4. Kia

16.4K 1.5K 5
                                    

Petir menggelegar. Cyde tengah membaca secarik surat saat merasakan meja di hadapannya bergetar. Suasana berubah begitu cepat. Baru sekitar satu jam yang lalu langit di luar cerah. Tapi kemudian awan abu-abu datang membuat sekelilingnya menjadi gelap. Kilatan petir kemudian disusul dengan tirai hujan yang menebal.

Sama seperti kejadian waktu itu.., batin Cyde yang menghampiri jendela. Masih segar dalam ingatannya bagaimana orang-orang menjerit dan berlarian panik. Cahaya membutakan menyelimuti mereka. Kemudian saat cahaya itu meredup dan sirna, sebagian Vighę seolah menjadi medan perang. Cyde pun tidak lagi merasakan keberadaannya.

"Hujannya deras sekali," keluh seseorang yang muncul di antara rak perpustakaan yang sepi. "Kukira tidak ada orang di sini."

Cyde menoleh. Mulanya sosok itu tidak terlalu nampak karena sangat gelap dalam ruangan. Dia mengambil penopang lilin dan menyalakannya. Sinar kuning berpendar. Laki-laki itu tidak pernah suka mengenakan cape-nya, jadi dia hanya memakai setelan seragam tanpa itu. Brosnya sendiri terbuat dari kristal citrine—hanya ada satu di tempat ini, sama halnya dengan bros safir yang dimiliki Cyde.

"Apa kau kesal karena tidak bisa bermain di luar?"

"Tidak ada kegiatan sore ini," tanggap Cyde setelah kembali duduk. "Ini masih permulaan untuk para murid baru. Akuilah kau juga sedang kesal, Dalga."

"Sedikit." Dalga tidak membantah. Dia mengambil buku secara acak dari rak lalu bergabung di meja yang sama dengan Cyde. Keduanya saling berhadapan. "Jadi bagaimana soal anak dari Kith itu?"

Cyde seketika mengernyit. Mulutnya tetap terkatup.

"Hanya ada dua tahun ini dan kalian memonopoli semuanya. Tidakkah ada sedikit kebanggaan di Zaffir?" sindir Dalga.

"Kau boleh mengambil mereka kalau mau."

"Jahat sekali." Dalga mengikik geli. "Apa kau tidak merasa bersalah sudah berlaku kasar pada anak yang tidak tahu apa pun?"

"Kau bukan seorang Vighę, jadi untuk apa aku harus berusaha membuatmu mengerti?"

Dalga berasal dari Raveann, negeri yang mengelilingi gunung Tar—gunung terbesar sekaligus simbol kekuatan spirit Oltra. Raveann adalah sekutu Vighę, berdampingan dengan Ranoor. Oltra sendiri terpecah menjadi enam kerajaan. Kith merupakan kerajaan terbesar kedua setelah Hurdu. Raveann dan Ranoor ibarat negeri kembar, diikuti Vighę. Satu lagi kerajaan terkecil namun nyaris tidak tersentuh konflik negeri lain, Larөa.

"Raja Kith sudah mengupayakan pelurusan kesalahpahaman ini, jadi kenapa kau tidak melunak biar sedikit saja?" Dalga sedikit banyak peduli pada eksistensi Vighę. Ketegangan antara Vighę dan Kith sudah berlangsung selama ratusan tahun meski masing-masing penguasanya berusaha menampakkan hubungan baik. Raveann dan Ranoor tidak berniat memihak salah satunya meski selama ini lebih condong ke Vighę.

Cyde berlagak sibuk dengan buku yang tengah dia baca. Dalga pun menyerah. Laki-laki itu menguap lalu menoleh ke jendela. Kaca transparannya sangat buram dan hampir-hampir gelap seluruhnya.

"Omong-omong di mana Kia? Kenapa aku tidak melihatnya sejak pagi tadi?"

"Entahlah." Kia memang sering terlihat mengekor di belakang Cyde. Tapi bukan berarti Cyde selalu tahu ke mana laki-laki itu pergi.

***

Var mendesah gusar sembari menyeka lehernya sendiri. Nyaris saja dia dan Quon jatuh dari atas tebing. Untungnya Var kuat menancapkan kuku-kuku jari tangan kanannya ke pinggiran batu. Setelah menaikkan tubuh Quon di permukaan yang datar, barulah Var bisa menolong dirinya sendiri. Seakan tidak cukup mengerjainya, hujan deras turun terlalu tiba-tiba.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now