54: Rinse

6.4K 734 23
                                    

Silvana membisu total setelah Cyde mengantarnya kembali ke Gihon. Dia tidak lagi memandang ke sekitar sewaktu berada di atas kuda dan terus menunduk. Cyde bertanya-tanya dalam hati apakah dia telah keterlaluan tadi. Tapi menyesal pun tidak ada gunanya. Keberuntungan lain ialah, Silvana sepertinya sangat memahami ucapannya.

"Lupakan saja kata-kataku jika itu memberikan beban untukmu," kata Cyde sebelum dia dan Silvana berpisah setelah melewati gerbang. "Beristirahatlah, tidurlah dengan nyenyak."

Silvana mengangguk pelan. Tubuhnya berbalik kemudian melangkah ke Ruby, sementara Cyde akan mengambil arah sebaliknya. Namun laki-laki itu tidak langsung beranjak. Pandangannya tetap menyertai Silvana, menyadari jelas kemuraman yang dia pendam. Ketika Silvana tidak lagi terlihat, Cyde menghela napas panjang.

Kalimat Cyde sebagai perpisahan barusan hanya omong kosong. Cyde berharap gadis itu akan selalu mengingatnya. Sampai kapan pun dia tidak akan melepaskan Silvana—apalagi pada seorang Kith seperti Varoscar.

***

Sore beralih menjadi malam yang kelabu. Baru sebentar rasanya Silvana mendapatkan tidur yang nyenyak. Tidak peduli mimpi indah menghampiri atau tidak, Silvana tidak pernah bosan menanti pagi keesokan harinya hadir. Tapi malam ini, gadis itu merasakan lagi dunianya berhenti berputar. Setelah sedikit demi sedikit melupakannya, Silvana harus menerima kenyataan jika sewaktu diingatkan, rasanya jauh lebih menyakitkan dibanding saat berusaha lupa.

Kalau saja Mikhail tidak pernah pergi ke Kith..

Kalau saja Mikhail tidak mengingkari janjinya mengunjungi Silvana sore itu..

Masihkah mereka bersama? Apakah dirinya bahagia tinggal bersama Mikhail di dalam istana sebagai bagian keluarga Raja?

Pertanyaan itu telah terhapus saat akhirnya Silvana bisa menerima. Dalam keputusasaannya, dia bertemu dengan Var yang mengacaukan keras kepala Silvana dalam sekejap. Bukan dengan cara yang halus. Sifatnya berbanding terbalik dengan Mikhail. Jika merindukan Mikhail, Silvana seharusnya bisa menemukan sosoknya yang menghilang dalam diri Cyde.

Kenapa? Apa karena Sira? Karena Sira mencintai Var? Lalu bagaimana dengan Silvana? Apakah semua ini hanya karena dirinya mengikuti arus?

"Pangeran Mikhail dibunuh di Kith.. sampai sekarang tidak diketahui siapa yang berani-beraninya merebut dia darimu."

Hentikan.

Semakin Silvana menyangkal kejadian-kejadian di Kith, dia justru semakin merasa bersalah pada Mikhail.

Berjam-jam gadis itu meringkuk di kamarnya, melewatkan waktu tidur dan melamun. Dia bahkan lambat menyadari cahaya pagi telah menerobos ke celah tirai. Sekujur tubuhnya, terlebih batinnya merasa amat lelah.

Apa yang sesungguhnya Silvana lakukan di sini?

Kesadarannya kembali ketika pintu kamarnya diketuk. Seseorang di luar harus mengetuk berulang sebelum akhirnya Silvana membukakan pintu. Ada tiga orang di hadapannya kini. Keadaannya hampir sama seperti saat Lilac menyuruh beberapa siswa menjemput Silvana. Mereka tidak menerima penolakan. Digiringnya Silvana keluar tanpa memberi kesempatan gadis itu untuk bersiap.

Sepanjang perjalanan mengikuti mereka, pikiran Silvana kosong. Hanya tubuhnya yang bergerak, sementara benaknya melayang entah ke mana. Dia pun hanya berkedip pelan saat mereka mengarahkannya masuk ke sebuah ruang.

Ruang dewan komite dengan belasan siswa tingkat akhir yang rupanya telah menunggu gadis itu.

Silvana duduk di tengah-tengah ruang, sementara orang-orang itu memperhatikannya. Wajah-wajah yang dingin. Silvana masih belum mengerti alasan mereka membawanya ke sini, jadi yang bisa dia lakukan kini hanyalah menunggu. Tanpa bisa dicegah, pelupuk matanya mulai tergenang air—karena lelah, juga rasa yang berkecamuk di hati.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now