Asavella 🍁 69 pt.2

71.5K 5.2K 1K
                                    

“Bagaimana jika ada Asavella season 2?”

Memutar berulang kali kalimat yang terekam pada tempurungnya itu hampir ada sepuluh menit seusai melakukan meet zoom dengan teman-temannya.

Di mana waktu juga menunjukkan pukul 23.50 wib. Sudah terbilang ini larut malam. Ia masih terjaga tanpa beranjak untuk tidur sejenak untuk meredakan penat. Bagaimana satu bola mata yang masih berfungsi normal itu tengah memandang paket—sejak tadi tidak ia sentuh sama sekali.

Jangankan Yuga, Bagus yang baru saja kembali mengambil segelas teh hangat dari lantai dapur juga penasaran dengan paket tersebut.

“Mas Yuga,” panggil Bagus seraya meletakkan segelas teh hangat tersebut pada laci pendek dekat dengan meja belajar Yuga. Ia sesekali mengusap-usap hidung. Dan menatap setiap sudut kamar Yuga.

“Ada bau bangkai,” lirih Bagus sedikit takut ketika mengutarakan bau busuk yang menyengat sedari tadi.

Yuga terheran-heran. Ia pikir dari tadi hidungnya yang bermasalah. Ia juga sedari tadi mencium bau menyengat yang merusak indra penciumannya. Laki-laki tersebut juga sudah berulang kali menyemprot pengharum ruangan namun itu tidak mempengaruhi.

“…”

“…”

Bagus yang mulai bergabung duduk dengan Yuga pada tepian kasur mulai kembali bertanya. “Masa tikus mati?”

Bagaimana bulu kuduk Bagus berdiri hebat. Tatkala jarum jam juga menunjukkan pukul 23.57 Wib. Ia berusaha menetralkan dengan mengusap-usap lengan tangannya.

“Tidur sana, besok pagi kita cari informasi soal Aca,” titah Yuga yang sedikit mencairkan suasana untuk tidak fokus pada aroma bangkai busuk yang benar-benar menyengat.

Bagus menghela napas dengan berat. “Cari kemana lagi mas? Butuh waktu berapa lama lagi? Besok juga udah berganti tahun. Polisi bahkan enggak ada yang kasih satu pun kejelasan pasti buat kita. Dan gimana gue bisa tidur mas? Mungkin, raga gue tidur tapi enggak otak gue yang bekerja sampai ke bawa mimpi.”

Yuga mengusap wajah yang sudah kusam dan lelah. Tarikan napas yang berat juga bisa dilihat jelas oleh Bagus. “Gue masih heran siapa orang yang kita hadapi.”

Bagus mengerutkan alisnya dikala Yuga tengah memijat pangkal hidungnya dengan tempurung siapa musuh berbahaya mereka.

“Kalaupun cuma Asavella sasaran, Jysa dan Mutiara juga enggak akan hilang setelah tiga hari hilangnya Aca, ARGH!!!” gerutu Yuga seraya menarik kedua rambutnya begitu kasar hanya sekadar menghilangkan pusing.

Sementara Bagus berjalan dengan langkah kecil dan penuh hati-hati. Tatapan mendominasi pada satu titik dengan tangan yang membawa cutter dimana ia berhasil ambil dari meja belajar Yuga. Ia mulai berjongkok—mengangkat dan mulai membuka perlahan menggunakan cutter yang ia bawa.

Krekkk

“Lo ngapain—”

BRAK!!

“Lo kenapa sih?” Yuga berdiri sigap. Melihat bagaimana tubuh Bagus bergetar hebat dengan rajutan mundur seusai membuka paket di mana Yuga belum memerintahkan hal tersebut.

“I—i-itu … itu apa, mas?” Bagus membalik tubuh dengan penuh rasa takut yang begitu hebat. Waktu sudah menunjukkan juga sudah larut malam tertera jelas tidak mendukung suasana. Bulu kuduk Bagus dan rasa gemetar hebat membuat tubuhnya mematung tanpa bisa bergerak jalan mundur.

“Apa sih?” Yuga hanya mengerutkan alis sebab kebingungan. Ia hanya bisa melihat paket yang tidak ia sentuh tiba-tiba terbuka dan bagaimana lalat keluar dari dalam sana.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang