15 - 7: Yang Kausembunyikan

214 11 0
                                    

Cheoljong, Hong Byeolgam, dan Pangeran Yeongpyeong tengah berdiskusi di ruangan Hong Byeolgam di Biro Persenjataan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cheoljong, Hong Byeolgam, dan Pangeran Yeongpyeong tengah berdiskusi di ruangan Hong Byeolgam di Biro Persenjataan. Mereka membicarakan tentang, “Kiranya bagaimana Ibu Suri mendapatkan buku itu?”

“Kita pun sudah mencoba segala cara tapi tak pernah menemukannya,” sambung Hong Byeolgam, atas pertanyaan Raja tadi, sementara Pangeran Yeongpyeong hanya diam.

“Kalau begini, tidakkah sebaiknya kita pilih beliau saja untuk menjadi anggota Biro Ganda Tiga?” pikir Hong Byeolgam, dan idenya itu segera ditarik kembali karena memang hanyalah lelucon belaka. Baik Raja maupun Pangeran Yeongpyeong tidak merasa lelucon itu lucu.

“Aku hanya kesal saja, Ibu Suri nyatanya ‘lebih baik’ dibanding aku yang bisa bebas keluar-masuk istana,” curhat Hong Byeolgam, “Tapi ini sungguh tidak bisa dimengerti,” lanjutnya lagi, “bagaimana Ibu Suri yang sehari-hari hanya duduk diam di Balai Seonwon bisa mendapatkan catatan rahasia itu?”

“Tentu beliau memiliki ‘orang’ untuk mengerjakan semua itu,” sebut Pangeran Yeongpyeong, bukan membela Ibu Suri.

“Hmm, jika begitu, kita pilih mereka saja!” pikir Hong Byeolgam, terkait anggota Biro Ganda Tiga.

“Lantas, bagaimana dengan lukisan Topeng Dokkaebi? Apa sudah selesai kaukerjakan?” tanya Raja, pada Hong Byeolgam.

“Aih. Belakangan ini aku sangat sibuk; memerdekakan ibu Dam Hyang dari perbudakan, belum lagi mencari ayahnya yang hilang.”

“Bukankah kau gagal menemukan orang itu?” sela Pangeran Yeongpyeong, seolah meluruskan.

“Kaupikir mudah, menemukan orang yang bersembunyi di pegunungan? Aku sendiri yakin, pria itu sudah tentu telah jauh dari kota. Hh, dan sebetulnya,” Hong Byeolgam kembali ke mode atasan-bawahan dengan Raja Cheoljong, “belakangan saya lebih tertarik memikirkan libur yang bisa saya ambil setelah menelik nanti. Saya sudah sangat TIDAK SABAR untuk mengerjakan tugas itu!”

“Aih. Tapi, maksudku adalah—”

Pangeran Yeongpyeong mengkode Raja untuk tidak usah meluruskan kesalahpahaman Hong Byeolgam mengenai ‘hari libur’. Biarkan saja Hong Byeolgam berpikir sesukanya, supaya penelikan di luar kota bisa berjalan dengan baik.

“Omong-omong, Yang Mulia,” Hong Byeolgam terus bicara, “mengapa Anda tidak sekalian saja mengirim saya sebagai mata-mata, bukannya penelik? Itu … akan lebih hebat kedengarannya ….”

Pangeran Yeongpyeong meminta Raja untuk mengiyakan saja apa pun yang Hong Byeolgam katakan, sementara Raja hanya menganga kebingungan, mendengar segala cerocosan Hong Byeolgam.

“Begini ya? Diam-diam saya mengawasi gerakan setiap orang, lantas, setelah mendapatkan bukti nyata, tiba-tiba saya BHAM! Menunjukkan lencana Raja.” Hong Byeolgam sok-sokan mengeluarkan telapak tangan, seolah di sana benar-benar terdapat lencana Raja yang terbuat dari emas.

MR. QUEENWhere stories live. Discover now