04 - 1: Prolog

190 15 1
                                    

Raja Cheoljong dan Ratu Bonghwan duduk bersama di Balai Daejo

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Raja Cheoljong dan Ratu Bonghwan duduk bersama di Balai Daejo. Sebagai kawan bicara, Raja Cheoljong secara khusus menyiapkan teh melati yang berasal dari negeri Arab. Hong Yeon meracik teh tersebut di hadapan mereka berdua.

Bonghwan menghirup aroma teh yang sedang diaduk-aduk itu dan, “Oh, jasmine tea. Mm, wanginya sangat—” Bonghwan ingat aroma ini. Dia menciumnya pada malam itu, di seluruh ruangan, juga dari pria bukan perampok itu. Siapa dia? Dan setelah diingat-ingat, dipikir-pikir kembali, wajah pria itu, tatapan matanya, persis seperti ….

“Kau. Kaulah orangnya,” gumam ‘Ratu’, sementara Raja Cheoljong telah bersiap untuk menunjamkan belatinya, tapi, “Kaulah yang kubutuhkan saat ini. Teh.” Bonghwan tidak akan mengungkapnya sekarang juga, dan Raja Cheoljong menyarungkan kembali belatinya disertai pura-pura senyum dan berkata, “Syukurlah kau menyukainya.”

Tapi Bonghwan sangat berfokus pada kebusukan Raja Cheoljong itu hingga, “Yang Mulia, mengapa wajah Anda pucat sekali? Anda juga berpeluh,” kata Hong Yeon, cemas, lantas dia melap wajah ratunya itu. Kesempatan ini Raja Cheoljong gunakan untuk memasukkan serbuk jamur ke cangkir Ratu.

“Oh, tak apa,” kata Bonghwan, pada Hong Yeon, “Aku hanya sedikit lelah karena kemarin bergadang.”

“Untuk itulah aku menyiapkan teh ini. Minumlah dan kau akan tertidur dengan nyenyak. Cecaplah,” kata Raja Cheoljong, pada Hong Yeon.

Hong Yeon pun menuang sedikit ke cangkir sisa dan menyesapnya. Setelah dipastikan tidak ada yang tidak beres dengan teh itu, dia menyilakan raja dan ratunya untuk minum. Ini adalah salah satu protokol wajib kerajaan sebelum para anggota keluarga kerjaan mana pun menyantap hidangan mereka. Hong Yeon dibiarkan pergi, dan Raja Cheoljong menuangkan teh untuk ratunya.

“Minumlah. Aromanya sedap sekali,” ucap Raja Cheoljong, lantas dirinya sendiri pun menyesap teh itu.

Takut, Bonghwan meraih cangkir tehnya dengan gemetar. Dia hampir tidak sanggup membawa cangkir itu menuju bibirnya. Bonghwan meyakinkan diri sementara cangkir semakin dekat ke bibirnya, Aku harus pura-pura tidak tahu. Ya. Kalau ingin hidup, aku harus pura-pura tidak tahu. Tapi kenapa rasanya dia terus mendesakku minum ya? Jangan-jangan! Racun?

Sontak, Bonghwan langsung menutup bibirnya kuat-kuat dan meletakkan cangkirnya di meja. Dia belum meminum setetes pun teh itu meski cangkir telah menyentuh bibirnya.

“Apa yang membuatmu begitu terkejut?” Raja Cheoljong.

“Hm? Tehnya. Rasanya nikmat sekali.” Bonghwan terbata-bata.

“Syukurlah. Kapan terakhir kali kau makan? Sudah lamakah?”

Kalau perutku kosong, racunnya akan bekerja lebih cepat. Itu yang ingin dia tahu.

“Belakangan ini kok, kau perhatian sekali padaku?” Bonghwan berwaspada.

“Sebelumnya aku sungguh sibuk,” kata Raja Cheoljong, tenteram, “Jika tidak, sesungguhnya aku selalu menaruh perhatian padamu dan keluargamu, Ratu.”

MR. QUEENTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon