Extended Chapter: Fiona II

3.2K 349 41
                                    

Fiona memindahkan dua ember penuh kain basah yang baru selesai dicuci. Sambil mengusap peluh, dia memandang sekitarnya. Bunga-bunga yang dirawatnya telah bermekaran indah. Hilda amat senang penjualan mereka naik dua kali lipat bulan ini. Syukurlah kerja keras mereka membuahkan hasil yang manis.

Selesai menggantungkan kain-kain putih itu pada tali jemuran, perhatian Fiona beralih melihat seseorang dari kejauhan yang menunggangi kuda. Netranya menyipit. Tidak mengacuhkannya, Fiona mengambil lagi embernya lalu membawanya masuk ke rumah. Dia kemudian keluar membawa ketel penyiram.

"Majikanmu kejam sekali menyuruhmu tetap bekerja padahal ini hari libur," komentar lelaki tersebut di atas kudanya.

Ciri khas orang Larөa memiliki rambut cokelat serta iris hazel atau cokelat gelap, begitu pun dirinya. Di lingkungan tempat Hilda tinggal, dia merupakan pewaris tuan tanah yang memiliki ladang dan peternakan paling luas. Namanya Amon Derbè. Kalau keluarga mereka mengadakan perayaan khusus, dia akan menjadi pembeli terbanyak bunga-bunga Hilda.

Amon pertama kali melihat Fiona sekitar tiga bulan yang lalu. Saat itu keluarga Derbè merayakan pernikahan putri sulung mereka dan Amon pergi ke tempat Hilda, meminta disiapkan karangan bunga dalam jumlah yang banyak. Fiona pun bergabung untuk ikut membantu kesibukan Hilda dan pekerja yang lain. Dan melihat seorang gadis yang masih muda dan amat cantik itu melakukan pekerjaannya sepenuh hati, Amon menaruh perhatian padanya. Apalagi rupa gadis itu tidak sama dengan para perempuan yang dia kenal—khususnya manik abu-abu miliknya.

Kadang di sela-sela berburu, Amon sengaja datang dengan dalih mendapatkan sebuket bunga untuk ibunya. Kadang pula dia membuntuti Fiona sewaktu mencari madu di hutan, lalu berpura-pura bersikap pertemuan mereka hanya kebetulan semata. Yang paling mencolok adalah, dia sudah beberapa kali memberikan hantaran kecil untuknya atau Hilda, seperti mentega, susu, atau bahkan jubah bulu dari domba miliknya. Amon pernah mencoba memberikan perhiasan untuk Fiona tapi ditolak.

"Aku menikmatinya, tuan," balas Fiona sembari tetap menyirami bunga.

"Selama di Larөa tidak pernahkah kau pergi ke tempat-tempat yang indah? Pantai Mur akan memanjakan matamu di musim semi seperti ini. Mereka juga mengadakan festival di kota sebentar lagi. Kalau mau, aku bisa membawamu ke sana." Amon turun dari kudanya lalu berjalan mendekati punggung gadis itu.

Fiona tertawa sekilas. "Terimakasih, tapi maaf, aku tidak tertarik."

Amon tidak menyerah. Supaya dia berada dalam jangkauan pandang Fiona, dia lalu berdiri tepat di sebelahnya.

"Kalian apakan mentega yang kuberikan beberapa hari yang lalu? Itu mentega terbaik kami."

"Oh ya, bibi sangat menyukainya. Kami bisa membuat banyak kue dengan itu. Sekarang kami bisa setiap hari menikmati hidangan pencuci mulut."

"Benarkah? Mungkin kapan-kapan aku harus mampir untuk bergabung di jamuan makan malam kalian."

Fiona mengangguk-angguk. "Bibi akan selalu senang dengan kehadiran anda."

"Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana kalau kukatakan jika aku hanya ingin datang ke sini dan menghabiskan waktu denganmu? Mungkin saat makan malam, di waktu istirahatmu."

Tingkah Fiona berubah sedikit kaku. Pertama kali Amon mengajaknya berbicara, Fiona bisa langsung tahu kalau Amon tertarik padanya. Demi menghindari laki-laki itu, Fiona memasang dinding di antara keduanya dan bicara senormal mungkin karena dia adalah pelanggan tetap Hilda. Amon tidak kenal kata menyerah, dan itu membuat Fiona risi.

"Maaf, tuan. Tapi tidak," tolak gadis itu untuk yang kesekian kalinya hingga Amon makin gemas.

"Kenapa?"

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now