Extended Chapter: Mikhail

2.7K 190 11
                                    

Dedaunan yang menguning, serta angin yang mengembus lembut, mewarnai pertemuan pertama keduanya.

Argent datang dan tersenyum melihat tampilan putri semata wayangnya yang amat cantik di usianya yang menginjak delapan tahun. Dia tampak seperti boneka porcelain, dengan kulit salju, iris mata safir dan rambut keperakan yang berpendar lembut. Argent mengulurkan tangan, lalu Silvana menggandengnya. Mereka kemudian berpindah dari paviliun Silvana ke ruang utama manor yang tiga kali lipat lebih luas.

Ada banyak prajurit pengawal yang mengenakan  seragam  yang tidak Silvana kenal. Perhatian mereka jatuh pada seseorang yang jadi pusatnya. Argent terus menarik Silvana supaya  mendekat. Sadar bila mereka akan menemui orang asing, gadis kecil itu buru-buru menyembunyikan dirinya di belakang tubuh sang ayah.

“Ini Yang Mulia Pangeran. Berilah salam, Nak,” kata Argent menegurnya tapi Silvana tetap bergeming. “Maafkan, Yang Mulia. Anak ini memang sangat pemalu.”

Silvana pelan-pelan mengintip. Kepalanya menyembul dari sisi siku Argent. Silvana tidak bisa mencegah dirinya yang terpaku melihat laki-laki yang masih begitu muda tersebut. Perawakannya dewasa, dengan postur yang tegap dan garis-garis wajah yang tegas. Sorot ramah diberikannya pada Silvana.

Dia bagaikan malaikat yang bermandikan cahaya matahari. Satu senyumnya saja mampu mengambil hati Silvana di saat yang sama.

“Namamu... Quon?” tanyanya ketika gadis itu ragu-ragu keluar dari persembunyian. “Kau sangat cantik seperti mendiang ibumu. Namaku Mikhail. Khusus untukmu... kau tidak perlu menambahkan embel-embel apa pun.”

***

“Raja Kith sebentar lagi akan mangkat,” ujar Mikhail seraya menatap keluar jendela. Kedua tangannya terlipat di balik punggung. “Semua orang bungkam soal ini, tapi aku yakin ada campur tangan Ghaloth di dalamnya.”

“Maksud anda, dia sengaja membunuh raja hingga mati perlahan?” Argent juga berada dalam satu ruangan dan tengah berdiri tidak jauh di belakang Mikhail.

“Apalagi?” Mikhail tersenyum samar. “Dia telah cukup bersabar dengan menghabiskan tahun-tahunnya di Gihon. Dominic menganggapnya berbahaya hingga harus mendapatkan pengawasan khusus di Diamond. Dan setelah menyelesaikan semua tingkatannya dalam waktu singkat, tidak mengherankan kalau dia menginginkan kekuasaan. Ditambah lagi, setelah menjadi raja, tiap-tiap negeri akan berlomba mengajukan nama-nama putri kerajaan atau bangsawan sebagai kandidat permaisuri. Keuntungan yang berlipat-lipat, bukan?”

“Apa Vighę akan ikut serta?”
Mikhail menoleh, melemparkan pandangan penuh arti. Di mata Argent, Mikhail adalah sosok yang luar biasa, terlepas dari statusnya sebagai pewaris satu-satunya Thadurin II. Seorang Putra Mahkota umumnya berdiam di negerinya, dengan terpancang pada aturan khusus demi keselamatannya. Putra mahkota Larөa misalnya, hampir tidak pernah menginjakkan kaki di luar garis perbatasan, dan sebagai gantinya, pihak kerajaan akan mendatangkan guru-guru ahli untuk mengajarkan ketatanegaraan. Kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Gihon hanya dimiliki oleh adik-adiknya. Namun, Mikhail berbeda.

Mikhail Irridu-Hăgil memiliki jiwa pengelana. Dia memanfaatkan waktu luangnya dengan menjelajah sampai ke negeri tetangga. Ancaman yang bisa saja menunggu di luar sana, tidak pernah membuatnya takut. Wajar saja karena dia begitu percaya diri dengan kemampuannya.

Menyoal apa yang tengah mereka bicarakan saat ini; Kith dan Vighę punya hubungan yang terbilang rumit selama berpuluh-puluh tahun. Tidak bisa disebut bermusuhan, juga tidak cocok dikatakan  dekat. Namun, baik Mikhail dan Argent sama-sama tidak menyukai tiap penguasa Kith yang terkenal licik meski tidak pernah terang-terangan bertindak bar-bar.

“Akan terdengar aneh bila kita tidak mengajukan nama. Lagipula jika beruntung, kita akan punya bagian yang besar di Kith. Aku yakin bangsawan kita akan sangat menantikannya,” ujar Mikhail.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now