Part 82

130 12 2
                                    

..

Sampainya dirumah Aku dan Mas disambut dengan dua keluarga, benarkan sekarang aku mempunyai tiga keluarga yaitu keluarga ayahku,keluarga ibuku dan keluarga mertuaku dan bismillah insyaallah aku menyayangi semuanya. Aku memeluk Ayah, Ibu, kak Azizah dan bang Arya serta Mas mencium tangan semuanya barulah kami masuk kedalam rumah.

Diruang tamu aku sempat duduk dan Bibi membawakan minum, sebenarnya tubuhku masih lemas tapi melihat wajah bahagia keluarga ini membuat ku pendam rasa lelah dan lemasku.

"gimana dek disana seru gak? "tanya kak Azizah yang duduk dekat suaminya bang Luthfi.

"seru banget, padahal aku masih betah tapi satya sudah teror aku katanya jangan lama-lama cuti mereka juga yang pusing gitu, aku heran ada ya bos di atur-atur sama bawahan"jawabku jenaka membuat semua orang tertawa.

"tapi emang bener disana seru, menyenangkan adek memiliki teman baru dari santri tapi kan pekerjaan adek gak selamanya bisa di tinggal makanya aku akan membuat cabang Anha media di Yogyakarta tempat kelahiran suamiku yah, Bu, Bang kak"ucpku membuat Ayah menatapku serius.

"bukannya adek baru buka cabang? "tanya Ayah kepadaku.

"iya yah, adek memang baru buka cabang bandung tapi adek akan mengikuti langkah suami adek makanya gak mungkin adek bulak-balik jakarta Jogja cuma untuk menghadiri metting, adek putuskan membuka cabang Jogja agar mempermudah semuanya jadi kalau ada klien yang ingin metting dan pertemuan dengan adek ya mereka bisa datang langsung ke cabang Jogja untuk bertemu dengan adek"jawabku menjelaskan planingku.

"Nak ali sudah tau? "tanya Ibu kepada Mas yang dari tadi hanya menyimak lebih dulu.

"sudah Bu, kami sudah membicarakan semuanya sebelum Andini berbicara kepada Ayah. Saya minta izin Ayah untuk membawa istri saya ke Jogja ikut bersama saya karna semua perkerjaan saya dan tanggung jawab saya berada di kota kelahiran saya, Abah meminta saya untuk menanggung jawab pesantren jadi saya tidak bisa mengikuti Andini di Jakarta"jawab Mas seraya Izin kepada Ayah.

"jadi maksud mu Gus akan memboyong Andini ke Jogja? "tanya Abang.

"iya bang, saya pun minta izin ke abang dan ke kak Zizah bukan saya ingin menjauhkan adik kalian dari Abang dan Kakak tapi saya merasa keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang terbaik untuk saya dan Andini"

"Nak, dari sehabis kamu menghalal putri ayah tanggung jawab Ayah semuanya berpidah padamu. Ayah sudah tidak berhak atas putri ayah karna yang berhak atas diri putri ayah ya dirimu, Ayah izinkan kamu memboyong istrimu tapi dengan permintaan Ayah tolong dijaga putri ayah, tolong di perhatikan semuanya Andini itu beda dengan Azizah yang sangat rapih, yang sangat teratur kalau Andini putri ayah itu sangat tidak teratur apalagi di jam pekerjaannya dan jam tidurnya, dan inget pesan ayah saat sebelum ayah menjabat tanganmu saat akad kemarin hanya itu pesan Ayah"ucap ayah membuatku terharu.

"insyaallah yah, saya akan lakukan permintaan ayah dan saya akan terus ingat pesan ayah kepada saya"jawab Mas dengan tegas kepada Ayah.

"lalu kapan akan diboyongnya?"tanya Ayah seraya menentramkan matanya yang memerah.

"setelah acara Galang selesai Yah, insyaallah setelah itu semua saya akan memboyong Andini ke pesantren disana pun saya sudah menyiapkan rumah untuk kami"jawab Mas membuatku menatapnya karna aku tidak tau tentang rumah itu.

Mas yang tau aku menatapnya terkejut dengan ucapnya hanya tersenyum dan mengusap punggung tanganku,
"rumahnya masih dalam tahap pembangunan yang insyaallah akan selesai dalam waktu beberapa minggu lagi"

"Syukurlah Ibu senang jika kalian mempunyai rumah sendiri bukan ibu tidak mengizinkan Andini tinggal dengan Abah dan Umi hanya ajah lebih mendewasakan Andini dalam mengurus rumah tangga dan mengurus suaminya"ucap Ibu membuat Mas menganggukan kepalanya.

"iya bu, dan Ayah saya titip Andini selama 3 bulan ini saya akan bulak balik Jakarta-Jogja untuk mengunjungi Andini. Karna alasan tadi saya ada pekerjaan di Jogja juga pesantren dan Andini pun tidak bisa terus-terusan mengabaikan pekerjaannya makanya saya memutuskan untuk kami LDR sampai 3 bulan kedepan"ucap Mas membuat Abang dan Kak Azizah menatapku yang hanya diam saja.

"yakin Gus Andini bisa melewati LDR ini? Kok kakak gak yakin ya dek"tanya Kak Azizah membuatku menatap kak Azizah.

"kakak, kenapa gak yakin? Aku bisa kok cuma tiga bulan gak lama segitu mah"jawabku dengan santai tapi tidak dengan hati juga fikiranku yang meragukan ucapanku.

"alah kamu dek sekarang ajh bilang yakin kok, cuma tiga bulan besok ajh udah tinggal sama suami, ada ajh ulahnya agar bisa suamimu balik lagi kesini cuma buat ngeliat ulah kamu"ucap Kak Azizah yang mengejek diriku.

"ih nggak ya, aku buktiin besok"jawabku dengan nada ragu.

"kok kakak semakin gak percaya ya"

"ihh kakak, Ayah kakak tuh"ucapku berlari ke ayah dan mengadu pada Ayah.

"kak, kamu jail banget ya percaya sedikit lah walaupun ayah pun gak begitu percaya"ucap Ayah yang juga menjailiku.

Ucap ayah membuat semuanya tertawa terutama Abang dan kak Azizah,
"Ayah kok gak percaya sama adek?"tanyaku menatap Ayah.

"adek Ayah bisa lihat cinta dan sayang adek kesuami adek, itu makanya ayah gak yakin kamu bisa baik-baik ajh tanpa suamimu walaupun 1 minggu sekali dia pulang kesini"jawab Ayah membuatku cemberut dan kembali pindah dekat Mas yang tertawa dengan tingkahku.

"aku gak mau ngomong sama Ayah juga kakak"ucapku seraya melipat kedua tanganku.

"alah dek baper banget si, emang bener kan kamu udah kebucinan sama Gus sampai di IG selalu posting dengan lope-lope Masyaallah Gus kamu berhasil merubah adikku"ucap Abang membuat ku kesal menatapnya dan langsung melemparnya dengan bantal sopan.

"sayang gak boleh gitu"

"habisnya mereka buat adek kesel"

"sudah-sudah Nak, kamu belum memperkenalkan seseorang"ucap Ayah membuat kami semua menatap Ustadz Galih.

"oh iya saya lupa Afwan Lih, perkenalkan ini keluarga istri saya dan ayah ini ustadz Galih yang mengatur semua jadwal saya dan bisa dibilang tangan kanan saya mengurus semuanya termasuk rumah itu ustadz galih yang memantaunya"ucap Mas memperkanalkan Ustadz Galih membuatku diam kaku.

'kenapa aku bisa lupa ada ustadz galih? Masyaallah, ampunilah sikap hamba'ucapku dalam hati.

"berarti besok kamu pulang dengan Ustadz Galih Gus? "tanya Abang kepada Mas.

"iya bang, kami akan pulang lewat jalur udara karna besok saya ada pertemuan untuk membahas cabang restoran baru"jawab Mas membuat semuanya menganggukan kepala.

"cabang mana lagi sekarang Nak? "tanya Om juna yang tadi hanya menyimak.

"Insyaallah, di dekat alun alun ibu kota Wates Om minta doa nya"jawab Mas sedangkan aku diam kembali mendengarkan mereka semua ngobrol bahkan Ayah mengajak ustadz galih ngobrol sampai akhirnya jam semakin menunjukan waktu sore membuat Ayah meminta aku mengajak Mas ke Kamar dan Ustadz Galih ke kamar tamu untuk bersih-bersih dan istirahat sebentar sebelum magrib.

Sampainya di kamar Mas langsung memelukku dan aku membalas pelukan nya,
"Insyaallah kamu bisa melewati ini, kita lewati sama-sama ya sayang"ucap Mas membuat hatiku sedih dan air mataku luruh begitu ajh.

Ku mengeratkan pelukanku dengan isak tangis yang berusaha ku pendam agar tidak keluar dari mulutku,
"adek nangis? "tanya Mas seraya mengusap punggungku, aku hanya diam dan Mas tau jika aku butuh di tenangkan bukan di tanyakan jadilah Mas hanya menenangkan diriku dengan terus bersholawat.

❤❤❤

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang