Part 81

128 11 0
                                    

..

Saat ini jam menunjukan pujul 5 pagi dan aku juga Mas sudah siap untuk mengantarku pulang ke jakarta dengan disopiri oleh ustadz Galih yang Mas sebut hari itu yang katanya ketemu dengan ku di Masjid Agung jogja, aku hanya membereskan barang-barang penting saja sedangkan pakaian aku biarkan dilemari milik suamiku karna nanti aku akan kembali kesini.

Aku menuruni tangga dengan ransel di punggungku menghampiri Abah, Umi, mbak Aini yang berada di ruang tamu menunggu diriku.
"berangkat sekarang sayang? "tanya Mas dan Aku hanya menganggukan kepalaku.

"Abah, Umi, Mbak. Andini pamit pulang kejakarta insyaallah secepatnya Andini kembali lagi kesini mengikuti langkah Mas"ucapku mencium tangan Abah dan Umi sedangkan Umi memelukku.

"cepet kembali ya nduk"ucap Umi membuatku menganggukan kepala.

"iya Mik, Makasih ya mik dan maaf belum bisa menjadi menantu yang baik"

"kamu menantu yang baik untuk Umi dan istri terbaik untuk Mas mu"

Aku melepaskan pelukan itu dan memeluk Mbak Ning yng membalas pelukanku,
"cepat menetap disini ya, Halimah pasti sedih tau jika Tytynya kembali pergi"ucap Mbak Aini membuatku tersenyum mengingat anak kecil 4 tahun itu sudah sangat dekat dengan ku belakangan ini.

"insyaallah secepatnya mbak"jawabku.

Setelah itu aku dan Mas pun langsung pamit, Abah Umi dan Mbak ning mengantar kami sampai depan Ndalem ada beberapa satri yang menatap ke arah kami dan bahkan ada ustadz juga ustadzah yang melihat pamitnya aku.

Didalam mobil aku terus menatap ke gedung-gedung yang berada di pondok sedangkan mobil sudah melaju meninggalkan pekarangan Ndalem, saat aku sedang menatap arah jendela ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku membuatku menatap sampingku yang sedang tersenyum padaku.

"gapapa, nanti kan kesini lagi setelah semuanya selesai"ucap Mas dan aku hanya menganggukan kepalaku lalu menyembunyikan kepalaku di belakang lengan Mas.

Di perjalanan Mas hanya berbicara dengan Ustadz Galih dan sedangkan aku memposisikan kepalaku di bahu Mas sepanjang perjalanan sedangkan Mas beberapa kali menatap ku tersenyum bahkan beberapa kali mencium keningku,
"Afwan ning, Ana ingin memastikan boleh? "tanya Ustadz Galih padaku.

"Na'am"

"apa benar Ning pemilik Anha media karna pesantren sedang mentraslet kitab di Anha media"ucap Ustadz Galih membuatku menatap Mas.

"iya, benar itu Mas? "

"iya sayang, target selesainya lusa kalau gak salah"jawab Mas membuatku langsung membuka hp dan mengechat orang pabrik bacain translet untuk memprioritaskan translet kitab milik pondok.

"ada apa sayang?"

"gak ada apa-apa"

..

Jam 2 siang kami sampai di rumah Uwa dan disambut hangat oleh Uwa dan pelukan dan Waicih, setelah mengobrol-ngobrol aku izin ke kamar Abah dan Uti membuat Wa putra menatapku lalu menganggukan kepalaku.

Aku berjalan sendiri menuju kamar Abah dan Uti, sampai disana wangi abah dan Uti masih sangat terasa bahkan seprai nya belum di ganti dengan terakhir yang abah dan Uti tiduri.

Dinakas dekat tempat tidur ada kacamata Abah yang biasa abah pakai untuk membaca,
"Bah dini rindu"ucapku dengan menahan sesaknya dadaku.

Aku berjalan menuju lemari abah dan Uti disana pakaian Abah dan Uti sangat rapih bahkan beberapa hijab Uti aku bawa sebagai kenangan untukku, saat aku telusuri lemari Abah dan Uti aku melihat sebuah kotak warna biru di bagian atas membuatku mengingat wasiat yang abah bilang jika Abah dan Uti mempunyai sesuatu untukku.

'apa ini kotaknya? Kenapa aku bisa lupa'ucapku membuat aku langsung mengambil kotak itu dan membuka kotak itu.

Didalam sana ada beberapa perhiasan milik Uti dan Al-Qur'an tasbih juga mukena berwarna putih, air mataku lolos saat aku mengusap mukena yang masih ada wangi Uti itu.

Aku melihat terselip kertas yang membuatku langsung membukanya dan ternyata surat itu untuk diriku, ku taruh kotak itu di ranjang dan ku duduk ditepi ranjang seraya membaca surat itu.

Untuk Cucu kesayangan Uti, Cucu cantik Uti dan Cucu bungsu Uti Andini Putri Pertiwi

   Apa kabar cantiknya Uti? Uti rindu banget sama dini, rindu semuanya. Cantik Uti sengaja menyiapkan ini semua untuk cantiknya Uti, Wa Icih pun tau itu. Cantik doa uti selalu bersamamu dimana pun kamu berada dan dalam kondisi apapun dirimu Uti dan Abah selalu bersamamu cantik, Uti merasakan kamu tidak baik-baik saja setelah perpisahan Ayah dan ibumu Uti merasakan sakitnya dirimu tapi maafkan Uti yang jauh darimu dan tidak memeluk dirimu cantik. Uti dan Abah hanya bisa mendoakan mu dari jauh semoga kamu bisa melewati ini semua dengan ikhlas dan Abah juga Uti yakin suatu saat nanti ada kebahagiaan yang kamu petik dari buah kesabaran dan keikhlasanmu cantik.
   Andini Cucu Uti paling cantik, saat kamu buka ini Uti tidak ada disampingmu jangan menangis karna Uti tidak bisa mengapus jejak air matamu Nak. Jaga diri baik-baik ya Uti selalu melihatmu di kejauhan, bahagia selalu dan ceria selalu ya Nak di pakai ya Nak mukenanya dan disimpan dengan baik ya perhiasannya itu semua milik Uti yang sengaja Uti simpan untuk berikan kepadamu. Salam sayang dan cinta dari Uti juga Abah untukmu cantik.

Dari Abah dan Uti yang menyayangi Cucu bungsunya Andini Putri Pertiwi

..

Tangisku pecah seketika setelah selesai membaca surat dari Uti, tulisan rapih itu membuatku tak susah membacanya isakkan tangisku keluar membuat aku melihat Mukena milik Uti dan langsung ku peluk erat.

"Dini juga sangat merindukan Uti, maafkan dini Uti"ucapku disela tangisanku dan tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang merangkul tubuhku.

Aku menatap lelaki di belakangku yang merangkul tubuhku seketika tangisku pecah kembali dan langsung memeluk suamiku, Mas mengusap punggungku dan menenangkan diriku.

"sudah sayang jangan terus ditangisi, itu akan memberatkan Abah dan Uti"ucap Mas membuatku meredakan tangisanku.

"sudah sayang aku tau kesedihan mu tapi memang gak baik terus-terusan bersedih, cukup doakan mereka dan mereka pun tersenyum melihat kita dari kejauhan sayang. Sudah ya, pulang nanti mau mampir ke makam Abah dan Uti? "tanya Mas dan aku hanya menggelengkan kepalaku.

"aku mau langsung pulang saja"jawabku lemas setelah tangisku berhenti.

Ntah kenapa setelah menangis reaksi tubuhku sangatlah lelah seperti aku harus istirahat setelah menangis walaupun tangisanku tidak histeris tapi reaksi tubuhku akan sangat lelah, setelah itu Mas membawaku keluar dari kamar dan pamit kepada Uwa karna waktu sudah sore.

Di perjalanan tubuhku semakin lemas dan aku terus memejamkan mataku sedangkan Mas mengajak ngobrol ustadz Galih, mereka selalu punya bahan pembicaraan tapi Mas tidak pernah melepaskan genggamannya dari tanganku membuatku tersenyum dibalik Cadarnya.

..

📸

❤ sukapratiwi_andini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤ suka
pratiwi_andini.putri15 Welcome back jakarta 😊

Lihat semua  komentar

📷

❤❤❤

*catatan = foto yang ku masukan di beberapa part itu hanya ilustrasi ya, aku hanya mengambil ilustrasi dibaju atau keadaan bukan karna pemerannya oke. Makasih

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang