Part 40

185 19 5
                                    

..

20 menit hp ku berada pada Uwa saat aku sedang memandangi wajah Abah tiba-tiba Uwa membisikan sesuatu ditelingaku,
"Abah akan segera dimandikan"ucap Uwa membuat aku langsung menatap Uwa.

"tapi Wa"

"percuma An, sekarang cukup kita urus abah untuk terakhir kalinya ya"jawab Uwa membuatku menatap Uwa dalem dan setelah itu ada yang merangkul pundakku yang ternyata kak Zizah.

Air mataku luruh kembali dan Uwa bicara ada Amil jika Abah siap dimandikan, yang membantu memandikan ada Uwa putra, Rey, Ayah, Abang, bang Lutfi, dan Vano sedangkan aku berdiri tepat di kepala Abah dekat dengan Uwa putra yang memangku wajah Abah.

Ditanganku terdapat Al-Qur'an kecil milik Abah, Aku siap membaca surah Al-Mulk sepanjang pemandian Abah. Air mataku trus saja luruh bahkan tubuhku sudah di tahan oleh Hani untuk tidak luruh kebawah.

Wajah damai itu terlihat sangat cerah dan berinar, bibir yang tertarik sedikit membuatku mencoba mengikhlaskan Abah. Setelah selesai Abah pun siap di kafani. Amil trus saja berucap untuk memaafkan semua kesalahan Abah semasa hidupnya Abah.

"untuk keluarga ada yang ingin bicara kepada Almarhum untuk yang terakhir kalinya sebelum wajahnya ditutup"ucap Amil membuat Uwa Putra, Uwa Icih, Rey, Ayah, Abang, Kak Zizah dan Bang Luthfi mengucapkan kata-kata terakhir untuk Abah secara bergantian sampai akhirnya Aku yang terakhir.

Aku terduduk tepat di wajah Abah, Aku mengusap pipi Abah yang dingin mencium kening Abah yang dingin dan berusaha menahan tangisku.

"Bah Dini minta ampun, Dini minta maaf jika kedatangan Dini membuat perpisahan terakhir kita, maafkan Dini yang belum bisa mewujudkan keinginan Abah yang terakhir semoga abah lihat usaha dini ya, dini minta ampun bah"ucapku dengan tangis pecah di samping Abah.

Ayah mengangkatku dan langsung memelukku saat Amil bicara akan menutup wajah Abah tiba-tiba dari luar ada teriak membuat semua orang menatap ke arah luar, aku mengenal suara itu membuat aku menatap wanita yang masuk dengan tangisnya.

"Pak"ucap nya yang langsung terjatuh didekat abah melihat tubuh abah sudah terbalut kain kafan.

Aku menatap lelaki yang berada di belakang wanita yang memanggil abah dengan sebutan pak, tebakan kalian benar itu adalah ibuku putri satu-satunya Abah dan rasa lega dalam hatiku ternyata Ibu ada keinginan bertemu walaupun untuk terakhir kali.

"Pak, Cahya minta ampun pak. Ampuni Cahya yang banyak sekali dosa kepada bapak dan Ibu, Ampuni Cahya pak Cahya minta ampun"ucap Ibu yang menangis seraya memeluk Abah membuat semua menamgis melihatnya, aku melihat Uwa putra menatap Ibu dengan tatapan marah.

"Pak, Cahya minta maaf atas semua kesalahan yang Cahya buat kepada Bapak, Cahya minta maaf telah ninggalin Bapak dan Ibu sangat lama Maaf Pak. Cahya menyesal"lanjut Ibu.

"Pak saya menantu bapak meminta maaf atas kesalahan yang pernah saya perbuat, Ampuni saya dan istri saya telah meninggalkan bapak. Pergi lah dengan tenang kami selalu mendoakan Bapak"ucap Om Juna membuatku menatap lekat Om Juna.

Aku memperhatikan ekspresi semua orang termasuk Ayah, setelah itu Aku melihat Uwa berjalan menuju Ibu dan menarik Ibu menjauh dari Abah.

"mau apa Teh? Menyesal percuma sekarang, lihat teh orang tua yang menyayangi teteh dari teteh hadir dikandungan ibu sampai teteh lahir menjadi cinta pertama teteh sekarang udah tidak ada lagi nyawanya bahkan permintaan terakhirnya hanya ingin teteh, kemana ajh selama ini"ucap Uwa menaikan suaranya kepada Ibu membuat Uwaicih menarik Uwa putra dan Om Juna menjauhkan Uwa putra dari Ibu.

Tubuh Abah pun tertutup sempurna dan saat ini siap disholatkan, aku yang sudah berpindah pelukan dan saat ini aku berada dipelukan kak Zizah karna semua lelaki bersiap menyolatkan Abah di masjid terdekat.

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang