami perasaanmu, tapi malam ini aku benar-benar hanya ingin tidur.”

“Aih, bukan begitu. Aku ini tumbuh dalam kemewahan, jadi aku gak bisa, tuh, tidur di lantai gitu aja. Minta satu-lah,” ‘Ratu’ mencoba menarik-narik satu dari tiga lapisan alas tidur yang ditiduri Raja Cheoljong itu.

“Aku, pun, tidak bisa tidur kecuali di atas tiga lapis alas tidur. Tidak mungkin kau dibesarkan dalam kemewahan yang lebih daripada seorang raja. Nah, ambil itu,” Raja Cheoljong melemparkan sebuah bantal untuk tidur ‘ratunya’, dan dia sendiri kembali tidur.

Chist, anak tukang kayu doang, juga? Dia pikir, aku gak tau? Belagu. Bonghwan kesal, tapi, yah, mau bagaimana lagi? Dia tidur saja di lantai dengan hanya sebuah bantal itu. Tapi dia tidak bisa tidur, bantalnya terlalu keras, dan semua ini terasa sangat tidak nyaman. Uh, berkali-kali Bonghwan mencari posisi yang bagus untuk tidur; dari terlentang, menyamping, hingga tengkurap, tapi tidak ada yang bisa membuatnya tidur.

Ketindihan, baru tahu kau! Bonghwan menyumpahi Raja Cheoljong dan … Telanjur gak bisa tidur sih, yah, aku bergadang sajalah malam ini. Huh, hidup memang sulit. Tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Bonghwan, dengan niat tak bulatnya, bertekad untuk tetap terjaga semalaman ke depan. Semoga dia bisa ‘selamat’ melalui malam ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang