Bonus Chapter: The Spring Breeze

3.7K 400 42
                                    

Vighę sedang kacau. Kecurigaan Var mengenai sesuatu yang aneh terbukti. Atas dasar perintah Thadurin II, tiga orang menteri sekaligus serta membawa beberapa pejabat pemerintahan lain datang menemui Var. Tidak biasanya orang-orang itu mendatangi Var lebih dulu, bukannya mengirim pesan panggilan.

Hanya dalam waktu singkat, pihak istana memaksa mereka supaya buru-buru meninggalkan rumah yang telah tiga tahun terakhir ini Var tinggali. Pesta serta upacara pengangkatan pengembalian status mereka sebagai bangsawan berkasta tinggi dilakukan. Silvana tidak lagi dicap sebagai pengkhianat yang diasingkan, sedangkan Var mendapatkan marga Burö. Semua itu terselenggara tanpa kehadiran Thadurin II.

"Aku ingin bertemu dengan Yang Mulia..," kata Silvana pelan.

Wajahnya sendu saat meneruskan menyulam. Selama tinggal di pengasingan, Silvana menemukan banyak hal yang bisa dilakukan. Menyulam adalah hal kedua yang paling disukainya setelah menggambar torehan raksasa di lantai atau di dinding rumah mereka dulu. Saat diminta tinggal di istana, Silvana menyambutnya dengan sukacita. Dia bahkan telah menandai beberapa hasil sulamannya untuk dihadiahkan pada Thadurin II. Biar bagaimana pun, sosok Raja Vighę itu masihlah sebagai figur ayah baginya, dengan atau tanpa kehadiran Mikhail.

Kini setelah Argent tidak lagi berada di dekatnya, Silvana jadi semakin gencar mendekatkan diri pada figur penuh kasih dari Thadurin II yang juga menyayanginya.

Meski sebenarnya akibat pencopotan status, pengasingan, dan pekerjaan pelik yang diterima Var tidak begitu membebani mereka, nyatanya tiga tahun itu berlalu lumayan berat. Bukan karena hukuman-hukuman tersebut, tapi karena kejadian yang tidak bisa terhindarkan.

Setelah mengalami keguguran pada perang lalu, Silvana kehilangan lagi janinnya selang beberapa bulan setelah mereka menikah. Kondisinya diperburuk saat Silvana mengetahui kabar Argent. Quon bisa jadi membencinya, namun rasa cinta itu tetap ada terlebih setelah gadis itu bertekad memaafkan semuanya.

Pukulan tidak berhenti sampai di situ. Tabib bilang apabila sewaktu-waktu Silvana mengandung lagi untuk yang ketiga kali, gadis itu benar-benar tidak boleh menghadapi situasi apa pun yang beresiko membuat keadaannya rentan. Kalau tidak, akan sangat berbahaya baginya.

Dan apa yang dikhawatirkan Var seolah menjadi kenyataan. Setelah memberikan tekanan bertubi-tubi pada kasim istana, Var akhirnya tahu perihal Thadurin II yang tengah sakit keras. Kemungkinan besar dia akan sampai pada ajalnya tidak lama lagi, mengingat begitu putus asanya mereka hingga tergesa-gesa meminta Varoscar dan Silvana kembali.

Waktunya bersamaan saat kandungan Silvana baru saja memasuki bulan ke delapan.

Sampai saat ini, Silvana belum mengetahui keadaan Thadurin II. Bukan main betapa runyamnya keresahan Var tiap Silvana mengungkitnya.

Silvana tidak ambil pusing pada Var yang tidak membalas perkataannya. Dia maklum karena Var terlihat begitu sibuk akhir-akhir ini. Walau begitu, laki-laki itu tetap tidak pernah absen memberikan afeksi yang hangat dan selalu mampu membuat batinnya tenang.

"Var, lihat!" Silvana memaksa meminta perhatiannya saat itu juga. Dengan senyum yang lebar, dia mengangkat pakaian renda mini yang sebentar lagi selesai—untuk bayi mereka. "Bagaimana menurutmu?"

"Bukankah itu terlalu besar?" Var agak mengernyit. Bentuknya memang kecil, bagi mereka berdua. Tapi bagi bayi yang belum bisa merangkak, rasanya pakaian itu akan longgar nantinya.

"Begitu?" Alis Silvana bertaut sambil mengamati hasil sulamannya lagi. Dia mengerucutkan bibir lantas kembali meneruskan menyulam, sembari memperkirakan seberapa dirinya harus mengecilkan pakaian itu. Akan tetapi tiba-tiba Var mengambil pakaian dan semua perlengkapan sulam itu dari tangannya.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now