Asavella 🍁5

182K 13.1K 750
                                    

Bukankah sebuah tarian paling indah adalah ballerina?

Tarian ini begitu elegan. Tidak semua wanita bisa melakukan ini tanpa kemampuan—keahlian.

Bahkan, terlalu elegannya tarian ini. Terlalu membuat Asa naif untuk melakukan gerakan yang membahayakan dirinya.

"Kalo lo salah posisi! Lo bakalan terluka! Pelan aja puternya!" Itu intonasi dari pelatih Asa.

Putaran fouettés. Putaran indah yang dilakukan dalam 32 kali. Namun Asa, menggandakan putaran tersebut tanpa memberi jeda untuk berhenti.

Tempurung asa tidak mengarah pada gerakannya—hanya mengarah pada kalimat batin yang membuat ia meneteskan sebutir berlian.

'Hai tuan, saya terlalu jatuh dalam kebodohan anda. Membiarkan anda mengatakan—jalang—hal lancang pada saya. Tapi Saya begitu menikmatinya, dan sampai ada waktu saya memperlihatkan putaran fouettés, di mana gerakan ini akan melukai dan menyadarkan saya jika saya tidak berguna di mata anda. Tapi tuan,  saya butuh 4627, tuan.'

Bruk!

Tubuh Asa terbanting kuat ketika berbicara secara batin dengan emosionalnya. Sendi-sendinya seakan akan putus secara bersamaan. Sehingga mengakibatkan luka pada siku kanan.

"Lo gapapa?" Keci dan yang lain berlari ke arah Asa. Melihat bagaimana siku gadis itu memar—berdarah.

"Kasih gue kesempatan kalo gue bisa ngelakuin putaran ini," ujar Asa berusaha berdiri dan memohon kepada sang pelatih yang berdiri di sampingnya.

"Lo gila? Putaran fouettés cuma 32 kali dan lo gandain?" pekik sang pelatih.  "Duduk," sambungnya.

"Yang lain bisa latihan sendiri," pintanya membuat teman-teman Asa pergi untuk berlatih terkecuali kecil.

Sang pelatih itu membuka sepatu pointe milik Asa. Memperlihatkan bagaimana luka pada bagian ibu jari kaki Asa.

"Kalo lo gini terus, kaki lo bisa putus. Putaran keramat yang lo peranin." Sang pelatih menegur Asa untuk kesekian kali. Ini bukanlah yang pertama kali Asa melakukan Putaran fouettés.

"Bukankah itu lebih baik? Gue harus sempurna," timpal Asa yang bersikeras dengan tujuan perannya untuk melakukan Putaran fouettés.

"Nggak semua harus sempurna, Sa!" pekik Keci.

"Cukup jadi diri lo, plis," mohon Keci dengan raut sendu.

Asa terkekeh mengambil sepatunya kembali dari tangan sang pelatih. Memasang—menali dan kemudian berdiri.

"Tapi gue harus sempurna biar bisa disayang orang yang gue sayang, termasuk Brian." finishnya yang kemudian berjalan—bergabung kembali dengan yang lain.

Melakukan kembali Putaran fouettés tanpa memperhatikan atau sekadar mempedulikan luka pada sikunya.

Sang pelatih penasaran. Karena Asa akan bertindak bodoh jikalau ia terasa tersakiti. Tak ada tempat lain untuk membuang rasa sakitnya jikalau tak lain tempat pelampiasannya adalah tarian maut.

Bagaimana teman-teman Asa selalu memanggil Asa dengan angsa putih yang hilang kendali.

"Sa, berhenti. Gue khawatir. Tubuh Lo bener-bener enggak baik-baik saja,"  batin Kecil sembari melakukan gerakan yang umum pada tari ballet.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Gadis ini mulai keluar dari ruangan. Berjalan tertatih-tatih melewati beberapa anak tangga untuk pergi sejenak ke toilet sekadar membasuh darah pada bagian siku. Tak hanya itu, ia juga memberi handsaplast pada ibu jari kakinya. Seusainya, ia mulai berganti pakaian.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now