31. Miracle

6.6K 824 51
                                    

Usianya masih empat belas tahun, namun dia mengemban beban yang berat sebagai Putra Mahkota Raveann. Negrissar Harran merupakan anak ketiga Raja Raveann. Dua kakaknya yang mana putri Raveann telah menikah, meninggalkan dia seorang diri sebagai penanggung jawab kerajaannya sebagai penerus raja. Negrissar tergolong cerdas dibanding anak-anak seusianya, namun mentalnya tidak begitu kuat.

Saat seorang kurir mengantarkan surat yang mengabarkan kedatangan Argent Burö dalam waktu dekat, dia meringkuk tegang di ruang kerja. Entah ini kebetulan atau tidak. Masalah-masalah muncul secara beruntun. Belum selesai masalah soal perompak, utusan kerajaan dari Kith menuduh mereka bersekongkol dengan bajak laut tersebut, dan kali ini, Vighę berpikir Raveann punya andil dalam hilangnya Putri Burö.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Negrissar takut.

Yoyakhin—tangan kanan keluarga raja—memandangnya cemas.

"Yang Mulia tidak akan sendiri. Kabarnya Dalga juga akan menyertai mereka," katanya demi menenangkan Negrissar.

"Benarkah? Tapi.. jika sampai dia meninggalkan Gihon, bukankah ini benar-benar menjadi masalah yang gawat? Apa yang harus kukatakan pada mereka supaya mereka percaya padaku? Ayahanda sedang tidak sehat.."

"Yang Mulia.."

"Tidak boleh ada perang, Yoyakhin. Raveann dan Vighę sudah ratusan tahun menjadi sekutu. Hubungan ini tidak boleh rusak ketika aku menjadi raja baru.."

"Kami tidak akan membiarkan hal itu." Yoyakhin, pria yang berusia hanya beberapa tahun di bawah Raja Raveann itu kemudian mendekat pada Negrissar. Sosoknya menjadi figur ayah yang lembut bagi Negrissar. Pelan, diraihnya tangan pangeran muda itu lalu mengusapnya. "Hamba-hambamu akan mencari Gadis Perak di sudut mana pun di Raveann. Mereka tidak akan mengecewakanmu, Yang Mulia. Kita hanya harus menunggu dengan sabar."

Negrissar mengangguk. Kontak mata mereka terputus saat bunyi derit pintu yang dibuka mengalihkan perhatian keduanya. Seorang prajurit yang mengenakan zirah melangkah cepat menghadapnya. Rongga dadanya naik turun, dan dia pun menunduk sekilas pada Negrissar.

"Yang Mulia, Salazar Vigö-Ar berangkat ke Kith. Bersama tentaranya, dia bergabung dengan Kith demi mencari otak para perompak."

Ketenangan yang baru sesaat lalu Negrissar dapatkan seketika menguap habis tanpa sisa.

"Kenapa Hurdu sampai ikut campur?" Kelopak mata Negrissar berkedut bingung sekaligus panik. "Salazar bukan orang yang akan membantu tanpa mengharap keuntungan. Kenapa dia membantu Kith padahal..." Tiba-tiba saja dia tersentak.

"Yang Mulia?" Yoyakhin mengerutkan kening.

Negrissar menggebrak meja lantas meremas kertas-kertas yang bisa dia raih. Penat di kepalanya semakin menjadi-jadi. Benaknya kemudian memutar semua laporan yang dia terima dari orang-orangnya baik di Raveann maupun di Kith. Rumor yang beredar mengatakan jika kapal-kapal perompak itu berasal dari Raveann. Penjagaan terkesan lemah sehingga mereka menyembunyikan kapal-kapal itu di suatu sudut di Raveann. Hasil jarahan juga diperjualbelikan di Raveann, meski sampai sekarang Negrissar tidak pernah tahu siapa yang membelinya. Dan terakhir.. hilangnya Gadis Perak di tengah perjalanannya ke Taruhi.

"Apakah aku.. terlihat sangat lemah di mata mereka?" Negrissar memandang nanar pada Yoyakhin.

"Yang Mulia?"

Ghaloth dan Salazar sepertinya memang tengah bersekongkol demi menjatuhkan Negrissar, dan yang lebih buruk, memaksa anak yang masih belia itu berada di tengah-tengah bubuk mesiu yang menggunung. Tinggal siapa yang bertugas menyalakan api. Dan jika Raveann jatuh, Hurdu dan Kith akan ganti mengarahkan perhatian mereka pada Vighę.

Silver Maiden [Terbit]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum