Asavella 🍁

623K 22.2K 1.4K
                                    

Hai! Ini cerita Crocus yang aku ubah menjadi Asavella. Seluruh alur aku rombak besar-besaran. Bahkan, dari tokoh dan nama mereka.

Maaf, jika bikin kecewa.
Ini kisah fiksi remaja yang hidup di jaman sekarang. Di mana virus Corona menggerogoti bumi.

Semoga cerita kali ini tidak mengecewakan.

Tidak akan ada unsur 21+
Karena saya, tidak ingin merusak genre fiksi remaja yang khusus untuk anak sekolah SMA.

••Selamat membaca••

ฅ^•ﻌ•^ฅ

"Hari ini pelajaran fisika sampai sini, besok adalah hari pertama masuk sekolah secara offline setelah pandemi yang panjang. Diharapkan kalian tetap mematuhi prokes selama sekolah offline dilaksanakan."

Suara itu terdengar dari sebuah aplikasi berwarna biru yang menyala melalui laptop selama 15 menit. Bagaimana proses belajar mengajar melalui daring sudah dilakukan Asa selama dua tahun belakang ini.

"Asa, tolong dinyalakan dahulu kamera kamu," pinta Bu Livi yang termasuk guru fisika-Matematika dan menjadi wali kelas Asa.

Asavella, gadis yang tengah mengikat rambut sebahunya itu kini menjadi lawan bicaranya.

Tentu, Asa segera menyalakan kamera. Dengan headset bertengger yang menyumpal sempurna pada dua lubang telinganya.

"Sebelum terpilih menjadi peserta olimpiade tahun ini, kamu harus disaring dengan 30 peraih medali emas di kompetisi Sains Nasional," lanjut Bu Livi yang disimak oleh siswanya.

"Di sekolah kita tahun ini ada tiga orang yang akan mengikuti Kompetisi Sains Nasional," infonya.

"Siapkan latihan mu mulai hari ini. Dengan semaksimal mungkin untuk bisa lolos, Asa," sambung Bu Livi sembari menatap Asa dengan penuh harapan.

"Saya yakin tahun ini kamu yang akan mewakili sekolah kita. Itu harapan ibu." Dukungan kecil dari sang guru untuk Asa menjadi sebuah rasa senang sedikit. Oh gini, ya rasanya diharapin seorang ibu. Mamah kapan, ya? Punya harapan ke Asa?

Asa mengangguk sembari memperlihatkan kurva tipis yang terukir dibibir.

"Baiklah. Selamat beraktivitas untuk yang lain dan jangan lupakan mengerjakan tugas untuk minggu depan," pamit Bu Livi yang mengakhiri pertemuan kali ini.

Pertemuan untuk materi fisika kali ini hanya sebentar. Dan di sinilah Asa menutup laptopnya.

Dengan cepat gadis ini membereskan laptop serta alat tulis yang berada di meja belajarnya.

Asa mulai menelisik setiap sudut kamar yang seperkiranya sudah bisa dia kata rapi.

Melihat kamar sudah begitu rapi, Asa mulai meninggalkan dengan hati senang. Langkah kecilnya mulai menuruni satu persatu anak tangga dengan begitu hati-hati.

Tetapi, saat tepat pada anakan tangga terakhir, langkah itu kian memelan dan kemudian berhenti. Bagaimana netra bulatnya mendapati punggung cowok yang tengah memfokuskan pandangan pada pigora besar rumah Asa.

Jujur, ini kali pertama pertemuan mereka. Sebab Asa dua tahun tinggal di Bandung. Dan baru pindah di jakarta saat akan memasuki sekolah offline.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now