Asavella 🍁11

118K 9.2K 612
                                    

Jangan lupa komen dan vote🍁

ฅ^•ﻌ•^ฅ

“Lo, nggak bosen hidup?” gadis dengan rambut berkuncir kuda itu bertanya kepada gadis yang tengah menatap kosong jalanan yang tak terlalu sepi.

Jelas saja si lawan bicaranya ini tersenyum. Mereka berdua tengah duduk berjarak jauh di sebuah halte bus—masih dengan menggunakan seragam sekolah. Padahal langit sudah tidak berwarna cerah lagi. Tidak ada bintang-bintang yang menemani bulan tua untuk menerangi langit.

“Ini kali pertama lo penasaran dengan hidup gue.” Asa melirik sejenak ke kanan, menatap Jysa yang tengah memijat cepat ponselnya. Seakan tengah mengirim pesan kepada seseorang.

“Tapi gue suka,” sambungnya yang membuat Jysa mematikan benda pipih tersebut dan memilih meletakkannya pada saku seragamnya.

“Seharusnya lo pulang sama Brian hari ini. Dan enggak biasa lo mau ikut pulang sama gue.”

"Emang gue gaboleh pulang sama lo?" tanya Jysa kembali.

Asa menunduk. Mengayunkan kakinya sembari menyembunyikan senyum tipis. "Tentu boleh. Momen langkah buat gue bisa pulang sama lo."

Jysa menghela napas. “Lo belom jawab pertanyaan gue. Lo nggak bosen hidup?”

Asavella kembali menatap sang kakak. “Iyah. Gue bosen.”

“Bukan berarti gue bosen hidup, gue pengen mati. Banyak impian yang belom gue capai.”

“Salah satunya bisa ngobrol berdua sama lo, kurang lebih kalo bisa 24/7,” sambung Asavella sembari menggulung rambutnya dengan acak.

“Basi. Pinter banget lo berkata manis. Pantes, Brian kepincut dikit ama lo. Sialan emang.” Jysa menjawab itu begitu santai sembari melipat kedua tangannya di depan dada. “Dan inget, jangan percaya kalo gue baik sama lo, Ca.”

"Tapi gue percaya. Lo enggak bakalan buat gue luka ditangan orang lain tanpa sebab.”

"Ck."

“Ca.” Jysa yang berjaga jarak dengan sang adik kini mulai memendarkan jarak tersebut dan memilih untuk duduk berdekatan. Bahkan ia juga melepas almamater sekolah—memangku pada paha.

“Ada hal yang elo harus tahu tentang kemauan gue.”

Asa mengerutkan alis. Tidak bersuara namun ia penasaran. Bahkan rasa penasaran itu semakin menjadi-jadi ketika dua netra cantik milik saudarinya mulai berkaca-kaca.

“Eh, lo ngapain bangsat!” sontak Asa ketika Jysa merobek kedua sisi seragamnya. Gadis itu berusaha menghentikan namun sia-sia.

“Gue udah bilang ….” Jysa menggantung kalimat hanya untuk mengacak-acak rambutnya. Membuka beberapa kancing dari atas dan mencabut rerumputan kecil di pinggir jalanan untuk ia usap ke seragamnya hingga menimbulkan kesan lusuh dan kotor. “Kalau gue enggak sebaik dan ngebiarin elo hidup tenang.”

Asa yang melihat justru terperanjat bangun.

Bahkan silet kecil yang Jysa ambil dari saku seragamnya. Berhasil membuat goresan luka kecil pada pipi dan dagunya. Hingga cairan segar membentuk sungai kecil kian menetes—menodai seragam Jysa.

“Akkh!!” jerit Jysa ketika ia berhasil melakukan aksi bodohnya hingga mengundang sebagian warga.

“LO GILA!” jerit Asa balik yang kemudian mengambil silet tersebut dengan kasar—tanpa sengaja juga melukai telapak tangan kanannya.

ASAVELLA [TERBIT] ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن