12. Friend

11.5K 1K 15
                                    

Quon menghela napas lesu. Sudah kesekian kalinya pagi ini, sampai-sampai Ana penasaran. Di pelajaran pertama saja ramuan yang dibuat Quon meledak, cairannya meluber ke mana-mana. Dan yang lebih parahnya lagi: ramuan yang berbentuk menyerupai lendir berwarna hijau itu bergerak-gerak di atas lantai. Baunya menyengat memenuhi seisi ruangan. Entah apa yang gadis itu campurkan di dalam ramuan racikannya saat merebus tadi. Padahal seharusnya ramuan itu dipakai untuk menghilangkan bekas luka.

Guru yang mengajar sempat menegur Quon yang terlihat sama sekali tidak bisa berkonsentrasi, namun gadis itu hanya menanggapi linglung. Ana berspekulasi kalau Quon masih mengantuk. Dugaannya berasal dari rona kehitaman di bawah kantung matanya, juga bekas sembab di pinggiran mata.

Quon pun menghilang sebelum jadwal terakhir mereka dimulai.

Diam-diam gadis itu menyelinap lagi ke Zaffir tanpa seorang pun tahu. Quon mendatangi sasana setelah merangkak di bawah semak-semak. Ketika tidak dilihatnya ada orang selain dirinya di luar, Quon mengintip. Bunyi membalun, hentakan kaki, serta hantaman pukulan tangan menyambutnya saat mendorong sedikit jendela. Pandangannya mengedar, tapi sayang dia tidak menemukan sosok Var di antara mereka.

Quon melihatnya kemarin, namun dia tidak punya kesempatan menghampiri laki-laki itu. Hal yang sama juga dialaminya di hari sebelum itu. Sayangnya hari ini dia gagal lagi menemuinya.

Tubuh gadis itu memberingsut duduk di atas tanah. Kedua kakinya ditekuk lalu dipeluknya erat.

Sepertinya dia telah salah langkah. Quon memang telah mempersiapkan diri menerima apa pun kata-kata buruk laki-laki itu, tapi sekarang justru dirinyalah yang mati kutu. Var tidak mengacuhkannya. Dia selalu kebetulan pergi saat Quon datang di tempat laki-laki itu biasanya berada.

Terlepas dari apa yang Quon akui hampir seminggu lalu, Var terang-terangan menegaskan kalau dia tidak ingin terlibat. Dia sangat marah, merasa kalau Quon telah mempermainkannya. Kisah sedih Quon tidak berarti apa pun. Wajah dingin Var tidak tergantikan. Tapi yang aneh adalah, meski dia tahu Quon berada di balik hancurnya arena pertarungan Zaffir, Var tidak melakukan tindakan yang akan memojokkannya. Padahal laki-laki itu bisa saja mengadu, dan Quon bisa sewaktu-waktu ditangkap.

Sesuai janjinya, Quon membawa Var ke tempat dia menemukan berlian-berlian kelam itu. Tapi sebelum Quon memaparkan lebih jauh, Var memusnahkan semuanya tanpa sisa. Dia benar-benar tidak tertarik menggunakan kekuatan magis benda itu.

"Sepertinya kau salah paham," ucap Var pada Quon waktu itu. "Aku menolongmu, bukan berarti kau punya celah untuk melibatkanku. Kau bisa kembali membenciku, seperti yang dilakukan orang-orang Vighę pada orang Kith. Yang pasti, aku tidak tertarik kotak pandora yang kalian sembunyikan dan juga kalian inginkan di saat yang sama."

Quon tidak bisa membalas apa pun pernyataan laki-laki itu. Dia hanya diam bergeming setelah Var memusnahkan semua berlian yang mereka temukan. Quon bahkan tidak bisa menoleh padanya lagi saat Var pergi meninggalkannya.

Dan kini hanya satu yang tersisa, namun Var tidak akan bisa menemukannya.

Lagi-lagi Quon mendesah. Memutuskan menyerah, gadis itu bangkit berdiri sambil menepuk-nepuk bagian bawah rok yang kotor. Sebaiknya dia kembali ke Emerald, memikirkan cara lain.

Namun baru saja kakinya menjulur keluar dari semak, seekor kuda tiba-tiba memekik nyaring. Quon menoleh dan seketika terkesiap keras. Sepasang kaki depan kuda itu terangkat tinggi persis di atas kepalanya! Tampaknya dia kaget karena Quon muncul tiba-tiba dan seakan menghadang jalannya. Quon kontan terjatuh ke belakang, refleks melindungi kepalanya dengan kedua tangan yang menyilang. Untung saja benturan yang Quon bayangkan sama sekali tidak terjadi.

Gadis itu mengerjap-ngerjap kaku sebelum mendongak.

"Hei! Kau gila melompat seperti itu, hah?!" bentak seorang laki-laki—bukan si Penunggang kuda yang nyaris menginjak Quon. Bahkan ada tiga ekor kuda yang ada di hadapan gadis itu saat ini.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now