19. Promise

11.5K 1K 37
                                    

Langkah Ren begitu cepat—bahkan terlalu cepat. Salah satu siswa yang mengekor ke mana pun laki-laki itu pergi pun sampai kepayahan menyelaraskan langkah keduanya. Ren memang amat pendiam, baik jika suasana hatinya sedang biasa atau tengah ditimpa masalah. Tapi kali ini berbeda. Diamnya laki-laki itu begitu menakutkan.

Mereka masuk ke ruangan khusus untuk kepala asrama Emerald. Ren berjalan sampai ke tengah-tengah lalu berhenti. Dan ketika pintu di sana ditutup, siswa yang menyertainya memekik tertahan. Gelas-gelas kaca berwarna-warni tiba-tiba saja meledak dan hancur. Cairan di dalamnya tumpah ruah mengotori lantai beserta karpet.

Jika seseorang berpikir kalau menjadi siswa Emerald sama artinya dengan duduk diam dengan resep-resep ramuan berjejalan di otak, maka itu adalah suatu kesalahan besar. Mereka juga dilatih untuk melindungi diri dan sesama. Bukan hanya divisi ksatria yang mahir menggunakan senjata. Kekuatan spiritual pun bukan hanya milik Cith. Entahlah dengan para siswa Emerald yang lain, namun yang jelas, Ren berbeda. Darah kerajaan Hurdu mengalir juga di nadinya, membuat Ren juga menguasai tiga sumber kekuatan divisi sekaligus.

Siswa di belakangnya langsung menelan ludah saat Ren berbalik. Tanpa ekspresi, laki-laki itu melangkah maju. Tangan kanannya menjulur saat itu juga, mencekik asistennya. Saking terkejutnya siswa itu, dia tidak memiliki kesempatan menjerit. Iris mata Ren menggelap. Wajahnya terangkat saat kaki siswa malang itu tidak lagi berpijak di atas lantai.

"Tu-tuan.." Suaranya tercekat. Tapi sayangnya hal itu justru membuat Ren semakin mengeratkan cengkeraman jari-jarinya. Barulah ketika wajah siswa itu memucat seluruhnya, Ren menjatuhkan dia begitu saja. Tubuh itu menghempas. Gemetaran, dia pun terbatuk-batuk.

Ren tersenyum samar.

"Kau sepertinya butuh perawatan," katanya seolah kejadian barusan tidak pernah terjadi. "Aku akan memberimu libur beberapa hari. Pergilah."

Gelagapan, siswa itu mengangguk-angguk kaku. Buru-buru dia beranjak pergi—takut kalau-kalau Ren akan berubah pikiran.

Sorot kelam Ren kembali. Apa yang dia lakukan tadi rupanya sedikit banyak membantunya menenangkan diri. Ren kemudian duduk di kursi yang diperuntukkan khusus untuknya. Punggung laki-laki itu bersandar penuh, dan kedua tangannya saling terlipat di atas meja.

Jadi..., batinnya sunyi. Ren tidak akan bisa lagi menyentuh Quon saat di Gihon. Clao telah merusak semua rencana yang dia buat. Hampir sesuatu yang mustahil jika gadis rendahan juga tanpa marga macam Quon memiliki hubungan tertentu dengan Clao. Ren juga tidak salah mengartikan sikap keduanya: mereka tidak saling mengenal. Lalu kenapa Clao terkesan seperti membantu Quon? Mungkin bukan karena gadis itu, melainkan siswa tingkat satu Zaffir yang di luar dugaan berhasil membuat Ren terkejut. Apakah karena Varoscar?

Pertanyaan lain yang tidak kalah mengusik Ren adalah sebab reaksi Dalga. Kalimatnya selalu terpotong kala dia menyebut Quon. Dalga bahkan nyaris melenyapkan gadis itu kalau saja Var tidak muncul. Apakah Ren harus menanyainya langsung? Tapi saat ini bukan waktu yang tepat. Dalga pasti tidak ingin ditemui siapa pun sejak Clao melumpuhkannya.

Namun terlepas dari semua masalah ini, masih ada cara lain...

Ren menoleh pada selembar kulit rusa yang dipajang di dinding. Di permukaannya tertera tulisan-tulisan angka dan nama bulan—kalender. Sebentar lagi, pikirnya sembari tersenyum tipis. Ren hanya harus bersabar karena Quon tidak akan lolos untuk yang ketiga kalinya.

Dan sesuai waktu yang tinggal sedikit—dengan atau tanpa campur tangan Ren, jantung gadis itu akan berhenti berdetak.

***

"Hei, Quon! Sebentar lagi hujan! Cepat angkat jemurannya!"

Quon tersedak. Mulutnya memuntahkan lagi kuah sup. Saat dia menoleh, dua gadis siswa seniornya menatap Quon risih. Berbeda dengan tugas menyiapkan makanan asrama yang jadi jatah pekerjaan para pelayan, mereka harus mencuci pakaian sendiri. Untuk hal satu ini, siswa tingkat satulah yang paling sengsara. Senior biasanya meminta juniornya mencuci baju mereka. Namun khusus untuk Quon, dia harus mencuci seragam tiga orang sekaligus—empat, ditambah baju seragamnya sendiri.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now