Asavella 🍁59

70K 6K 126
                                    

Manakala berbohong adalah hal yang tidak berdosa dan justru didapatkannya pahala. Mungkin, laki-laki satu ini memilih untuk diam bersama aluna alur yang membuatnya masih bisa bernapas dan melihat tiap hari mata teduh sang gadis; Asavella.

Bibir Yuga bergetar hebat. Gigi kecil yang tersusun rapi di sana saling bertaut keras. Seakan tidak mampu memulai semuanya. Sebab itu akan menjadi akhir dari dirinya yang sudah lama berperan dengan tokoh Brian Claudius Permana. Laki-laki dengan karakter penuh cinta pada sang gadis.

Di lain itu semua, ia rusak total dan mengubah karakter Brian Claudius menjadi watak yang keras kepala seperti Yuga Claudius. Laki-laki jahat tak kenal dosa dan tidak puas dengan cintanya dikala sedang terombang-ambing akan takdir.

Sehingga semuanya membenci Brian Claudius.

Tarikan napas panjang terlihat dari dada ramping Yuga. Terlihat birai tipisnya yang mengatup kini terbuka kecil untuk memulai percakapan.

“Yang pertama, selamat ulang tahun semestanya, Brian. Terima kasih telah terlahir di dunia tanpa membenci lakonmu yang tidak pernah ada tawa pada tiap lembarnya.”

Susunan kata yang sempurna dari Yuga seraya mempersembahkan sembilan tangkai mawar yang disimpan di punggungnya. Tapi Bunga mawar merah yang diberikan adalah bunga kering yang setiap kelopaknya akan lepas satu persatu. Bunga yang tidak mempesona lagi.

Asavella menerima sembilan bunga mawar kering tersebut dari tangan sang lelaki. Tak lupa, ia menerbitkan senyuman. Ini adalah hal yang ditunggu di hari ulang tahunnya. Hanya ucapan kata ‘selamat ulang tahun’ dari laki-laki yang ia suka.

Tidak ada hal istimewa yang Asavella nanti dihari ulang tahunnya kala itu. Hanya Brian. Brian lah hadiah dan doa yang selalu ia langitkan kepada semesta.

Tatkala senyuman itu tiba-tiba memudar begitu saja. Bahkan angin sore ini melambangkan akan adanya hujan yang datang.

"A-asa...."

“A-aku, Yuga Claudius Permana, menyampaikan kata terima kasih kepadamu karena telah mencintai sosok sepertiku yang tak lain  Brian Claudius Permana.”

“Dan a-aku ju-ju-juga … ingin mengatakan permintaan maaf atas nama Brian Claudius Permana yang tidak bisa datang saat ulang tahunmu kala itu.”

“D-dia sudah pergi satu tahun lalu karena kecelakaan.”

Asa tersenyum kecewa seraya menggeleng. "Plis jangan bercanda soal kematian, aku tahu soal kecelakaan mu yang jatuh dari motor. Kamu buta dan kamu di operasi dan kamu sekarang berdiri di hadapanku, galucu bawa-bawa ke—"

"Sa, aku bukan dia. Brian udah mati. Semua itu cuma pengalihan isu. Dia yang minta." timpal Yuga mengeraskan suara.

“Dan … bunga itu, bu-bunga yang dibeli Brian di kala akan menemui mu untuk terakhir kali.” Tidak tahan berkata lebih jauh lagi. Bagaimana ia menyimpan penuh hati-hati bunga terakhir tersebut sampai layu dan kering.

Deg!

Sembilan bunga mawar kering tersebut sekarang jatuh pada genggaman Asavella.

“Dan satu tahun itulah, aku yang melakoni dan menghidupkan nama Brian Claudius Permana karena satu amanah yang berujung ditaruhnya rasa kepada langitnya.”

"Aku yang sering bersamamu selama ini. Bukan dia."

Yuga mencoba memberanikan diri menggenggam kembali tangan Asavella yang disambut rintikan hujan dan angin laut yang menerpa lembut kulit mereka.

“Aku pernah memperingati mu beberapa kali bahkan beberapa pertanyaan, bagaimana jika aku ini bukan Brian yang kamu kenal? Namun selalu ku selipkan kata pada dialog ku jika itu hanyalah sebuah candaan.”

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now