Asavella 🍁2

237K 16.8K 1.7K
                                    

Jangan lupa tekan Bintang dipojok kiri bawah. Dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara berkomentar.

Terima kasih semuanya♥♥

ฅ^•ﻌ•^ฅ

17.30 Wib.

"Kenapa pulang? Gausah pulang. Sudah lupa hari ini ada jadwal latihan ballet?"

Suara husky itu menyambut Asa dan Beebee yang baru saja hendak menaiki anak tangga menuju kamar. Niat Asa yang ingin segera mandi harus ia urungkan sejenak.

Gadis itu menghela napas berat. Kedua tangan yang menggendong Beebee mulai menggerak—mengusap—meremas bulu Beebee dengan begitu erat.

"Hari ini enggak ada jadwal, pah."

"Alesan kamu banyak banget, Ca," sindir Bara menggunakan nada tinggi ia merupakan Ayah Asa yang tengah duduk di ruang tengah samping kanan tangga sembari mematikan layar televisi dan kemudian berjalan menghampiri Asa.

"Aku ngomong jujur, pah. Ngapain Aca bohong sama papah." Suara Asa meninggi membuat sebuah tangan besar melambung ke udara dan kemudian mendarat pada pipi kanan Asa hingga membuat bibir Asa berdarah dan pipi berdenyut nyeri.

"Berani ngejawab kamu!! Sama Mamah berani! Sama papah juga berani! Mau jadi anak durhaka kamu, iya?!" bentak Bara yang melihat Asa merintih sembari melihat Beebee yang jatuh dari tangan si gadis.

"Apa ini hasil dari kamu main di luar tadi!!"

"Mau jadi anak seperti apa kamu, ha?! Anak gadis itu di rumah, belajar! Bukan malah keluyuran!! Di pakai otak! Ini tuh dipakai!!" Bara menunjuk-nunjuk kening Asa berkali kali, lalu mendorongnya hingga membuat Asa terdorong jatuh membentur dinding.

"Sekarang papah tanya. Kamu di rumah tadi ngapain? Pasti main hape enggak jelas? Kamar gadis berantakan! Nanti apa yang papah ceritain soal dirimu kalau anak temen kantor papah mau minang kamu!"

"Daripada main waktu tuh dibuat belajar!"

Asa heran sampai ada kerutan di dahi. Ia masih ingat betul, jikalau ia sebelum pergi dari kamar, sudah membersihkannya.

"Kamu bisanya tuh, bikin orang rumah emosi! Sekali aja kamu kayak kakak kamu! Ngebahagiakan papah sama mamah, bukan malah bikin beban! Yang ada kalo kamu menikah, kamu di maki-maki suamimu! Suamimu nyelingkuhin kamu! Kamu diusir dari rumah! Terus kembali ke rumah gitu? Malu papah!"

Asa menunduk—mendengar sekali lagi bagaimana nama diri Jysa bagaikan Tuhan yang selalu diagungkan kedua orang tuanya. Itu sangat menyakitkan untuk jantung Asa.

"Kalo main keluar, kamar diberesin dulu!!! Denger nggak papah ngomong! Contoh kakak mu! Kamar rapi! Bau wangi! Kamu tuh anak gadis, Sa! Jangan kumuh kayak orang miskin! Paham!" Bara memelintir telinga dengan kuku tumpul yang membuat kulit di bagian daun telinga belakang mengelupas.

"Papah sampek bingung mau bilangin pakai bahasa dan cara apa sampai kamu ngerti maksud papah!"

"Papah sama mamah capek, Ca! Kapan kamu itu berubah! Papah cuma minta kamu belajar nilai 100 tiap mapel. Masuk IT di luar negeri! Udah. Jadi anak yang anggun! gaperlu ikut olimpiade! Kalo nilai kamu udah cukup di atas KKM atau lebih!" Bara mengatakan keluhnya kepada Asa sembari memegang bahu Asa.

"Aca juga capek, Pah," cicit Asa sembari menepis pelan kedua tangan Bara yang ada di bahu Asa.

"Kamu capek apa?" ketus Bara.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now