59. Cliff

6K 699 48
                                    

Silvana dirundung kegelisahan. Paru-parunya terasa sesak saat menghela napas. Tidur tidak tenang. Terbangun tiap beberapa jam. Bulir keringat dingin mengalir tanpa henti. Malam berjalan amat lambat. Dia tidak sabar menantikan keesokan hari hingga laki-laki itu bisa ditemuinya.

Apa yang dipikirkan Var? Kenapa waktu itu dia berbalik pergi begitu saja? Silvana hampir-hampir mengejarnya, tapi Cyde dengan sigap menahan. Cyde bilang kepergian Silvana akan memberikan persepsi yang aneh bagi para siswa yang lain tentang mereka—karena biar bagaimana pun mereka menjadi pasangan pesta kali ini.

Silvana tidak memiliki pilihan. Dia terpaksa berdiam di sisi Cyde—sama sekali tidak menyadari tatapan menelisik dari beberapa siswa dari Ruby termasuk anggota dewan komitenya. Kepala Silvana pening. Otaknya terus mendengungkan nama Var. Dan begitu menyadari raut pucat gadis itu, Cyde mengalah dengan mengajaknya undur diri lebih awal.

Keluar dari balkonnya, Silvana melangkah mondar-mandir saking resahnya. Selang tidak berapa lama, hadir Kia yang berdiri tepat di atas pagar.

"Pertemukan aku dengannya," pinta Silvana dengan tatapan memohon. "Beritahu aku jika dia keluar dari Gihon."

Kia mengangguk. Laki-laki itu menjatuhkan diri dari lantai tiga kamar Silvana berada. Namun sebelum kakinya berpijak, tubuhnya melayang sebentar selanjutnya menghilang dari pandangan.

Permintaan Silvana rupanya cukup sulit terpenuhi. Var sama sekali tidak keluar dari asrama selama tiga hari berturut-turut. Dia menghindari segala macam interaksi—bahkan dengan Rife sekalipun. Rife yang menyadari sikap Var yang bertambah dingin hanya bisa menggeleng mengamatinya kala berlatih. Laki-laki itu juga menambah porsi latihannya menjadi dua kali lipat.

Akhirnya di hari keempat, Kia menyadari gerak-gerik Var saat akan keluar Gihon. Rife mengekor. Fiona yang tidak sengaja melihat Kia yang bergerak cepat ke Ruby pun terpancing untuk mencari tahu.

***

Var membutuhkan jasa pandai besi. Akan tetapi kali ini tidak akan memakan waktu lama. Dia duduk di bangku yang disediakan lalu membisu seperti patung. Rife yang tadinya berada di luar untuk menitipkan kudanya dan Nii di istal umum pun kemudian menghampiri laki-laki itu. Bersahabat bertahun-tahun dengan putra Buriand tersebut membuatnya cukup peka menyimpulkan suasana hati Var kini.

"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Rife hati-hati. Setelah beberapa kali mencoba mengorek dengan bertanya dan tak lupa mengimbuhi candaan, dia tahu jika cara itu tidak akan berhasil. "Aku melihat kau mengirim pesan pada seseorang lewat elangmu.. ke arah Kith."

Hening. Var sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda merespon. Rife sungguh-sungguh merasa seperti dihadapkan dengan sebuah arca.

Apa dia akan pergi ke Kith? Satu pertanyaan lagi tersangkut di tenggorokan Rife. Mengenal perangai Var, Rife tahu pertanyaannya hanya akan dijawab oleh kebisuan. Sejak kembali dari Cith beberapa waktu lalu, sejak itulah Var membeku. Apa ada kejadian khusus saat itu? Rife penasaran karena dirinya bahkan tidak melihat Var di antara kerumunan para siswa.

Menghirup napas dalam-dalam, Rife bangkit berdiri sembari melengkungkan tulang punggung ke depan. Dia mengerjap saat tidak sengaja menoleh.

Tidak jauh dari mereka, Silvana bergeming menatap ke arah mereka dengan sorot sayu.

Tampaknya masalah Var juga melibatkan gadis itu.

"Aku akan meninggalkan kalian berdua," kata Rife sebagai ganti pemberitahuannya pada Var. Tangan besarnya menepuk bahu Var sekali sebelum pergi.

Silvana memandang cemas karena Var tidak kunjung berbalik ke arahnya. Begitu laki-laki itu melakukannya, waktu seolah berhenti. Silvana mencoba mencari-cari segurat emosi yang tertinggal dalam manik kelam Var. Nihil. Laki-laki itu menatapnya tanpa ekspresi. Degup jantung Silvana bertambah ketika Var mendekatinya.

Silver Maiden [Terbit]Där berättelser lever. Upptäck nu