Part 103

133 9 6
                                    

..

Ali POV

Aku tidak menyangka dengan apa terjadi saat ini dimana aku kedua kalinya aku kehilangan sosok yang sangat aku dambakan, yang pertama sosok yang ku dambakan yaitu mbah ku dari Abah dan saat ini darah dagingku sendiri.

Tidak bisa aku mengartikan bagaimana sakitnya hatiku saat ini kehilangan sosok nya saja belum ku lihat,
'yarabb aku ikhlaskan dia bersamamu, biarkan dia menjadi penolongku dan istriku di hari akhir nanti tapi bantu aku dan kuatkan diriku untuk bisa menguatkan istriku yang mungkin akan lebih rapuh dariku'ucapku dan sela doaku saat ini.

Ya, setelah dr. bicara bahkan dokter harus mengeluarkan anakku dari perut istriku. Dokter menjelaskan bahwa istriku mengalami kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, aku masih sangat ingat jelas dokter menjelaskan kondisi kandungan istriku yang mengakibatkan istriku pendarahan dan keguguran.

Aku sangat lemah saat dokter menjelaskan kondisi kandungan istriku saat itu, saat ini aku kembali terisak seraya melihat hasil print usg istriku tadi sebelum proses kuret dilakukan oleh dr.

'Nak, maafkan Abah yang belum bisa memeluk dan mengazani mu secara langsung tapi abah yakin kamu merasakan kasih sayang abah dan umma dari atas sana. Baik-baik disana ya nak, kamu selalu ada dihati Abah dan ummah. Abah dan Umma menyayangimu nak'ucapku seraya mengusap lembar persegi bergambar hitam putih itu.

"maaf Gus mengganggu"ucap seseorang membuatku langsung menghapus air mataku dan menatap belakang ternyata bang Arya.

"eh bang, iya ada apa bang? "tanyaku seraya berdiri dan menyimpan hasil usg itu di saku gamisku.

"Andini sudah dipindahkan keruang rawat, mari Gus"jawab Bang Arya dan aku pun menganggukan kepalaku.

Kami berjalan beriringan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, keheningan ini membuatku membayangkan gimana reaksi istriku nanti.

"saya tau Gus dan Andini kuat, jangan tinggalkan dia Gus hanya Gus lah yang bisa menenangkan Andini saat ini. Saya merasa abang yang paling lemah saat ini bahkan saya tidak akan bisa melihat kesedihan adik saya, karna saya tau bagaimana ikhtiarnya adik saya untuk hal ini"ucap bang Arya yang terlihat rapuh juga.

"insyaallah, kita kuatkan Andini bersama-sama bang"jawabku seraya menatap bang Arya yang menunduk.

Kami melanjutkan perjalanan menuju ruang rawat istriku, sampainya disana aku melihat Galang yang sedang mengusap kepala istriku yang masih memejamkan matanya.

Galang menyadari ada aku dia pun menepi membiarkan aku yang berada disisi istriku tapi sebelum itu dia menepuk pundakku seraya menguatkan diriku, aku menganggukan kepalaku setelah itu ku genggam tangan istriku berkali-kali ku cium jari istriku yang berada dalam genggamanku.

Aku tatap wajah istriku yang berubah-ubah terkadang senyum, lalu berubah lagi menampilkan wajah sedih bahkan terakhir ada air mata yang menetes dari sisi mata istriku.

"apa yang sedang kamu alami disana sayang? Bangun yuk, aku menunggu kamu"ucapku Berbisik di kuping istriku.

"bangun sayang, mas nunggu kamu bangun lh udah ya tidur nya"ucapku kembali dan tak selang lama mata istriku pun terbuka membuatkau mengucap hamdalah.

Aku melihat wajahnya kesakitan dan aku langsung bertanya keadaannya tapi setelah itu dia langsung menanyakan banyak pertanyaan yang membuatku kelu untuk menjawab, bahkan dia terus memaksaku membuat aku teringat tentang apa yang terjadi berberapa jam lalu.

'yarabb, kuatkan diriku'ucapku dalam hati saat aku sudah mengeluarkan isakkan tangisku didepan istriku dan itu membuat dia terus mendesakku untuk menjawab pertanyaannya.

Istriku meminta bantuan bang arya dan galang untuk menjawab tapi mereka memilih pergi dan menyerahkan semuanya kepadaku untuk menjelaskan kepada istriku, aku pun menjelaskan secara perlahan agar istriku mengerti kondisinya saat ini dan benar dugaan ku istriku tidak segampang itu menerima kabar ini bahkan setelah dipelukan ku tiba-tiba istriku kembali pingsan yang membuatku terkejut dan langsung memanggil dr.  tak lama pun dr. datang diikuti bang arya dan Galang dibelakangnya.

"maaf pak, kami harus memberikan obat penenang untuk bu Andini agar dia lebih tenang dan kembali siuman dengan keadaan yang lebih baik"ucap dokter membuatku menangis seraya menggenggam tangan istriku.

Aku merasakan ada usapan di punggungku,
"sabar Gus, kuatkan dirimu"ucap Galang.

"kapan adik saya bisa pulang dok? "tanya bang Arya.

"jika kondisi nya besok sudah membaik, besok sore dibolehkan pulang kita lihat kembali dari terakhir visit ya pak"

"baik terimakasih dok"

"sama-sama pak kalau gitu kami permisi, selamat malam"

"malam"

"kita semua harus kuat Gus demi Andini, saya yakin adik saya bisa ikhlas tapi mungkin butuh waktu kamu harus lebih kuat karna jika kamu rapuh Andini bisa lebih rapuh kekuatan adik saya ada pada dirimu Gus"ucap bang Arya membuatku menenangkan diriku.

"saya sudah kabari keluarga tentang kondisi Andini, mungkin sebentar lagi mereka semua akan sampai kuatkan dirimu Gus"lanjut bang Arya dan aku pun hanya menganggukan kepalaku.

Selang 30 menit seperti yang diucapkan bang Arya semua keluar datang bahkan sahabat-sahabat istriku ikut hadir, raut kesedihan tercipta di wajah semua orang yang ada diruangan istriku saat ini dan saat pertama kali aku melihat Umi aku langsung memeluk Umi dan memohon ampunanya.

"yang tabah ya le, kamu kuat Umi sangat tau kekuatan putra Umi"ucap Umi saat aku ada di pelukkan Umi.

"makasih mik"

"bah"ucapku yang langsung bersimpuh di kaki abah dan dengan cepat abah memeluk diriku.

"ampuni ali bah, Ampuni semua kesalahan Ali dan istri Ali bah. Ampuni kami"ucapku seraya menangis di pelukan abah.

"abah sudah ampuni dirimu le, sudah kamu harus kuat demi istrimu"jawab abah membuatku menganggukan kepalaku lalu aku bersimpuh di kaki Ayah, aku merasa Allah mengujiku seperti ini karna ada kesalahan yang pernah ku perbuat.

"maafkan Ali dan Andini Yah, ampuni kami yah"ucapku.

"tidak nak, kamu tidak memiliki salah apapun kepada Ayah begitu juga dengan istrimu ini adalah bentuk cinta Allah kepada kamu dan putri ayah jadi kamu harus bisa melewatinya tanpa meninggalkan putri ayah ya"jawab Ayah yang memeluk diriku.

"iya yah"

"le, sebenarnya bagaimana kejadiannya?"tanya Abah saat aku sudah lebih tenang.

"iya Nak, kenapa kamu sampai tidak mengetahui kalau istrimu sedang mengandung? "tanya Ibu yang menatapku.

Aku menatap istriku yang terlelap, saat ini istriku sedang dikelilingi oleh sahabat-sahabat.

"kejadiannya begitu cepat bah, aku pun gak tau awalnya tapi kami semua tersadar dengan teriakkan istriku dari pintu pembatas dan saat itu posisi istriku sedang kesakitan dengan darah yang sudah mengalir dari kaki istriku bah. Sampainya dirumah sakit Andini langsung ditangani oleh dr dan selang 15 menit dokter bicara kepadaku bahwa istriku menagalami keguguran dan harus di kuret untuk mengeluarkan sisa janin didalam perut istriku, dr. bilang jika istriku mengalami kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik"jawabku membuat Umi menangis dan Aini langsung menenangkan umi.

"aku sama sekali tidak tau bu, karna Andini pun tidak mengalami gejala apapun dan dia tidak cerita apapun makanya kami biasa saja tapi kalau pun kami tau bu janin itu tidak akan bisa bertahan bu karna dia tidak berada pada tempatnya"jawabku menjawab pertanyaan ibu.

"kuatkan istrimu le, umi yakin dia lebih rapuh dari pada dirimu"ucap Umi kepadaku.

"insyaallah mik, Mas tidak akan meninggalkan istri Mas walaupun hanya sebentar"jawabku menatap Umi membuat Yangkung menepuk pundakku seraya menguatkan diriku.

Aku menatap wajah istriku yang tertidur dengan damai,
'Nak, jika saat ini kamu sedang bertemu dengan Umma sampaikan kepadanya bahwa kamu sudah sangat bahagia disisi Allah ya Nak dan bilang juga kepada Umma untuk tidak terus larut dalam kesedihan karna kehilangan dirimu'ucapku dalam hati seraya melihat kembali hasil USG tersebut.

..

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang