16 - 1: Prolog

139 13 0
                                    

‘Tanpa sengaja’, Ratu menaruh panci panas di atas buku Dongmonseonseup yang merupakan buku miliknya yang sangat berharga di masa kecil, dan dia, “Oh! Oh! Oh! Auh, tidak, tidak. Auh! Ini berharga banget!” Refleks, Ratu segera mengangkat kembali panci panasnya dari buku dan meniu-niupi dan mengelus-elus buku itu, seolah buku tersebut terluka.
Cheoljong tercengang. Diam, dan … Bonghwan mengembalikan buku itu ke tempatnya; baik-baik, dengan sedikit perasaan bersalah.

“Ratu,” Raja bicara, hati-hati, “tahukah kau buku apakah ini? Apa yang membuat Dongmonseonseup ini menjadi berharga bagimu?”

“Ratu,” Raja bicara, hati-hati, “tahukah kau buku apakah ini? Apa yang membuat Dongmonseonseup ini menjadi berharga bagimu?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Mm, itu …” Bonghwan juga tidak tahu alasannya.

“Kaukah itu, Ratu?” tanya Raja, mendesak, dan di sisi lain semakin membingungkan Bonghwan, “Kaukah yang menolongku dari kematian saat itu, Ratu? Kaukah yang mengeluarkanku dari sumur?” Raja perlu tahu jawabannya, karena … karena jawabannya adalah ….

“Ya. Itu aku,” jawab Ratu, mengaku, dan ini AMAT mencengangkan, tapi, “Kau sudah lupa?” lanjut Bonghwan, sedikit kesal, “Kau lupa, kalau akulah yang mengeluarkanmu dari sumur waktu itu? Tanganku saja masih sakit sampai sekarang, tapi kau sudah lupa? Wah, keterlaluan.”

“Aku membicarakan peristiwa delapan tahun lalu,” Cheoljong meluruskan.

“Delapan tahun lalu, juga, kau jatuh ke sumur? Makanya, jangan suka bengong jadi orang.” Bonghwan malah menasihati, maka sadarlah Raja bahwa ‘bukan Ratu’ yang menyelamatkan dirinya dari sumur delapan tahun lalu.

“Lantas mengapa buku ini berharga bagimu?” Cheoljong tak mengerti.

“Dari kelihatannya juga, ini tuh antik banget. Kayak yang sering muncul di film dokumenter, begitu,” jawab Bonghwan, membela diri.

“Kau mengatakan hal yang aneh lagi,” desis Raja, mengenai ‘film dokumenter’, “Selepas memimpikan peristiwa delapan tahun lalu di sumur, aku lantas teringat padamu. Barangkali karena tempo hari kaulah yang mengeluarkanku dari sumur, semenjak itu pikiranku terus saja menghubungkanmu dengan anak perempuan yang kutemui di sumur delapan tahun lalu. Boleh jadi anak perempuan itu juga adalah—”

 Boleh jadi anak perempuan itu juga adalah—”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MR. QUEENWhere stories live. Discover now