Asavella 🍁48

77.5K 5.7K 224
                                    

Seharian penuh hingga menjelang bergantinya malam, gadis dengan surai pendek itu terlihat asik bermain-main dengan Beebee di halaman rumah Keluarga Brian Claudius. Bahkan, sesekali sosoknya memperhatikan laki-laki—Brian—tenang dengan jemari yang sesekali memetik senar gitar dan menghasilkan alunan suara yang begitu tenang.

Begitu berbeda. Tapi apa? Dia adalah laki-laki yang sama. Di kala ia melihat Brian Claudius. Seperti ada dua jiwa di dalam diri laki-laki itu. Brian yang mengetahui dirinya tengah diawasi gadis kesayangannya langsung tersenyum dan menatap hangat Asavella.

"Dih." Asa mengernyit dan membalik tubuh. Bukan karena jijik atau risih ditatap balik oleh laki-laki yang masih menatap hangat ke arahnya. Ia hanya menyembunyikan senyum serta pipi merah merona bak kepiting rebus.

"Lihat, gadis itu, dia sekuat tenaga tersenyum untuk pertama kali dalam hidupnya. Padahal di belakang senyumannya terdapat mental dan jiwa yang sudah hancur berantakan. Tapi ... kenapa dia masih bertahan?" ucap Brian random yang di iringi beberapa petikan senar gitar untuk menambah suasana dalam dialognya.

Asavella mendengarkan itu. Sangat jelas. Terlihat juga, senyumannya masih terbit di wajah cantik nan berseri. Tidak pudar juga, kok. Karena ia menerima baik, sebab apa yang dikatakan laki-laki itu tidak ada salahnya. Asavella menarik napas dan membuangnya dari mulutnya. Dan kemudian membalas dengan rangkaian kata random.

"Andai kamu tahu."

"Mengiramu ... mencintaiku adalah kesalahpahaman yang selalu aku benarkan."

Seakan tengah saling membalas dialog dalam susunan kata sederhana. Tak disangka saja, mereka saling melontar senyum sendu penuh arti. Ini kali pertama mereka sama-sama tersenyum berdua.

"Dan ... darimu aku belajar, perihnya menunggu dan sakitnya bersabar," lanjut Brian yang masih meneruskannya seraya meletakkan gitar pada ubin lantai perlahan. Kemudian, beranjak berdiri—menghampiri Asavella.

Asavella membalik tubuh dengan kucing yang berada dalam gendongannya. Tepat juga sosok Brian kini berada di titik posisi ia berdiri sejajar dengannya. Netra mereka saling bertemu dengan senyum tipis yang saling bertaut di ukiran wajah mereka. "Dan ... berharap bisa kembali seperti dulu adalah sebuah fiksi yang tak akan pernah bisa menjadi kenyataan."

Brian memegang pundak Asa. Menelusuri tiap wajah Asavella. Bahkan jemari telunjuk kanannya berusaha menyentuh lembut wajah Asavella. Sendu meratapi nasib. "Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu, setidaknya aku pernah menemani mu dalam tiap lembar kisahmu."

"Dan ... seinginnya aku soal dirimu. Aku tidak akan merebutmu dari Tuhan-Mu." Final Asavella yang kemudian mendapatkan dekapan hangat dari Brian. Ini hal yang dirindukan Asavella akan sosok Brian. Ini Brian Claudius yang ia kenal sebelumnya.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Brian berlari mencari seseorang dari setiap sudut rumahnya. Gadis itu tiba-tiba menghilang entah kemana tanpa meninggalkan jejak. Padahal, laki-laki itu hanya pergi sejenak untuk membeli buah jeruk untuk cadangan di kulkas.

Tapi napasnya kini terhembus lega dengan senyum manisnya seraya mata terpejam ketika melihat gadis itu ternyata tertidur di dapur dengan kucingnya. Gadis tersebut rupanya baru saja membuat dessert dengan hiasan strawberry dan jeruk tangerine.

Tidak bisa marah ketika dapurnya berantakan. Dengan lembut laki-laki pemilik mata sabit itu menghampiri Asavella dan mengecup lama hidung sang gadis. Tangannya juga ikut bergerak mengusap-usap lembut puncak kepala gadis tersebut.

Brian duduk di kursi tinggi di mana bersampingan dengan sang gadis. Meletakkan kantong bening yang berisi jeruk 2 kiloan yang ia beli. Dan kemudian, ia mengambil dessert yang disiram dengan fla vanilla putih. Ia mencicip dua sampai tiga sendok.

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now