10. Breath

12.6K 1.1K 19
                                    

Sementara Var melangkah enggan, gadis yang berlarian di sekitarnya kali ini seperti sedang punya energi berlebih. Quon terkadang berlari kencang hingga berada jauh di depan Var. Gadis itu lalu berhenti melihat barang-barang dagangan yang dipajang. Ada kalanya Quon akan kembali mengitari Var—seperti tawon mengelilingi sarang. Namun ekspresi Var tidak berubah.

"Kenapa kita harus melewati pasar?" tanya Var, lebih seperti menggumam pada diri sendiri.

"Tentu saja kita harus melewati pasar." Quon menanggapi. "Setelah melalui Xerokh, kita akan mengambil arah ke Tiberi."

Untuk Var yang adalah orang asing di Vighę, Xerokh mungkin satu-satunya akses keluar masuk di negeri itu. Padahal dia pikir, Quon yang adalah orang Vighę asli akan tahu jalur lain. Vighę sendiri dikelilingi tebing-tebing yang menopang hutan hujan. Sampai sekarang Quon belum memberi tahu di bagian mana hutan yang dirinya masuk.

Var tidak mengerti kenapa dia harus mendengarkan Quon. Selain untuk mencari tahu di mana gadis itu menemukan berlian-berlian aneh yang mengusik pikirannya, Var merasa bodoh sekali dengan mengekor Quon. Rasanya seperti pengasuh yang mengawasi anak-anak.

 Rasanya seperti pengasuh yang mengawasi anak-anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka tidak hanya berdua. Var juga membawa Nii. Kuda jantan berbulu cokelat gelap mengilap itu menurut patuh saat dituntun. Dia sangat gagah. Quon bahkan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Berkali-kali dia bertanya pada Var kapan dia boleh menunggangi makhluk manis itu. Var mungkin harus berterimakasih pada Quon, karena berkat gadis itulah Var seolah diingatkan untuk membawa Nii jalan-jalan.

Quon melangkah cepat menghampiri Var dengan membawa sebungkus mandu yang masih mengepul. Dia mengeluarkan satu buah lalu membaginya menjadi dua bagian. Disodorkannya setengah pada Var, namun laki-laki itu tidak bereaksi—melirik pun tidak.

"Tempatnya sangat jauh, jadi sebaiknya kau mengganjal perutmu biar sedikit," kata Quon. Tapi pada akhirnya Var masih tidak mengacuhkannya. Perhatian gadis itu lalu beralih pada Nii. Tanpa Var melihat, dia diam-diam memberikan sepotong kecil mandunya pada Nii.

"Jadi.." Var akhirnya berbicara saat mereka melihat gerbang Xerokh dari kejauhan. "Kau menemukan berlian itu di hutan."

"Mm." Quon mengangguk.

"Apa yang kau lakukan di sana?"

Itu pertanyaan yang tidak diantisipasi sebelumnya oleh Quon. Raut wajahnya sempat berubah tegang, kebetulan saat Var meliriknya. Namun hanya sedetik kemudian, muka polosnya kembali. Dia menoleh pada Var dan tersenyum.

"Aku tinggal di sana," jawab Quon tampak tanpa beban.

Var mengernyit. "Kau tinggal di hutan?"

"Saat kau menginginkan ketenangan juga pemandangan yang bagus, kau juga akan memilih tinggal di sana. Tidak jauh dari Tiberi, ada pemukiman kecil. Pengembara dari Raveann atau Ranoor kadang menginap di sana kalau langit sudah terlanjur gelap dan mereka masih berada cukup jauh dari Xerokh," papar Quon. "Tapi kurasa itu tidak berlaku bagi orang Kith."

Silver Maiden [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang