Asavella 🍁25

89.9K 7.1K 207
                                    

"Ca, di makan. Nanti sakit. Nanti ayamnya dingin." Cukup lo yang dingin awal ketemu, ya.

Alih-alih gadis itu tidak memberi tanggapan kepada sosok yang tengah memandangi dua kotak makan berlogo Ayam yang sempat mereka beli bersama.

Tetapi bisa dilihat, jikalau sosok Asavella tengah sibuk menghitung permen chupa chups yang baru saja ia beli di supermarket terdekat.

"Dihitung sampek berapapun jugak itu permen enggak bakalan ilang, Aca," dengus Saka melipat kedua tangannya  di depan dada sembari bersandar pada dinding.

"Sekarang manggil Aca nih ke gue," goda Asa ke Saka.

Saka hanya senyum kikuk. "Emang gak boleh? Kan gue pengen akrab sama lo."

"Boleh, lah."

"Ca," panggil Saka yang dihadiri dengan alis dari Asa. Itu pertanda Asa menjawab.

“Apa lo selalu begini? Maksud gue, lo sering beli permen sebanyak ini?”

Laki-laki itu ikut duduk di samping gadis yang kegirangan membeli permen chupa-chups hampir ada dua puluh biji ia beli.

Asa pun menggeleng. “Gue enggak suka manis, kali.”

“Terus, kenapa beli permen sebanyak ini. Nanti sakit gigi tahu rasa loh.”

"Mending sakit gigi, 'kan? Daripada sakit hati? Ngarepin, orang yang sama sekali enggak ngarepin kita," timpal Asa begitu santai sembari melempar senyuman dengan kedua alis yang dinaikkan ke atas.

"Tapi emang sih sakit gigi lebih ngilu. Tapi juga ada obatnya, kalo sakit hati?"

“Ini tuh, buat Tio, Ka. Tio sukak banget.... sama permen. Kapan pun dan di mana pun, dimulut bocah itu bakalan ada permen dan permen. Intinya dia dari SMP enggak bisa lepas dari permen,” jelas Asa sembari memasukkan kantong putih berisi permen chupa cups itu ke dalam ranselnya.

Saka mengangguk paham. Ia bisa paham, Asa bisa mengerti tiap karakter temannya dan apa yang temannya sukai. Dari hal terkecil itu sudah mengartikan jikalau Asa memang gadis yang tulus dalam pertemanan.

“Ca,” panggil Saka yang menghentikkan gerakan Asavella yang tengah merapikan rambut—tak terlalu panjang nan hitam itu.

Asa berdeham sembari mengangkat kedua alisnya kembali. Ia menatap sosok Saka dengan lembut—tidak ada kebencian dan juga tidak ada rasa.

Berbeda dengan sosok Saka yang terhipnotis dengan tatapan lembut Asa. Seakan jantungnya akan hancur detik itu juga. Bagaimana bisa, Saka merasakan getaran dengan pertemuan singkat seusai perkenalan.

“Happy Birthday.”

Ucapan Saka berhasil membuat Asa memiringkan kepala. Ia pun terkekeh pelan dan menepuk pundak Saka.

“Hey, ulang tahun gue udah lewat kali, Ka.”

"Kasep lo bilang bilang sekarang. Eh, tapi makasih," sambungnya seraya mengguncang pelan bahu Saka.

“Bahkan kematiannya sudah lewat juga, Ca,” balas Saka begitu samar tanpa Asa dengar. ia meraba-raba Hoddie hitam berukuran oversizenya.

Terlihat bagaimana telapak tangan itu ketika keluar dari saku Hoodienya—memperlihatkan kotak mini berwarna hitam dengan pita berwarna emas menghias di atas penutup kotak.

“Happy Birthday, Ca,” ulang kembali Saka sembari memberikan kotak berukuran mini nan sederhana kepada Asa.

Asa mengerutkan alisnya ketika melihat kotak berukuran mini tersebut. Ia mengulurkan tangan—meraihnya.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now