Asavella 🍁41

72.5K 6.4K 494
                                    

Masalah di antara mereka itu belum sirna juga. Sebagian kala perdebatan argumen di antara dua gadis itu masih mengobarkan api.

Harta yang mendengar hanya bisa memejam mata. Memijat-mijat pangkal hidungnya sejenak—merenung kilas. Menarik napas dan membuang berat di kala suara dua gadis itu masih tidak berhenti. Bila saja dua gadis itu tahu, mereka kini tengah saling membunuh dalam lisan.

Asa kembali duduk. Menutup wajahnya. Bukan untuk menangis. Melainkan rasa dari dadanya begitu sesak karena kekecewaan sikap dari sahabat yang ia kenal begitu lama.

“Kenapa pertemanan kita bisa sehancur ini? KENAPA! KENAPA HARUS PERTEMANAN KITA!” jerit Asa begitu pilu yang ia ungkapan dari hati seraya mengusap kasar wajahnya.

Bagus menunduk. Tio memejam mata. Harta membuang napas berat kembali. Keci melihat langit-langit kosong pada atap café untuk menahan air mata supaya tidak jatuh. Sementara Mutiara, terdiam dengan tangan yang masih mencengkeram roknya dengan wajah yang memucat—takut.

“Maafin gue, Sa. Gue enggak bisa jaga pertemanan kita. Gue kecolongan buat ini,” lirih Harta meminta maaf.

“Maafin juga kita bertiga yang jatuh perasaan sama lo,” sambungnya samar.

“Maaf kalo gue suka sama lo, Sa. Pertemanan kita jadi rusak, seharusnya gue jadi cowok terus terang aja, tapi …” lanjutnya yang berulang kali meminta maaf dengan menjeda yang di mana langsung di sela oleh Asavella.

“INI BUKAN SOAL PERASAAN SUKA JADI CINTA. PERASAAN KALIAN BERTIGA KE GUE ITU ALAMI. GUE BAHKAN ENGGAK BISA MENOLAK HADIRNYA PERASAAN ITU. YANG JADI MASALAH ITU KITA! KITA YANG BERMASALAH,” peringat Asa menatap satu persatu temannya.

“its so bad in my life!” Asa menutup wajahnya kembali. “Gue freak banget! Gue terlalu fokus sama pemakaman gue kapan, daripada mikir pertemanan kita udah diujung tanduk yang enggak bisa gue selamatkan karena kebodohan yang fokus pada satu ego!”

Asa menatap Keci penuh dalam. “Dan lo, lo berubah karena satu cowok yang lo cinta banget justru jadiin gue ratunya! Tapi, enggak gini caranya.”

Asa menggeleng samar penuh kecewa, “Enggak gini caranya, Keci. Lo jauhin gue tanpa alasan, lo benci gue dan bahkan ikut berpartisipasi sama Mutiara dan Jysa buat ngebully gue cuma karena mereka juga senasib sama lo.”

“Lo pikir cuma lo aja cinta yang enggak terbalas? SEMUA! SEMUA YANG ADA DI SINI ENGGAK ADA YANG BERHASIL TERMASUK GUE!”

“Jangan karena satu cowok, pertemanan kita rusak yang di mana kita tata begitu indah. Kalo di sini, permasalahannya di Saka. Gue bakalan singkirin Saka. Cuma Saka yang berhasil, bukan?”

“Lo gila? Lo mau mutusin, Saka?” sela Keci dengan mengernyit samar.

“Gue tanya, hati lo terbuat dari apa, ha? Lo udah patahin berapa cowok di sini karena mereka tau saingannya masa lalu lo dan yang lo cinta. Dan lo, mau nambah korban? Apresiasi cowok yang udah cinta dan jadiin lo ratu goblok!”

“Lo, kalo nggak cinta Saka, lo kalo gabisa balas cinta Saka, gausah sakiti dia! Balikin ke gue tanpa menghilangkan senyumannya! Gue susah payah jadi cewek goblok buat mastiin dia bahagia terus!”

“Lo, jadi cewek enggak usah menye-menye, bisa? Hidup lo terlalu freak! Lo mau matahin berapa hati lagi, gue tanya?” Air mata Keci menetes dari kelopak kanannya.

“Korban lo di depan lo semua kecuali kakak lo! Lo udah hancurin hubungan kakak kandung lo sama Brian. Liat Mutiara, hati Mutiara tau cowoknya beneran punya perasaan sama lo.”

“Bagus, liat temen lo yang di samping lo! Liat!!” bentak Keci menginterupsi rungu dan netra Asa yang sekarang menatap sosok Bagus.

“LIAT TEMEN KITA ASAVELLA! LIAT DIA!!!” bentak Keci dengan air mata.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now