08 - 3: Mungut di Jalan

195 19 3
                                    

Dongmongseonseup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dongmongseonseup. Sebuah buku mengenai Adab-adab Dasar untuk Anak itu terlihat cukup tua dan agak kotor. Di sudut kiri sebelah bawah tertulis pula nama pemiliknya yang telah luntur-luntur; Jo Hwajin. Hwajin masih menyimpan baik buku itu hingga sekarang di Bungalo Istana. Tapi tampaknya buku itu menyimpan kenangan sangat buruk hingga dia berusaha sekuat mungkin untuk menghapus namanya, dengan kuku-kuku jarinya sendiri. Melihat itu, Pangeran Yeongpyeong, “Yang Termulia?” menegur, seolah tak terjadi apa-apa.

Hwajin menoleh, lantas, “Di mana Yang Mulia Raja?” tanyanya, mencari.

“Beliau pergi mengunjungi Ratu.”

“Mengapa beliau pergi ke sana?” Hwajin cemas.

“Ratu sudah siuman. Lantas beliau menjadikannya alasan untuk sekaligus menggeledah kediaman Tuanku,” jelas Pangeran Yeongpyeong, tanpa ada yang dikurangi.

Meski begitu, Hwajin tetap tak bisa terima sehingga, KRAK. Kuku jempolnya patah karena marah.

“Anda terluka?” Pangeran Yeongpyeong cemas.

“Tak apa,” jawab Hwajin, membuat Pangeran Yeongpyeong sungkan, “Saya juga ingin pergi menjenguk beliau,” putusnya, tiba-tiba.








“Tak apa,” jawab Hwajin, membuat Pangeran Yeongpyeong sungkan, “Saya juga ingin pergi menjenguk beliau,” putusnya, tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah hutan yang JAUH dari pemukiman, Hong Byeolgam berfokus melatih pasukan Biro Senjata-nya. Dia tengah memilah empat anggota barunya ke dalam kelompok-kelompok yang telah ada. Dia berorasi, di depan keempat anggota baru itu, sembari menilai, “Kurus, gemuk, tinggi, pendek. Perawakan boleh berbeda, tetapi SATU kesamaan kalian; adalah mata. Kalian memiliki penglihatan yang bagus untuk membidik. Karenanya kalian kupilih langsung menjadi seorang penembak.”

Pria Pendek menyela, “Tubuh saya tinggi semampai. Lantas di kelompok manakah saya akan berdiri, Komandan?”

“Oh? Kau berdirilah di kelompok ‘bebal’.”

“Oooh,” Pria Pendek tampak bangga telah mendapatkan kelompok.
Hong Byeolgam tak berkomentar.

“Aku … pribadi, menamakan kalian semua sebagai Gugus Aliyan (baca: alien),” proklamasi Hong Byeolgam, penuh kebanggaan.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang