Asavella 🍁53

72.2K 5.8K 560
                                    

“AAARGH!!!”

Jeritan nyaring—melengking—menunjukkan seberapa rasa yang tidak bisa diperjelas terlalu lama terpendam. Tangannya terus menghantam bertubi-tubi tanah basah dengan taburan bunga di atasnya. Tak lupa, guyuran hujan deras menutupi deraian air mata yang keluar selama setengah jam.

“KENAPA LO BEBANI HAL BODOH INI KE GUE! KENAPA!!” geramnya terus berteriak pada tanah datar dengan nisan keramik yang berukir nama DEOVANI NANINDY PERMAISARI.

“Kenapa lo biarin gue hidup dengan donoran mata lo, ha?!” Pertanyaan random yang seketika keluar begitu saja dari mulut laki-laki itu.

“KENAPA LO GAK BIARIN GUE BUTA SELAMANYA!"

"KENAPA LO GAK BIARIN GUE CACAT AJA BANGSAT!"

"KENAPA?! JAWAB GUE KENAPA!!” Emosi yang cukup membludak membuat dia kehilangan kendali hingga menghantam dua kali nisan keramik tersebut.

"Dan teruntuk Tuhan, kenapa Engkau terlalu yakin dengan pundak ini yang tidak nyatanya tidak sekuat itu ....," rintihnya begitu menyayat.

Ia menoleh ke arah makam lain yang terukir nama Gerald Bramana Permana. Menepis kasar air mata dan kemudian menggeleng. “Liat yah! Liat Yuga! Liat anakmu ini! Liat, anak cacat ini menanggung besar beban setelah bisa lihat dunia keji!!”

"DUNIA BAHKAN ENGGAN BUAT KASIH WAKTU ANAKMU INI BERNAPAS LEGA DAN BAHAGIA SEJENAK!"

"MEREKA SEMUA MEMBENCI YUGA!"

“AARGHHH!!!” raungnya sekali lagi.

“Yuga ….” Panggil seorang laki-laki dengan napas yang terengah-engah seraya memegang pundak kanan Yuga.

Pemilik nama itu lantas menoleh ke belakang—mendapati sosok laki-laki yang tak lain itu Bagus Mahendra. Ia bisa menangkap netra Bagus yang terfokus pada salah satu makam.

“Deovani?” Tanda tanya di otaknya refleks keluar pada mulutnya. Ia bertanya siapa Deovani. Nama asing yang tidak pernah terdengar di manapun.

Yuga menghela napas berat sebelum berbicara. “Itu nama samaran,” jelas Yuga seraya berdiri. Mengusap wajah yang terus terguyur hujan.

"Kenapa harus samaran?" Bagus kebingungan.

"Lo gaperlu tau."

“Brian, lihat siapa yang datang,” kata laki-laki itu yang membuat Bagus menoleh ke arah Yuga.

Senyuman sendu terbit singkat. “Lihat, sahabat kekasih lo dateng. Perisai Asavella, Bagus Mahendra.”

“Ini kali pertama ada orang lain datang selain gue dan bunda,” sambung Yuga mengatakan apa yang memang terjadi.

“Ga?” panggil Bagus dengan dahi mengerut. Sekali lagi Bagus melihat nisan yang terukir tersebut. Dimana memperlihatkan tanggal 9 Agustus 2019 adalah hari wafat sosok Brian Claudius Permana. Itu membuatnya cukup kaget.

Disisi lain, Yuga terlihat sangat kacau dengan pandangan kosong menatap makam Brian Claudius. Laki-laki itupun kembali menjatuhkan diri seusai mengenalkan sosok Bagus kepada Brian.

“Kenapa lo bisa tau gue di sini?" Pertanyaan itu sebenarnya lebih tua berada di tempurung Yuga atas kehadiran Bagus yang secara tiba-tiba.

“Gue tau dari, Jysa.”

“Jy-Jysa?” pekik Yuga.

Bagus menghela napas gusar. Menepuk pundak Yuga dan kemudian berkata. “Lo jangan tersulut emosi dulu. Gue yang maksa Kak Jysa buat jujur di mana lo sekarang, di saat Asavella butuh lo di rumah sakit sekarang.”

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now