part 24

166 16 2
                                    

..

Pagi ini aku siap dengan memakai seragam sekolahku,Aku sekolah untuk menyelesaikan semua urusan ku di sekolah sebelum Aku kelulusan lusa nanti. Sebenarnya malas juga kesekolah karna pernah terjadi kejadian buruk disana membuat sisi trauma ku kembali dan rasa takut mulai menampakan jati dirinya,tapi aku harus melawan itu semua.

Jam 6 aku keluar kamar dan langsung turun berjalan menuju ruang makan,disana keluarga masih kumpul cuma mines Vano karna dia pulang semalam. Aku masih gak habis fikir sama dia yang sangat santai jika dia akan dijodohkan oleh Papih Bram, ah Ntahlah dia emang terlalu santai menanggapi sesuatu bukan kah aku tak perlu terkejut jika dia seperti itu.

"Selamat pagi Ayah, Yangkung Yangti, Paman Bibi,Paman Agus,Abang, Bang Luthfi Kakak"ucapku yang menyebutkan semua orang yang ada dimeja makan.

"Adek mau kesekolah?"tanya Ayah yang melihatku memakai seragam.

"iya yah,mau urus semua buat kelulusan lusa"jawabku.

"lh Ayah kok pakai pakaian kantor? Kan Ayah masih sakit, emangnya paman tidak bisa menggantikan posisi Ayah sebentar ajh"ucapku menatap pakaian Ayah.

"Ada metting penting dek yang harus Ayah langsung yang menemui"jawab Ayah menatapku.

"tapi Ayah"

"Ayah gapapa,Ayah udah sehat lagi pula obatnya Ayah sudah ada dideket ayah kembali jadi Ayah gapapa"ucap Ayah membuatku diam dan melanjutkan sarapanku.

Saat aku akan pergi setelah pamit kepada semua orang tiba-tiba Abang ikut berdiri,
"lh Abang mau kemana?"tanyaku.

"Abang mau ikut adek, mau antar adek, mau nungguin Adek setelah itu mau jalan sama Adek"jawab Abang membuatku terkejut.

"tapi aku mau kesekolah abang"

"iya gapapa, Abang tunggu di parkiran dan abang juga gak mau Adek dibully lagi di sekolah. Apa perlu abang pakai baju dinas abang?"

Ucapan bang Galang membuatku terkejut dan langsung menggelengkan kepalaku,
"hah,gak usah iya boleh yaudah yuk berangkat"jawabku yang berjalan menuju mobil.

Dalam hatiku hanya bisa berdoa semoga urusan ku disekolah tidak begitu lama, jadi abang tidak perlu lama lama menjadi bodyguard ku.

Didalam mobil aku hanya diam dan beberapa kali Abang menatapku bahkan mengusap kepalaku, 15 menit perjalanan menuju sekolah akhirnya aku pun sampai. Saat sudah berada di parkiran sekolah aku menatap bang Galang.

"Abang gapapa di parkiran? Insyaallah gak lama kok"ucapku.

"gapapa, lama pun abang tunggu setelah itu kita bersenang-seneng bareng oke"jawab abang dan aku pun tersenyum lalu menganggukan kepalaku.

Sebelum keluar dari mobil Aku mencium punggung tangan Abang dan Abang mencium keningku, setelah itu aku keluar.

"kalau ada yang nakal kabari abang"ucap bang Galang.

"siap kapten"

"jangan siap-siap ajh, abang gak mau adek terus ditindas"

"iya kapten galak, adek mu ini pamit ya Assamualaikum"ucapku melambaikan tangan.

"Waalaikumsalam"

Saat aku berjalan di koridor sekolah banyak mata yang menatapku, beberapa guru yang melihatku bahkan menyapaku padahal ada beberapa guru yang tidak suka dengan ku ntah karna apa tapi kenapa sekarang mereka malah menyapaku.

"lh Andini kamu sudah pulang?"tanya bu Kelly, yang terkenal killer dan tak suka dengan ku.

"sudah bu"jawabku singkat membuat dia menghela nafasnya kasar dan berusaha tersenyum.

'ada apa sebenernya ini? Aneh'ucapku dalam hati.

"permisi buk saya mau ke kelas"ucapku yang berusaha melanjutkan jalan tapi lagi-lagi dihadang oleh buk kelly.

"perlu saya antar?"tanyanya.

"tidak perlu, terimakasih karna saya bisa sendiri"jawabku yang berlalu begitu ajh meninggalkan bu kelly yang membicarakan ku dibelakang.

'ah biarkan saja,bukannya sudah biasa seperti itu'ucapku dalam hati.

Saat akan sampai di kelas, dari kejauhan aku melihat Geng Julid berjalan kearahku membuat jalanku terhenti, membuat ketakutan menghantui diriku. Tubuhku menegang seketika, memori otakku berputar saat Sintya menyebutku sebagai penggoda.

'tenangkan dirimu An, kontrol kondisi tubuhmu'ucapku dalam hati menenangkan diriku sendiri.

Saat beberapa meter mereka didepan ku tiba-tiba pundakku di pegang oleh seseorang membuatku terkejut dan melihat siapa orangnya,
"Paman"ucapku yang langsung memeluk Paman sangat erat.

"Andini takut Paman"ucapku kembali dan Ntah kenapa aku mengucapkan itu.

"tenang lah,gak ada apa-apa dan disini ada Paman"jawab Paman mengusap kepalaku.

Paman langsung mengajakku keruang kepala sekolah dan melewati Geng Julid tersebut,bahkan Geng itu terdiam melihatku berada dipelukan paman.

Sampainya diruangan Paman aku duduk di sofa dan paman memberikan ku minumam botol lalu duduk disisiku,
"ada apa sebenernya? Kenapa Dini sangat takut tadi?"tanya paman.

"Ada mereka Paman, memory mereka mengucapkan kata kasar dan kata Hinaan ke Dini masih terdengar jales paman. Dini takut Paman"ucap ku dengan menangis.

"jadi Dini mengingat hal yang pernah terjadi?"tanya Paman membuatku menganggukan kepalaku.

"sudah mereka tidak melakukan hal itu lagi,jika ada apapun dan jika mereka membully Dini kembali kabari Paman ya"ucap paman yang ku jawab anggukan kepalaku.

"oh ya,bukannya Kamu kesini sama Galang? Dimana Galang?"tanya Paman.

"Abang minta nunggu di parkiran Paman"jawabku membuat paman langsung menelphone bang Galang dan tak lama Bang Galang masuk diruangan paman.

"Adek, Adek kenapa? Kok adek nangis? Paman Andini kenapa?"tanya Abang yang terkejut melihat ada jejak air mata dipipiku.

"duduk dulu lang dan dengarkan penjelasannya"jawab paman dan Abang langsung duduk.

Paman menjelaskan tenang trauma yang ada ditubuhku dan menjelaskan tentang Geng Julid karna Bang Galang belum mengetahui tentang pembullyan yang ku dapat, dan belum mengetahui tentang apa yang pernah terjadi.

Bang Galang menarik tanganku dan melihat ada bekas luka yang belum hilang sempura membuat bang Galang terlihat sangat marah,
"dimana Anak itu? Abang ingin bertemu"tanya Abang menatapku.

"untuk apa, biarkan saja lagi pula Dini sudah tidak apa-apa"jawabku.

"Adek dia sudah berani melukai Adek, dari kami Abang sepupumu dan Abang kandungmu apa pernah kami melukaimu? Tapi dengan enaknya mereka melukaimu sampai membuat luka hati dan luka bathin"ucap bang Galang yang sangat marah.

"kenapa adek gak cerita semua ini ke Abang?"tanya bang Galang menatapku tajam.

"Adek hanya gak mau membuyarkan konsentrasi abang, saat itu Abang masih di papua dan adek tau bagaimana kondisi papua bagaimana makanya Adek gak bilang ke Abang. Adek minta maaf, Abang gak boleh marah"jawabku menangis kembali membuat banggalang melepaskan nafasnya dan memelukku.

"maafin Abang yang memerlihatkan marahnya abang, paman pastikan anak itu tidak terlihat oleh ku. Jika aku melihat mereka aku tidak yakin bisa menahan emosiku"ucap Abang kepada paman dan setelah itu aku merapihkan penampilanku, lalu pamit kepada Abang dan Pamn untuk ke kelas.

Awalnya abang ingin mengantar tapi aku tolak karna ruangan kepsek hanya berjarak 3 ruangan dari kelasku, Abang pun mengikuti ucapanku dan aku pun keluar dari ruangan paman.

..

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang