Part 15

222 16 0
                                    


Pagi ini aku sedang breakfast bersama Abang di apartemen, saat ini abang sudah bersiap akan ke kampus untuk menyelesaikan kuliahnya.

"adek hari ini kemana? sama siapa?"tanya Abang yang sedang meyantap breakfastnya seraya menatapku.

"hari ini aku akan belanja bersama Nada, teman baruku yang kemarin"jawabku seraya menikmati breakfastku.

"hanya berdua? Kamu baru kenal lh sama dia, Abang khawatir jika kamu hanya berdua dengan dia sedangkan Abang gak bisa temani kamu karna ada bimbingan skripsi hari ini"ucap Abang menghentikan breakfastnya dan menatapku.

"Abang tlp dr.Hafidz ya minta dia temani kamu, Abang yakin dia gak akan keberatan akan itu"lanjut abang membuatku menggelengkan kepalaku.

"nggak Abang, Dini akan baik-baik ajh dan Dini gak mau merepotkan dr.Hafidz pastinya juga dr.Hafidz banyak pasien yang harus dia temui, lagian juga hari ini bukan jadwal ku konsul dengannya"ucapku membuat Abang menampilkn wajah khawatirnya.

"tapi dek"

"Abang, Dini bisa yakin dengan keselamatan Dini. Kalau terjadi sesuatu Dini akan langsung tlp abang atau tlp dr.Hafidz minta tolong ke dia"ucapku yang memotong ucapan Abang yang belum diselesaikan.

"Hmm, yaudah Abang izinkan tapi Abang akan bertemu dengan teman lebih dulu okey"ucap Abang yang super protektif.

"Aku rindu protektifnya Abang"ucapku seraya melanjutkan breakfast ku.

"Abang juga, maafin Abang yang udah ninggalin Dini dan Egois kepada adik Abang sendiri"ucap Abang dengan nada lirih membuatku menatapnya yang saat ini sedang menundukan kepalanya.

"Abang gak perlu minta maaf, Abang nggak punya salah apapun dan diharamkan jika Abang meminta maaf tapi tidak punya kesalahan"ucapku membuat Abang menatapku.

"Abang hari ini adalah hari ke 4 Dini disini bersama Abang, Abang Dini mau bicara"ucapku membuat Abang menatapku lekat.

"Dini mau bicara apa?"

"Dini ingin pulang ke Indonesia"ucapku membuat Abang menatapku lebih dalam.

"kenapa? Dini rindu Ayah?"tanya Abang menatapku dan aku melihat raut kesedihan di mata Abang.

Aku menganggukan kepalalu dan menundukan kepalaku,
"iya, Dini rindu Ayah dan semuanya. Tapi bukan hanya itu alasan Dini ingin pulang, sahabat Dini membutuhkan Dini saat ini Abang dan Dini harus pulang untuk selalu bersamanya disaat duka"ucap ku.

"sahabat Dini, Hani maksud Dini? Ada apa dengan Hani?"tanya Abang.

"Mamahnya Hani akan menikah 1 bulan lagi dan keputusan itu membuat hati Hani hancur, karna dia pun sama sepertiku yang memimpikan Mamah dan Papahnya bersama kembali demi anak mereka"jawabku menceritakan tentang Hani kepadaku.

"Hmm, kalau itu alasan Dini. Abang gak bisa memaksa Dini untuk tetap sama Abang, nanti kita pulang bersama ya"ucap Abang membuatku menggelengkan kepalaku.

"gk Abang, Abang harus cepat selesaikan skripsi Abang secepatnya agar kita semua bisa berkumpul kembali dirumah Ayah. Abang jangan khawatir, Dini akan minta paman Agus menjemput Dini"ucap ku membuat Abang menatapku.

"mengantar Dini ke indonesia tidak menghalangi jalur skripsi Abang dek"

"iya Dini tau, tapi Dini gak mau Abang kecapean"ucapku mengusap lengan Abang.

"yaudah, selesai berakfast nya nanti kita bicarakan lagi okey"ucap Abang dan Aku hanya menganggukan kepalaku.

Jam menunjukan pukul 10 pagi waktu Roma dan saat ini aku sedang berada di lobbi apartemen menunggu Nada teman baruku, seperti yang aku ucapkan kepada Abang bahwa aku akan berjalan-jalan dengan Nada.

"temenmu masih lama dek?"tanya Abang setia menemaniku.

"gak kok bang, udah sampai. Itu dia"ucapku menunjuk seseorang yang melambaikan tangannya kepadaku.

"hayy, maaf aku lambat"ucap Nada yang memelukku.

"gpp kok, yaudah Abang aku pergi ya dengan Nada"ucap ku menatap Bang Arya.

"iya, saya titip adik saya. Dia sangat percaya sama kamu"ucap Abang kepada Nada dengan nada dingin.

"Abang ihh, kenapa kaya gitu? Maaf ya Nad, Abang emang kaya suka protektif tapi baik kok. Yaudah Abang adek berangkat ya, Abang semangat bimbingannya nanti adek kabari"ucapku mencium tangan Abang.

"iya, kamu juga hati-hati ini kota baru untukmu kalau ada apapun cepat kabari abang atau minta tolong sama dr.Hafidz"ucap Abang yang bawel seraya mengusap kepalaku.

"siap itu mah, yaudah bye bye Abang"

"bye, have fun My younger sister"ucap Abang yang melambaikan tanganku.

"Do not forget the message brother earlier"teriak Abang saat aku memasuki mobil Nada dan Aku hanya memberikan jempolku.

..

Saat ini aku dan Nada sedang berada di jalan, kami akan ke salah satu Mall besar yang berada di Roma.

"kamu dan Abangmu sweet ya, aku jadi iri kepadamu"ucap Nada kepadaku, membuat aku menatapnya.

"ya seperti itulah kami, memangnya kamu tidak memiliki kakak lelaki?"tanyaku.

"tidak, aku anak ke dua dari 3 bersaudara"jawab Nada dan Aku hanya menganggukan kepalaku tanpa niat ingin mengetahui lebih dalam lagi.

"kakak pertamaku perempuan, kami berbeda usia 5 tahun dia sudah menikah saat ini tapi masih tinggal satu rumah dengan Mamih dan Papih itu adalah persyaratan dari Mamaihku kata Mamaihku jika setiap anaknya menikah maka dia tidak mengizinkan anaknya untuk pergi dari rumah Papih dan Mamih, sedangkan adikku dia lelaki usianya saat ini 12 tahun tepat dia baru saja lulus SD dan mungkin akan lanjut di Indonesia karna Aku dan keluargaku akan kembali ke Indonesia secepatnya"ucap Nada menceritakan keluarganya kepadaku.

"semoga kita bisa ketemu ya saat di indonesia nanti"ucapku yang hanya menanggapinya ucapan Nada dengan nada singkat, bukan aku tidak tertarik tapi aku hanya tidak ingin tau lebih dalam keluarga Nada.

"kamu bagaimana keluargamu? Kamu berapa bersaudara Din?"tanya Nada membuatku menatap Nada sedikit terkejut.

"Aku tiga bersaudara juga Bang Arya adalah kakak tertua lalu Kakak kedua perempuan dia sudah menikah juga"ucapku yang terpotong dengan keterkejutan Nada.

"jadi Bang Arya di langkahi oleh kakak keduamu?"tanya Nada.

"iya, seperti itu dan ketiga aku. Umur kami tidak terpaut jauh hanya berbeda beberapa tahun ajh"jawabku dan Nada pun menganggukan kepalanya.

"maaf jika ku boleh tanya, usianya bang Arya berapa?"tanya Nada kembali kepadaku.

"menuju 28, beberapa bulan lagi"ucapku menatap lurus jaln raya.

"hampir sama ya dengan kakak, kakak perempuanku usianya 29 lusa makanya Mamih dan Papih sudah buat rencana buat suprise untuk kakakku"ucapi Nada yang hanya ku tanggapi dengan anggukan kepalaku.

'maafkan aku Nada, bukannya aku tidak ingin menanggapi hanya saja aku tidak ingin menanam rasa iri dalam hatiku mendengar ke komplitan keluargamu'ucapku dalam hati.

💔💔

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang