18 - 4: Raja Masih Hidup

114 12 0
                                    

Seperti Pangeran Yeongpyeong, Hong Byeolgam juga dipenjarakan atas kesalahan yang tak diperbuatnya. Dia diseret tanpa pemberitahuan dari ruang kerjanya di Biro Persenjataan Istana. Sementara … Kim Byeongin mengadakan pertemuan dengan beberapa anggota Keluarga Ansong Kim dan Pungan Jo di sebuah rumah bordil.

“Rasa-rasanya tidak pantas kita mengadakan pertemuan di rumah bordil seperti ini selagi dalam masa berkabung,” sebut Jo Manhong, sekadar bicara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Rasa-rasanya tidak pantas kita mengadakan pertemuan di rumah bordil seperti ini selagi dalam masa berkabung,” sebut Jo Manhong, sekadar bicara. Dia adalah orang yang terakhir datang.

“Aku memang sengaja memilih tempat ini, agar kita semua dapat sedikit bersantai,” jawab Kim Byeongin, benar-benar santai. Lantas, dia berkata, “Mari kita jujur saja pada diri masing-masing. Bukankah kematian Raja adalah hal yang perlu kita rayakan?”

“Erm! Ehm, ehm.” Jo Deokmun ‘berteriak’ kegerahan, sedang Kim Byunghak dan Kim Seokgeun diam-diam saling menyunggingkan senyuman; sependapat dengan Kim Byeongin.

“Silakan diminum,” ucap Kim Byeongin, lantas dirinya sendiri menuangkan arak ke cangkir.

Kim Byunghak bicara, sementara yang lain mulai menenggak, “Aku tak menyangka Kaum Tani akan menjadi seberani ini. Aku khawatir akan masa depan tanah Joseon.”

“Jika dibiarkan, mereka tentu akan menyerang ibu kota,” ‘lanjut’ Kim Byeongin, menakut-nakuti, “dan jika itu terjadi, semua yang hadir di sini tentu akan sulit untuk ‘diselamatkan’.”

Dehem-dehem menyindir kembali terdengar.

“Karena itulah, menurutku,” Kim Byeongin melanjutkan, “sebaiknya kita menutup seluruh gerbang istana dan semua benteng Hanyang, setidaknya selama Sangwibok ini berlangsung. Bagaimana menurut Anda sekalian?”

Kim Byunghak pikir, itu tidak buruk.

“Batasi segala macam kegiatan keluar-masuk, dan kurung siapa saja yang tampak mencurigakan. Dengan begitu, kita dapat memberantas seluruh Kaum Tani.” Kim Byeongin optimis sekali.

“Sungguh pemikiran yang cemerlang. Aku setuju itu.” Kim Seokgeun menjadi orang pertama yang menyatakan persetujuannya, lalu disusul oleh setiap orang yang hadir dalam pertemuan ini.
















Cekikik wanita penghibur memenuhi ruangan selepas Kim Byeongin meninggalkan tempatnya, tapi, dari balik pintu, dia masih mendengarkan percakapan parang orang tua yang tak bisa dipercaya itu.

“Saat ini Ratu mesti telah hilang akal. Hahahahahah.” Jo Manhong berpuas diri.

“Bukankah dia memang tidak punya akal?” Kim Seokgeun menyambung, dan gelak tawa semakin keras terdengar ke luar ruangan.

Kim Byunghak pun tidak mau ketinggalan. Dia berkata, “Dia mesti merasa hebat karena mengandung, tapi sekarang Raja telah meninggal, tentu dia akan kalut. Hahahahahaha.”

Jo Deokmun setuju. Katanya, “Sekarang, jika dia melahirkan seorang pangeran, boleh jadi dia akan menjadi ‘incaran’.”

“Hahahahahah. Kau ini cerdik rupanya. Pintar sekali.” Kim Byunghak memuji Jo Deokmun, lupa bahwa mereka sebetulnya tidak sepihak.

MR. QUEENWhere stories live. Discover now