18 - 7: Terpojok

82 4 0
                                    

Dalam kurungan yang membosankan, Hong Byeolgam menempel di sisi pintu dan terus berusaha membuka kunci kurungan itu dengan berbagai cara, sedangkan Pangeran Yeongpyeong tengah dalam proses berpikir keras di sudut kurungan untuk membawa kembali Yan...

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Dalam kurungan yang membosankan, Hong Byeolgam menempel di sisi pintu dan terus berusaha membuka kunci kurungan itu dengan berbagai cara, sedangkan Pangeran Yeongpyeong tengah dalam proses berpikir keras di sudut kurungan untuk membawa kembali Yang Mulia Raja ke istana ini.

“Ah, bagaimanapun Yang Mulia Raja harus segera kembali,” gumam Pangeran Yeongpyeong, sementara yang digumamkan oleh Hong Byeolgam adalah, “Aiy, kunci bodoh seperti ini seharusnya bisa kuhancurkan dengan satu tangan. Uh! Uh!” dan BRUK, kunci itu benar-benar membuka ketika Pangeran Yeongpyeong datang untuk membantu, tetapi … Hong Byeolgam buru-buru memasangkannya lagi saat Kim Hwan datang.

“Komandan Hong,” panggil Kim Hwan, lemas.

Hong Byeolgam dan Pangeran Yeongpyeong lantas berdiri untuk menghormati kedatangannya, meski kedatangannya ini agak disayangkan karena telah membuat Hong Byeolgam refleks memperbaiki kunci kurungan yang telah berhasil diurai tadi.

“Apakah kalian berdua baik-baik saja?” tanya Kim Hwan, khawatir.

“Kau sedang apa di sini?” Hong Byeolgam sebetulnya terlalu lelah untuk mengobrol, dan Pangeran Yeongpyeong otomatis menyerahkan obrolan itu pada Hong Byeolgam yang memang lebih akrab dengan Kim Hwan daripada dirinya.

“Aku dekat dengan semua orang di istana ini, termasuk denganmu,” ucap Kim Hwan, menyentuh hati. Katanya, “Aku tidak percaya kalian dikurung hanya karena berteman dekat dengan Yang Mulia Raja. Usah khawatir, kalian akan segera keluar dari kurungan ini.”

“Aih, biarpun hanya ucap belaka, aku cukup senang mendengarnya.” Hong Byeolgam putus asa, pun dengan Pangeran Yeongpyeong yang tidak mengatakan apa-apa, “Aku tak menyangka, kau tetap setia meski keadaan berubah sampai sejauh ini.”

“Tentu saja. Kau berteman denganku bukan karena aku anggota Keluarga Ansong Kim, bukan?” tebakan Kim Hwan yang ini salah, dan Hong Byeolgam seketika merasa tidak enak padanya, sementara Kim Hwan berkata, “Aku pun berteman denganmu bukan karena kau teman dekat Yang Mulia Raja.”

“Oh, yah,” hanya itu yang bisa Hong Byeolgam katakan.

“Tetapi,” ucap Kim Hwan serius, “kini baik di dalam maupun di luar istana, kekacauan tengah melanda. Semua orang berkeras ingin memberantas Kaum Tani karena mereka telah membunuh Yang Mulia Raja. Aku takut, banyak orang yang tidak berdosa akan ikut terluka. Terlebih, semalam Yang Mulia Ratu pun menghilang dari istana.”

Sontak, Pangeran Yeongpyeong pun bereaksi atas informasi itu. Dia dan Hong Byeolgam sangat ingin tahu detailnya, “Bagaimana itu maksudnya? Ratu menghilang dari istana?”

“Tampaknya beliau menyengaja pergi dari istana,” pikir Kim Hwan, murni, “Beliau membawa serta dayang dan pelayannya. Tadi pun Byeongin Hyungnim bertolak untuk mencarinya, tapi … tampaknya ada yang tidak beres.”

“Tidak beres bagaimana maksudmu?” Hong Byeolgam perlu tahu itu, dan … tanpa disangka-sangka, jawaban Kim Hwan adalah, “Boleh jadi ini hanya firasatku belaka, tetapi … rasa-rasanya Byeongin Hyungnim hendak pergi untuk mencelakai Yang Mulia Ratu.”

MR. QUEENDonde viven las historias. Descúbrelo ahora