70. Betrayal

5.8K 662 56
                                    

Kata-katanya lantang, menusuk siapa pun yang mendengar-bahkan Var yang bukan sasaran sebenarnya gadis itu. Setelah melemparkan tatapan kemarahan pada Kia, Quon kembali memandang Var. Kalau saja ada dua dirinya di dunia ini, Var seperti dihadapkan pada cermin dirinya yang juga memendam dendam.

"Siapa pun tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang," ujar Quon dingin. "Kedatangan kalian di sini sia-sia.. karena aku tidak akan mendengarkan siapa pun."

Var sungguh-sungguh tidak mengenal gadis itu sekarang. Walau dengan wajah yang sama, aura Silvana telah habis tidak bersisa. Namun bila dia telah bertekad membalaskan dendamnya, kenapa Quon tidak sekali pun menyebutkan nama yang membuat kebenciannya berapi-api? Di saat-saat seperti ini, memaparkan semuanya secara gamblang tidak akan jadi masalah besar bukan?

Gadis itu tetap bergeming saat Var melangkah mendekat. Dalam diam pun, dia sepertinya telah memasang ancang-ancang untuk menghindar apabila Var melakukan sesuatu.

"Kau memiliki semua ingatan yang ada pada Silvana," kata Var. Dia yakin tidak salah mengingat keseluruhan paparan Quon sesaat lalu. "Kalau begitu kau pasti tahu.. dengan siapa kau bicara."

Quon tersenyum sinis. "Kenapa? Kau sedang membangkitkan kembali kenangan kalian berdua? Atau kau sedang menguji ingatanku?"

"Tidak." Var menggeleng perlahan. Biji mata yang kelam itu seperti mengisap lawan bicaranya. "Aku sedang memastikan perasaanmu padaku."

Raut wajah Quon seketika berubah. Bibirnya makin mengatup erat, bahkan mulai tergigit karena tekanan kedua rahangnya. Var mencermati seksama reaksi gadis itu. Kontak mata keduanya masih tersambung, namun Var bisa melihat jemari Quon yang tengah meremas rok.

Dugaan laki-laki itu tidak meleset. Kemurkaan Quon yang hampir menghancurkan Vighę adalah karena kematian Mikhail. Dia mencintai tunangannya, sama besarnya dengan perasaan Silvana. Dan apabila Quon memiliki semua ingatan kehidupan mereka, Var sangsi gadis itu bisa menganggapnya hanya sosok yang asal berlalu.

"Aku tidak hanya mencari Silvana," ucap Var lagi sementara Quon masih memberikan tatapan tajam. "Aku menginginkan gadisku kembali padaku!"

"Tutup mulutmu!!" Teriakannya seketika menghancurkan kaca jendela, beserta perabot yang mudah pecah dalam sekali hantam. "Dia sudah hilang! Silvana telah hilang!! Dia telah mati!! Hanya aku yang tersisa!! Lancangnya kau mengabaikanku, kau-PENGGANGGU KITH!!"

Gelombang besar yang tidak terlihat, mengguncang lantai. Cabang retakan merembet pada dinding manor. Tirai-tirai jendela robek setelah terkena imbas dari udara yang menjelma setajam pedang. Var bergeming. Segaris luka timbul pada kulit di bawah mata kirinya.

"Pergi." Kali ini suara Quon terdengar pelan. Tatapannya kosong. "Lukaku tidak akan sembuh hanya karena Silvana menemukan mainan baru.."

Mainan? Sebutan Quon untuknya langsung membangkitkan emosi laki-laki itu. Pergerakan Var selanjutnya ditangkap sebagai sinyal bahaya bagi Quon. Dan sebelum tangan yang kekar dan kuat itu bisa meraihnya, Quon menghentakkan kaki hingga jarak berupa retakan menganga itu menjauhkan keduanya.

Manor Burö terbelah.

Titik pupil Quon yang mulanya membesar berkat suara berat Var yang dia dengar, pelan-pelan menyempit. Kebencian merasukinya lagi. Sekarang dia merasa konyol karena telah hampir kecolongan membiarkan Var mencoba melunakkan dirinya. Tampaknya sekarang pun, kelemahan Silvana menjadi kelemahan Quon.

Kepala Quon selanjutnya berpaling, disusul tubuhnya yang berbalik.

"Kembali." Var berjengit. Rongga dadanya naik turun. Entah kenapa gerakan gadis itu seakan menyiratkan kepergiannya yang begitu jauh-amat jauh dari jangkauan. "Kembali!!"

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now