16. Trap

10.7K 1K 18
                                    

Selesai mengikatkan tali di bagian pinggang, Quon menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Semua helai pakaiannya berserakan di ujung tempat tidur—semuanya. Melihat tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di tempat itu, membuat Quon semakin yakin siapa yang telah menanggalkan pakaian yang mulanya melekat di tubuhnya. Dia menelan ludah. Canggung. Apakah Var masih di luar menunggunya? Gadis itu lalu melangkah keluar.

Angin dingin yang disebabkan titik-titik salju yang berjatuhan menerpa wajah Quon. Entah sudah berapa lama waktu yang terlewat saat dia tidak sadar. Saat ini, pekarangan tempat mereka berada telah tertutup salju. Quon melihat Var berdiri memunggunginya di luar. Laki-laki itu membiarkan tubuhnya tertimpa butiran-butiran salju. Dia juga menengadahkan tangan kanannya demi merasakan serat halus salju yang meleleh.

Var sepertinya tidak sadar Quon telah berdiri di belakangnya. Dia masih tetap bergeming. Barulah saat Quon memberanikan diri mendekat, Var menoleh. Sungguh, Quon merasa sulit bernapas ketika balas menatap iris matanya yang kelam itu. Terlepas dari apa yang mereka katakan soal fisik orang Kith yang biasanya berperawakan kasar, dalam diri Var, Quon juga menemukan kelembutan. Dia mungkin seringkali bersikap tidak acuh pada sekeliling, namun Var juga tahu persis bagaimana melakukan sesuatu dalam situasi tertentu.

Terutama pada kejadian semalam...

Dia tahu, batin Quon mengingat apa yang terjadi padanya. Rupanya butuh waktu sebentar sampai orang seperti Ren Siclér-Ar mulai bertindak. Ren ingat wajah gadis itu dan ketenangannya mulai terusik. Siapa lagi orang di Gihon yang berani membunuh jika mereka tidak pernah terlibat di situasi yang amat buruk sebelumnya?

Haruskah Quon juga memberitahu Var tentang ini?

"Di mana kita?" tanya Quon setelah Var tidak kunjung melepaskan tatapan keduanya. Kelihatan jelas laki-laki itu sedang sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Yang pasti, Quon ada di dalamnya.

"Penghuninya sedang pergi. Ini rumah kosong," jawab Var singkat. Dia mengarahkan pandangannya ke arah lain, terutama garis atas tembok yang mengelilingi tempat itu. Var sudah mengitari rumah itu sebelumnya, dia pun menemukan gerbang depan. Tapi akan sangat beresiko jika keluar dari sana. Var juga tidak boleh sembarangan menggunakan kekuatannya untuk melompat tinggi seperti semalam.

"Kita akan kembali ke Gihon sekarang? Kau sendiri tahu gerbangnya tidak akan terbuka selain di sore hari. Kecuali kau ingin mengacau."

Var mengernyit lalu menatap Quon tajam. Kelihatannya gadis itu tidak ingin cepat kembali. Namun kata-katanya benar. Mereka tidak akan bisa masuk ke Gihon jika gerbangnya tidak dibuka dari dalam. Semalam Var memang bisa dengan mudah keluar. Tapi waktu itu sekelilingnya gelap sehingga kemungkinan kecil ada orang yang mengenalinya.

Quon dan Var sebenarnya tengah punya pikiran yang sama: bermacam-macam pertanyaan berdesakan dalam benak keduanya.

Var membalikkan badan seraya menutup mata. Saat sepasang mata itu terbuka, penglihatannya menembus dinding di depan. Di luar tepat pekarangan samping terdapat jalan kecil. Var sudah beberapa kali mendengar langkah kaki orang di sana, jadi dia harus memastikan lebih dulu sebelum pergi. Var tidak ingin kelihatan seperti pencuri. Dan sejauh matanya melihat tidak ada orang yang akan lewat, laki-laki itu berbalik lagi pada Quon. Tangannya mengulur.

"Kenapa?" tanya Quon bingung.

"Kita harus segera pergi dari sini sebelum orang lain datang." Nyatanya Var tidak perlu menunggu balasan gadis itu. Dia tiba-tiba menarik tangan Quon sebelum menyentak tubuhnya ke dalam dekapan. Dia bahkan tidak memberi kesempatan Quon untuk sekedar menghela napas.

Var melompat. Tubuhnya menjadi amat ringan dan melayang tinggi di udara. Mereka bergerak diam-diam melewati atap-atap rumah. Barulah sesampainya mereka di gang sempit, Var menurunkan Quon. Tidak banyak orang di sana, hanya beberapa yang berlalu lalang. Sepertinya karena tumpukan salju yang tebal, mereka lebih memilih berdiam dalam rumah.

Silver Maiden [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang