35. Black Shield

6.9K 759 33
                                    

Silvana memiringkan kepala saat Var masuk ke dalam stan. Sosok laki-laki itu langsung menghilang di antara barisan-barisan jubah yang menggantung. Silvana mengerjap sambil merentangkan jubahnya sendiri. Kemudian dengan hati yang menghangat dia mengenakannya, tidak lupa memasang tudung.

Mulanya dia berniat tetap di sana menunggu Var dan Rife keluar. Namun tiba-tiba saja seseorang menubruknya dari samping. Tubuhnya oleng, tidak sampai jatuh. Dia hanya mengernyit sambil mengusap-usap lengan yang terbentur.

"Maaf," ucap seorang gadis lalu memungut sebutir apel yang menggelinding. Dia menegakkan tubuhnya kemudian memandang Silvana. Dan detik itu juga, tatapannya terpaku.

Silvana tidak terlalu peduli. Dia duluan yang memutus kontak mata keduanya dengan mengalihkan perhatian ke stan.

"Quon..?"

Silvana membeliak selanjutnya menoleh pada gadis itu lagi. Wajah yang tidak dia kenal, tapi saat ini justru melemparkan pandangan ragu sekaligus menyelidik. Alisnya terangkat begitu Silvana memperlihatkan reaksi yang memicu dugaannya meningkat. Siapa? Tanpa bisa dicegah, sekujur tubuh Silvana meremang dan jantungnya mempercepat denyut.

Fiona menangkap aura yang sangat dikenalnya dari Silvana. Terlepas dari wajahnya yang berbeda, bagaimana mungkin seseorang punya gelombang roh yang nyaris sama persis dengan orang yang setahunya telah meninggal? Tadinya Fiona hanya mengucapkan nama itu tanpa sadar, tapi secara mengejutkan, Silvana memberikan reaksi karena refleks—seolah-olah dia memang benar pemilik nama tersebut.

Ditambah lagi.. firasat aneh apa ini?

Silvana bergerak mundur. Dia tidak memberi kesempatan Fiona untuk bicara lagi. Fiona pun tersentak melihatnya berlari.

"Tunggu! Berhenti!" seru Fiona yang kontan mengejar. Silvana berlari menerobos barisan kerumunan yang berlalu lalang hingga dia sampai berulang kali menyenggol orang-orang tersebut. Fiona beruntung melihatnya saat berbelok di salah satu gang samping toko. Langkahnya mengerem. Sambil terengah-engah, alisnya bertaut melihat Silvana bergeming.

Tambah mengejutkan lagi mendapati Kia yang entah kenapa muncul di hadapan Silvana.

Silvana tidak bisa lari tanpa memaksa meringsek. Tapi jika dia sampai melakukannya, gerak-geriknya justru akan tambah mencurigakan. Kehadiran Fiona cukup mengejutkannya meski Silvana tidak merasa kenal pada gadis itu. Sekarang situasinya semakin rumit berkat kemunculan Kia. Tentu saja Argent tidak berdiam diri mengetahui Silvana hilang. Silvana telah bersiap jika sewaktu-waktu mereka akan menemukannya. Tapi kenapa harus di saat seperti ini?

Kia melangkah maju. Detik berikutnya dia mengerjap karena di saat yang bersamaan, Silvana mundur. Kelopak mata laki-laki itu berkedut sedih, meski dari caranya menghela napas, Silvana tahu dia dijalari perasaan lega.

"Aku tidak mau kembali..," ucap Silvana lirih.

Fiona berjengit. Dahinya berkerut.

"Aku masih mau di sini...," tambah gadis itu lagi.

Sungguh, Fiona tidak mengerti makna dari ucapannya. Sempat terlintas di benaknya jika Silvana merupakan orang yang mereka cari-cari. Tapi bukankah Gadis Perak punya rambut keperakan yang amat mencolok? Fiona ingat manik matanya saat mereka bersitatap lagi: biru safir yang memukau. Ekspresi Kia yang biasanya tidak terbaca pun, kali ini terlihat amat jelas menunjukkan semburat emosi yang lembut.

Jadi gadis yang mereka apit kini, memang benar Silvana Burö?

Fiona menelan ludah. Dia meremas roknya sebelum memberanikan diri beralih ke hadapannya, hanya dua langkah di depan Kia. Fiona melihat segaris kemilau menghiasi pipi Silvana. Putri pelindung Vighę yang dikabarkan menghilang, tunangan Pangeran Mikhail yang telah wafat, serta dicap sebagai sosok paling berbahaya di Oltra. Dari mendengarkan ceritanya saja, Fiona tahu gadis itu menyimpan beban yang sangat berat.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now