15 - 5: Kiat Balas Dendam

135 12 6
                                    

“Tuanku!” sapa Kim Byeongin, sembari menghampiri, ketika secara kebetulan dirinya melihat Tuanku Kim Mungeun di sekitaran Aula Seonjeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tuanku!” sapa Kim Byeongin, sembari menghampiri, ketika secara kebetulan dirinya melihat Tuanku Kim Mungeun di sekitaran Aula Seonjeong.

“Oh, Menteri Perang!” sapa Tuanku, membalas.

“Aih. Anda menggoda saya ya?”

“Tidak. Siapa yang menggoda?”

“Jika begitu, panggil saya ‘Byeongin’ seperti biasanya saja, Tuanku, agar lebih nyaman,” kata Byeongin, belum terbiasa dengan ‘panggilan’ barunya dan walau bagaimanapun Tuanku Kim Mungeun adalah pamannya.

“Hh, sebetulnya,” Tuanku bicara, “aku mencarimu karena ada yang perlu kubicarakan mengenai Soyong; Yang Mulia Ratu.”

“Kebetulan, saya pun memiliki hal yang mesti disampaikan terkait beliau,” jawab Kim Byeongin, seketika membuat Tuanku Kim Mungeun cemas.

















Ratu, yang mungkin tengah ‘dibicarakan’ oleh ayah dan kakak sepupunya, justru sedang berkonsentrasi penuh membuat hidangan santap siang di Dapur Istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratu, yang mungkin tengah ‘dibicarakan’ oleh ayah dan kakak sepupunya, justru sedang berkonsentrasi penuh membuat hidangan santap siang di Dapur Istana. Dia betul-betul memerhatikan setiap detailnya, sementara Dayang Choi … berdiri beberapa meter di sisi kirinya tanpa bergerak bak CCTV.

Buk! Buk! Manbok menggebrak-gebrakkan topi memasaknya ke paha. Maksudnya, supaya Dayang Choi melihat bahwa dia memakai ikat rambut yang tempo hari Dayang Choi berikan padanya dari ‘memungut di jalan’. Tapi, betapa pun Manbok ‘mengacung-acungkan’ rambutnya yang berikat pita biru itu, fokus Dayang Choi tetap; hanya satu, pada Yang Mulia Ratu. Sehingga Manbok teruuuus saja mondar-mandir di muka Dayang Choi dengan membungkuk-bungkuk pura-pura mencari sesuatu sampai akhirnya Dayang Choi, “Sudah, saya sudah lihat.”

“Hmh,” Manbok mendesis gembira, lantas, “Hey! Siapa suruh kau boleh memegang pisau? Kau belum lama di sini!” Manbok pura-pura memarahi anak buahnya supaya terlihat keren, lalu bergumam mengeluh pada Dayang Choi bahwa, “Aih. Aku tak mengerti akan para pemasak zaman sekarang. Mereka berani betul melawan perintahku bahkan menolak ajakanku minum bersama. Padahal aku berniat baik hendak membayari makan mereka.”

“Saya juga,” Dayang Choi bercerita, “tidak mengerti akan para pelayan masa kini. Ketika saya berkata ‘tidak mengapa kalian terlambat satu waktu’, mereka sungguh terlambat satu waktu.”

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang