Part 110

118 11 3
                                    

❤❤❤

Siang ini aku dan Mas akan pergi ke Mall untuk mencari barang-barang yang akan diisi di dalam rumah kami, rumah yang saat itu tinggal 10 persen lagi sekarang sudah siap di isi oleh barang-barang dan Mas meminta aku yang memilih barang apa ajh yang akan diisi dirumah itu.

Sebenernya ini tuh seperti rumah impian aku dimana rumahnya tidak besar tapi luas dan terdapat taman dihalaman depan yang akan ku buat taman kecil, Insyaallah aku akan jadikan rumah ini nyaman untukku dan suamiku.

Oh ya, sudah 2 minggu aku di pesantren membuat aku sudah bisa lebih ikhlas dengan semua yang terjadi bahkan aku sudah bisa tertawa lepas bersama suamiku yang selalu menghibur diriku sebelum kami akan tidur.  Selama 2 minggu sudah 2 kali Hani dan Satya ke Jogja hanya mengantarkan pekerjaan ku, beberapa kali juga aku melakukan metting virtual.

Untuk permasalahan ustadazah Alira dia sudah tidak mengajar lagi di pondok ini, tapi dia masih berusaha mendekati suamiku bahkan terang-terangan menelphone atau memberikan perhatian lewat chat kepada suamiku. Aku jadi teringat saat mas bilang jika ustadzah Alira menelphone dirinya malam itu.

"Umma" teriak Mas yang dari arah pintu kamar membuat aku langsung menatapnya.

"ada apa si Mas? Jangan teriak-teriak kasian abah sama Umi nanti dikiranya kita ngapain ajh"ucapku menatap wajah suamiku yang sepertinya sedang kesal.

"Mas kesel sayang, Mas seperti diteror ihh mas gak suka kaya gini"jawabnya membuatku aneh melihatnya.

"kenapa? Ada apa? "tanyaku seraya berjalan mendekat kearahnya yang sudah duduk ditepi ranjang.

"ini sayang ustadazah Alira selalu menelphone ku ganggu sekali kan dia, bahkan dia berikan perhatian lebih ke Mas lewat chat"jawab suamiku dengan suara yang tampaknya sangat kesal.

"yaudah apa susah nya ya di blok ajh lah"

"sudah sayang, bahkan nomer dia sudah ada 3 nomer yang mas blok tapi dia selalu ganti nomer lagi buat hubungi Mas"

Aku pun binggung harus menyarankan seperti apa kalau sudah seperti ini karna suamiku hanya punya satu kartu nomer dan itu di pakai untuk semuanya seperti bisnis dan lainnya,
"ya terus mau bagaimana sekarang? "tanyaku menatap suamiku yang sepertinya memang sangat terganggu dengan fans fanatiknya.

Aku tidak marah atau pun merasa terganggu dengan apa yang ustadzah Alira lakukan biarkan dia melakukan apapun asalkan jika melewati batas maka dia salah mencari lawan, untuk saat ini aku masih memantau pergerakannya karna jika aku lihat dia tipe cewe yang jika ingin sesuatu maka akan dia akan kerjar sampai mendapatkan nya.

Tapi dia salah keinginan jika dia menginginkan orang lain lalu diberikan perhatian seperti itu mungkin akan luluh, tapi beda dengan suamiku yang terlihat sangat jijik dan ilfil.

"tidak tau sayang, mas tidak bisa ganti nomer"jawabku seraya merengek dan memelukku.

Seperti itulah suamiku saat ini belakangan ini Mas sangat manja bahkan dia tidak malu merengek di depan abah dan Umi jika menginginkan sesuatu jika bersamaku seperti akan tidur, jika mas sudah ingin tidur tapi aku masih ingin ngobrol dengan Abah dan umi suamiku pasti akan merengek seperti anak kecil yang membuat Abah langsung meminta ku menemani suami manjaku ini untuk tidur.

Terkadang aku suka bertanya-tanya apakah benar ini suamiku yang tegas dan bijak saat sedang mengikuti rapat pengurus pondok atau sedang mengTa'zir satri , berbeda sekali saat sedang bersamaku.

"sayang... Ini gimana mas benar-benar terganggu, tuh kan sayang dia tlp lagi"ucap mas seraya melihat hp nya yang terdapat tlp masuk.

Aku tersenyum dan langsung mengambil hp suamiku, mas menatapku yang sedang menatap nomer tidak dikenal tersebut menelphone suamiku dan aku pun langsung mengangkatnya.

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang