Asavella 🍁45

79.4K 6.4K 809
                                    

Bagaimana gejolak jantung yang tidak bisa dikontrol membuat sosok Tio Mahardika mendapati sosok gadis yang datang pada rooftop dan duduk di sampingnya. Kehadiran gadis itu begitu mengejutkan. Tidak dirinya saja jantung juga terkejut dan hampir saja keluar.

Bahkan kepala gadis itu bersandar penuh pada bahu kanannya. Jantung yang benar-benar tidak bisa ia kendalikan ketika berirama indah.

"Sa?" panggilnya memastikan jika perempuan yang tengah bersandar itu adalah Asavella Skyrainy Diana Putri-orang yang ingin sekali ia miliki namun tidak bisa dipungkiri mereka tidak akan pernah bersama-sama untuk kedepannya.

"Pantes. Kalo lo suka pergi ke sini. Bolos pelajaran juga cuma buat menikmati langit biru dan permen lollipop, iya kan?" tanya gadis itu yang kemudian duduk tegak dan membuka kacamata dan topi yang ia pakai.

"Gue ada milkita. Mau nggak?" Asa merogoh saku pada almamater bagian dalam. Tapi gerakan itu berhasil dihentikan Tio Mahardika.

"Buat kamu aja. Biar kamu tambah manis." Tio kali ini berhasil kembali membuat Asavella tersenyum malu. Bahkan, pipi Asa pun memerah begitu sempurna.

"Senyum terus ya, Sa." Begitu lirih Tio ucap. Tapi tidak memungkiri Asavella untuk masih mendengarkan kata itu.

"Tapi, hari ini. Gue enggak lihat permen itu di mulut lo lagi. Habis, ya? Mau dibeliin? Sukak apa?"

"Sukak kamu."

Asa tentu semakin tidak karuan. Bagaimana kulkas tujuh pintu itu sekarang pintar membuat kata manis.

"Serius aku."

"Aku juga serius. Kamu itu udah manis. Candu. Jadi gaperlu aku manis-manis lagi."

"Tio ..., udah."

Tio menunduk. Mata sipitnya tenggelam karena senyum. "Aku berhenti makan permen lollipop semenjak kemarin bersamamu. Iya Ca, sama kamu. Kamu udah manis. Terlalu manis sampai candunya kelewat kebawa mimpi."

Asa menutup wajah untuk menyembunyikan bagaimana senyumnya dengan pipi merah membuatnya merasakan gejolak irama pada jantungnya. Lihatlah, Tio Mahardika lah pemenang sesungguhnya.

Tio tersenyum tipis. Bukan karena cerewetnya Asavella. Tapi melihat bagaimana gadis itu datang dengan rambut yang berbeda. Bahkan ia tersenyum ketika Asa malu-malu tengah menyembunyikan pipi merah merona.

"Kamu cantik, Ca."

"Kamu cantik kalo senyum. Gini terus ya, Ca. Jangan sampai luntur itu senyumannya nanti aku bakalan sedih."

"Dih, jijik gue, bangsat. Mau gue beliin permen, nggak? Permen kaki gitu? Ato enggak ... permen pletuk pletuk." Asa yang mendorong lembut pundak Tio dengan pipi merona merah di balik masker.

"Aku gamau lagi sama permen. But, I want u to alive better. And ..."

"Aku mau kamu, Ca. Tapi ... aku gabisa memiliki sosok kamu."

"Karena kita beda agama? Gue enggak punya agama, gitu?" balas Asa seraya membuka masker hitamnya. Terkekeh sekilas walaupun itu hanya paksaan.

Laki-laki itupun juga terkekeh dengan kepala menunduk dan tangan menutupi wajah. "Karena kamu terlalu indah untuk dimiliki laki-laki buruk kek aku, Ca. Aku munafik, Aca. Bahkan aku pernah olok-olok kamu. Inget? Gimana aku pernah jahat sama kamu ikut bully kamu."

"Lo orang baik, Ioo" tekan Asa membenarkan sedikit kata yang tidak cocok untuk mendeskripsikan laki-laki tersebut.

Tio dibuat terkejut kala Asavella memanggil dirinya dengan sebutan dua kata nama depannya tanpa menambah huruf T.

Tio menggeleng kepala. Memposisikan duduknya sedikit nyaman ketika lesehan bersama Asa. "Aku enggak sebaik yang kamu kenal selama ini. Bahkan, aku rasa, aku lebih buruk dari Brian yang sering nyakitin kamu, Bagus yang kelewatan akal bodohnya, Harta yang egois ingin memiliki kamu."

ASAVELLA [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang