16 - 4: Sebuah Ultimatum

156 11 0
                                    

Di lain pihak, kali ini Kim Byeongin juga mengunjungi Ibu Suri di Balai Seonwon, untuk menyampaikan bahwa, “Saya hendak mengajukan sebuah permintaan. Karena kini Anda telah berjabat tangan dengan golongan kami, saya harap Anda tidak lagi akan mengancam keselamatan Ratu yang merupakan bagian dari golongan kami.”

Ibu Suri tidak lantas menyetujui permintaan itu

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Ibu Suri tidak lantas menyetujui permintaan itu.

“Musuh kita adalah Raja,” sebut Kim Byeongin, mengingatkan, “Janganlah kita sama berselisih, yang hanya akan menguntungkan musuh.”

“Tentu saja,” ucap Ibu Suri, entah bohong, “baik jimat maupun ritual, sudah lama kutinggalkan.”

Lantas, Dayang Han datang mengantar seorang prajurit, yang membawakan sebuah kabar, yang tampaknya genting, untuk Menteri Perang Kim Byeongin. Raut muka Kim Byeongin setelah mendengar kabar yang dibisikkan membuat Ibu Suri waspada dan sangat ingin tahu.

















 Raut muka Kim Byeongin setelah mendengar kabar yang dibisikkan membuat Ibu Suri waspada dan sangat ingin tahu

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

“Yah, kalau aku ingin memahami ‘bahasa mereka’, aku harus membaca ‘buku mereka’. Susah banget jelasin istilah modern di sini. Kira-kira aku harus baca apa, ya, biar tahu bahasa harian Joseon?” tanya Bonghwan, pada Dayang Choi dan Hong Yeon, sambil melihat-lihat buku di Ruang Pustaka Istana ini.

“Buku semacam itu tidak ada di istana, Yang Mulia,” sebut Dayang Choi, dengan sangat disayangkan.

“Terus?”

“Anda,” Dayang Choi berpikir, “mesti pergi ke luar istana dan membeli novel kenamaan di Toko Buku Utama di sana.”

“Ooh, novel. Novel apa yang bagus?” Bonghwan penasaran.

“Aih,” Dayang Choi berwibawa, “Saya pun hanya sempat mendengar sepintas, belum pernah membaca satu pun.”

“Yang Mulia, saya tahu beberapa,” Hong Yeon mengajukan diri dengan semangat. Katanya, “Novel ini tentang seorang istri, tadinya si istri ini amat berbakti pada suaminya, tapi sang suami berkhianat hingga membunuhnya.”

Dayang Choi tahu cerita itu.

“ …. Tapi, si istri kemudian BANGKIT dari kematian, dan sebagai tanda kebangkitan dan pembalasan dendam, dia melukis sebuah TAHI LALAT di samping bibirnya.”

MR. QUEENOù les histoires vivent. Découvrez maintenant