12 - 9: Sekumpulan Pembelot

197 10 1
                                    

Susunan acara terakhir Festival Dano akan segera dimulai, dan Bonghwan terlambat bergabung dengan jajaran wanita penghuni Istana Dalam yang sebenarnya belum lama menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Susunan acara terakhir Festival Dano akan segera dimulai, dan Bonghwan terlambat bergabung dengan jajaran wanita penghuni Istana Dalam yang sebenarnya belum lama menunggu. Bonghwan merunduk-runduk melewati Selir Hong, Jo Hwajin—Jo Hwajin mencium bau minyak dari tubuh ‘Bonghwan’ ketika dia melintas di depannya, Ibu Suri, yang lantas berkomentar, “Mengapa kau baru datang sekarang?” menarik perhatian Ibu Suri Agung.

“Oh, itu …” Bonghwan baru saja hendak mengarang cerita, tapi seketika Hwajin menjawab, “Ampun, Yang Mulia. Ini karena keteledoran saya, yang tanpa sengaja mengenai Yang Mulia Ratu dengan anak panah.”

Ibu Suri berubah sumringah, seraya bertanya, “Apakah … kau terluka?”

“Tidak, saya baik-baik saja, Yang Mulia,” jawab Bonghwan, rendah hati. Katanya, “Saya hanya terlalu lelah sehabis Lomba Berburu tadi, sehingga jatuh tertidur selagi berganti pakaian.”

“Ish, ssh,” desis Ibu Suri, sial.

Bonghwan pun duduk di kursi ratunya, yang menyatu dengan kursi Raja yang masih kosong, di sebelah kiri Ibu Suri. Entah bagaimana, dia menyadari rasanya ada yang mengganjal di balik rok dan rupanya itu adalah celemek. Sebelum dilihat banyak orang, Bonghwan buru-buru menjejalkan kembali celemek itu ke balik roknya, tapi Hwajin sudah telanjur melihat.

Hwajin berbisik pada Ibu Suri, “Yang Mulia, tepatnya kapan ‘selingan’ yang telah Anda siapkan itu akan dipertunjukan?”

“Nanti,” jawab Ibu Suri, berbisik juga, “Raja telah bersusah payah mempersiapkan perjamuan ini, tunggulah sebentar lagi.”

Huh, Hwajin sudah agak tidak sabar.

Dengan rapi dan teratur, seolah tidak ada yang mengetahui, Dayang Choi juga bergabung dengan barisan para dayang tak jauh dari altar. Dia sungguh merasa malu karena datang begini terlambat, berbeda dengan ratunya yang ‘biasa-biasa’ saja dan justru bahkan berlagak sok.

Tak lama, Raja pun naik ke altar, dan mengumumkan, “Kepada para tamu sekalian yang telah berbesar hati ikut merasakan penderitaan rakyat akibat kelaparan, sebelum perjamuan ini ditutup, ada yang harus saya sampaikan.”

Ibu Suri Agung tidak merasa perlu mendengarkan, sementara seisi pekarangan Istana Raja ini diam dalam khidmat.

Ibu Suri Agung tidak merasa perlu mendengarkan, sementara seisi pekarangan Istana Raja ini diam dalam khidmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang