Part 68

154 13 0
                                    

..

Ali POV

Aku mengira istriku tertidur karna kelelahan menangis ternyata dia pingsan yang membuatku langsung membawanya ke rumah sakit, setelah sadar dirumah sakit dia langsung minta pulang dan aku hanya bisa mengikuti ucapannya saja.

Disepanjang perjalanan Andini hanya diam seraya trus melihat ke arah jendela, sesekali air matanya jatuh yang membuat aku sakit melihatnya.
'sangat hancur kah hatimu sayang, sampai kamu sangat rapuh seperti ini hanya karna pengkhianatan. Aku tau tidak mudah sayang tapi aku selalu bersamamu, aku janji itu'ucapku dalam hati seraya trus menggenggam tangan nya.

Disepanjang perjalanan hanya ada kesunyian sampai akhirnya tiba dihalaman rumah, istriku langsung keluar dari rumah tanpa menungguku lebih dulu. Aku faham kecewanya istriku apalagi pengkhianatan seperti menggoreskan luka sangat dalam yang membuat rasa trauma pada diri Istriku.

Aku menyusulnya dengan langkah cepat karna langkah istriku lebih cepat bahkan dia masuk rumah tanpa mengucapkan salam dan langsung naik ke atas menghiraukan ibu nya bertanya, abangnya memanggil dan semua orang hanya menatap binggung pada istriku.

"ada apa sebenarnya nak? "tanya Ibu mertuaku kepadaku.

Aku menceritakan semuanya yang terjadi membuat semua terkejut bahkan raut khawatir tercipta di wajah semua orang, tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar istriku membuat kami semua berlari ke lantai atas. Aku lebih dulu lari bahkan aku melewati beberapa anak tangga.

"sayang ini mas, buka pintunya sayang"ucap ku seraya menekan tuas pintu yang terkunci.

"dek, jangan lukai dirimu dek buka pintunya dek"

"Andini, ini ayah sayang ayo kita bicarakan baik-baik"ucap Ayah ku.

Ibu mertuaku sudah menangis dipelukan suaminya sedangkan bang Luthfi sedang mencari kunci cadangan kamar istriku dan aku trus mengetuk pintu kamar istriku yang lagi-lagi ada suara pecahan dari dalam kamarnya, membuat semua orang kalut.

Aku dan Arya berusaha mendobrak pintu dalam hitungan ketiga pintu terbuka dan pertama yang ku lihat adalah istriku yang sedang terduduk lemas di tepi ranjang dengan banyak sekali serpihan kaca di dekatnya, aku menghampiri nya dan langsung memelukkunya.

Seperti ini kah lemahnya seorang suami saat melihat wajah kecewaan yang istrinya perlihatan,
"sayang Istigfar kamu gak boleh seperti ini, jangan dikuasi amarah"ucapku seraya trus mengusap punggungnya.

Aku melihat ada darah dari tangan sebelah kanannya yang ternyata luka lama yang kembali terluka, tubuh istriku kembali terkulai lemas membuatku langsung mengangkatnya dan membawanya ke atas ranjang untuk kedua kalinya istriku pingsan hari ini.

Azizah menelphone dr. sedangkan aku trus memandang wajah istriku,
'sayang kamu punya mas, Mas janji akan menyembuhkan luka itu dan perlahan-lahan akan mengobati rasa traumamu'ucapku yang tak terasa air mataku menetes membasahi pipi istriku.

Aku merasakan usapan punggung yang diciptakan oleh ayah mertuaku, tak lama dr. datang dan langsung memeriksa istriku. Dr. memutuskan untuk infus istriku, setelah selesai tugasnya aku mendekat kembali ke dekat istriku dan terus mengusap pipinya.

Semua orang sudah keluar membiarkan aku berdua dengan istriku tapi sebelum itu ayah masih berada di belakangku,
"kuatkan istrimu, luka dimasalalunya tidak segampang itu untuk dilupakan putri ayah jangan marahi diatas apa yang di lakukan lihat lah dari sisi dia gak ingin melukai keluarganya dengan ucapannya. Ayah sangat kenal putri ayah dan ayah harap kamu bisa merubah sifat jelek Andini yang selalu melampiaskan amarahnya dengan kesendirian"ucap ayah mertuaku sebelum keluar.

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Where stories live. Discover now