Asavella 🍁24

87.2K 7K 557
                                    

“Lo di sini? Ngapain di sini?” Jysa menatap sosok Brian yang tengah duduk di antara anakan tangga yang berada di gedung pelatihan ballerina Asavella.

“Nunggu Asa latihan Ballet. Lo sendiri, ngapain ke sini?” tanya Brian balik sembari beranjak berdiri. Menatap hangat sosok di hadapannya.

“Mamah suruh gue jemput, Aca. Dan mastiin Aca masih di kelas Ballet,” balas Jysa sembari membuang muka.

"Gaperlu dipastiin. Dia bakalan patuh sama orang tersayangnya."

Jysa kemudian menatap malas sosok laki-laki di hadapannya seraya berdecak.

“Pantes aja ya, gue telepon. Gue chat enggak lo read atau angkat telepon gue. Kenapa Aca mulu yang ada di otak lo, pacar lo itu gue! Bukan Aca.”

“Hape gue di rumah. Jangan marah-marah.”

"Gimana gue enggak marah! Gue pacar lo," sarkas Jysa.

“Dan lo sengaja,” tuturnya mengikuti tiap gerakan bola mata Brian. “Lo sengaja ninggalin dan hanya fokus ke Aca.”

“Sampai kapan lo gini?”

"Sampai kapan lo sembunyiin status gue kalau gue pacar lo murni dan bukan hasil ngerebut."

"Nanti, Jy."

"Nanti kapan? Sampai gue mati?"

Brian menunduk—memainkan jarinya dan kembali mendongak dengan kedua tangan yang berusaha meraih pergelangan Jysa.

“Jangan bahas ini di sini,” ucap Brian yang justru menerbitkan senyum penuh kekecewaan pada sosok gadis yang sekarang membanting tangan Brian dari pergelangannya.

"Kenapa gaboleh? Takut ketahuan, Asa? Terima kenyataan kalau emang Lo itu milik gue dan bukan Asa."

Laki-laki itu bisa melihat betapa sosok kecewanya Jysa dalam manik matanya. Bahkan air mata gadis itu terjun dan berhasil ditepis kasar.

Brian menarik napas panjang-panjang dan kemudian membuang secara berat.

“Kita bicara di tempat lain.”

Laki-laki itu melambaikan tangan kepada sosok gadis yang baru saja turun dari mobil berwarna biru. Langkahnya terlihat malas ketika mendapati sosok Brian dengan di sampingnya ada Jysa.

“Keci.”

Keci hanya melirik Brian yang tersenyum tipis kepadanya. Ia juga melirik sekilas sosok Jysa yang menatapnya sinis.

“Enyah lo dari dunia ini, Brian,” pekik Keci terang-terangan yang kemudian merajut langkah melewati dua sejoli itu.

Sayang sekali, Brian menghalangi jalan Keci yang hendak pergi—masuk ke dalam gedung untuk mengikuti kelas Ballet.

“Tunggu sebentar.”

Keci membuang muka. “Apa lagi?”

“Tolong bilang ke Asa. Gue ada keperluan. Dan kalau bisa, lo beri tumpangan Asa untuk pulang bersamamu."

Keci meringis. "Lo pikir mobil gue antar jemput pembunuh modelan kek Aca? Dia pantesnya naik mobil jeruji."

"Keci, stop! Gue lagi gamau adu mulut sama lo. Lo ngapain sih berubah," kelakar Brian menatap dalam sosok Keci.

"Tanyakan semua pada diri lo. Kenapa lo mulai semua ini. Dan lo sudah melibatkan gue dan Tio."

Brian terdiam.

"Kenapa diam? Rumit kan?"

Keci mengernyit seraya menggeleng samar kepala. Gadis itu langsung merajut langkah untuk pergi dari hadapan Brian dengan disengajanya ia menabrak pundak Brian begitu kasar. Dan Brian hanya bisa membuang napas berat.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now