65. Return

6.7K 693 150
                                    

Areah menunggu dengan cemas di depan pintu yang tertutup. Tiga siswa Cith lain bersamanya, juga menantikan hal yang sama.

Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kekacauan ini. Seluruh siswa diungsikan dari Gihon. Dengan instruksi kepala sekolah melalui petinggi komite tiap-tiap divisi, mereka diberi masa yang panjang dengan membebaskan diri—dengan kata lain berlibur. Tentu saja banyak siswa yang menyambut gembira kabar tersebut, tapi tidak sedikit pula yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi di Gihon.

Rife menyusul Areah yang pergi ke pusat pengobatan Vighę. Berkat antisipasi yang sigap dari Dominic lewat Clao, musibah itu hampir tidak memakan korban. Dan setahu Areah, hanya satu orang yang tampaknya terkena dampak paling mengenaskan. Seseorang melarikan Fiona ke pusat pengobatan. Ketika mencuri-curi dengar dari para tabib yang bertugas, Areah menyadari kalau sesuatu yang amat buruk telah terjadi pada kepala divisinya.

Kenapa dan bagaimana? Banyak pertanyaan yang terus berdesakan di pikiran Areah kini. Di sebelahnya, Rife berlaku sama meski dari luar tampilannya tergolong tenang.

Mereka kontan berdiri tegak melihat salah seorang tabib keluar dari kamar tempat Fiona berada sekarang.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Areah harap-harap cemas.

"Apa ada kerabatnya di antara kalian?"

Mereka saling berpandangan bingung. Semua keluarga Fiona tinggal di Raveann. Gadis itu hanya seorang diri di Gihon untuk mengenyam pendidikan spiritual. Berani bertaruh, tidak ada yang tidak mengetahui perihal latar belakang keluarga Fiona yang memiliki pengaruh di Taruhi—pusat spiritual Oltra yang dibangun dekat gunung Tar.

"Dia kepala divisi kami di Gihon," kata siswa Cith lain. "Kerabatnya tinggal di Raveann."

"Kalau begitu, sebelum walinya hadir, kami tidak bisa memberitahu apa pun," balas si Tabib setelah menghela napas panjang. "Dia akan dirawat dengan pengawasan penuh. Pengunjung selain kerabat tidak dianjurkan. Mohon dimengerti."

Baru saja si Tabib hendak melangkah meninggalkan mereka, Areah bertanya untuk yang kedua kali, "A-apakah separah itu? Kira-kira berapa lama lagi sampai dia siuman?"

Mulut si Tabib tetap terkatup rapat. Dia menatap Areah seakan ikut memahami kecemasan gadis itu. Tapi situasinya sekarang benar-benar tidak mendukung baginya untuk memuaskan rasa penasaran mereka. Gambaran kejadian yang menimpa Fiona bukanlah sesuatu yang bisa semudah itu diberitahukan.

Pada akhirnya pertanyaan Areah hanya ditanggapi kebisuan. Si Tabib hanya menunduk sekilas pada mereka kemudian pergi. Rife yang tidak tahan melihat Areah kecewa, diam-diam menyelinap.

Mulanya dia mengambil arah berlawanan dengan jalan yang diambil si Tabib. Namun tidak lama kemudian Rife berhasil membuntutinya hingga sampai ke sebuah ruang. Rife tidak ikut masuk. Dia hanya berdiam di luar, dekat jendela yang tengah terbuka. Di dalam sana, tabib tadi bertemu dengan tabib lain untuk menceritakan keluh kesahnya.

"Rombongan besar dari Gihon telah meninggalkan Vighę. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?"

"Raja pasti memerintahkan supaya tidak ada yang bocor. Yang penting tidak ada korban jiwa."

"Ya, kecuali satu orang. Kerabatnya di Raveann pasti akan datang tidak lama lagi. Kasihan sekali dia."

"Kalian sudah memeriksanya secara keseluruhan?"

"Tentu saja. Jika bukan dariku, kalian tidak akan memercayai ini," ujar si Tabib gusar. "Bagaimana bisa akademi yang seketat itu, melepas pengawasan pada satu siswanya? Terlebih dia.."

Telinga Rife masih bisa menangkapnya meski di saat yang sama kesadarannya mengawang. Otot-otot tubuhnya menjadi kaku bahkan mati rasa. Tujuan awalnya demi mengetahui seburuk apa keadaan Fiona, justru menggiringnya ke hal lain yang tidak akan pernah mereka bayangkan. Tangan Rife mengepal, rahangnya menggertak.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now