5. Thread

16.1K 1.4K 13
                                    

Quon mengerang. Tubuhnya berguling sekali padahal berada tepat di tepian ranjang. Langsung saja dia menghempas ke atas karpet bersama selimut yang tebal. Matanya mengerjap lalu mengedar ke sekeliling sambil mengusap-usap rambutnya yang semrawut. Quon berdiri setelah menaruh gulungan selimutnya lagi ke atas tempat tidur. Gadis itu kemudian mendekat ke cermin.

Wajahnya bersih. Tubuhnya juga. Quon terdiam saat mengingat apa yang terjadi kemarin. Dia pun menyingkap sedikit baju tidurnya, mendapati luka yang melintang di sana telah mengering.

Jadi sekarang dirinya telah berhutang pada seorang Kith? Quon tersenyum sinis. Kenapa laki-laki itu justru membantunya begitu jauh, sementara dia punya pilihan untuk tidak peduli? Tapi kalau diingat-ingat, memang Quon yang menyeretnya terlibat lebih dulu. Var mungkin tidak seburuk yang ditakutkan anak-anak Vighę.

Menghela napas panjang, gadis itu lalu mengenakan jubahnya. Hari sudah beranjak siang. Sangat terlambat jika dia memaksa mengikuti pelajaran ramuan. Namun itu justru membuat senyum Quon tersungging. Dia bisa melewatkan semua pelajaran hari ini hanya untuk berkeliling.

Quon membuka pintu kamarnya. Kepalanya menjulur keluar dengan hati-hati. Lorong kamar-kamar asrama siswa putri medis sangat lengang. Alisnya terangkat melihat seorang wanita mendorong troli di ujung, kemudian sosoknya menghilang di balik tembok. Baru setelahnya Quon keluar. Senyumnya mengulas lagi sebelum berlari-lari kecil ke tempat yang terlintas dalam benaknya.

***

"Kau tidak akan memberitahuku?"

Tongkat Var membalun tiap dua detik pada boneka kayu tidak berwajah. Materi ketangkasan telah selesai sekitar satu jam yang lalu, menyisakan beberapa titik memar di tubuh semua siswa. Var dan Rife pun tidak terkecuali. Rife sempat terpancang kawat duri, sedangkan bahu Var membentur karang. Var yang tidak pernah sudi tubuhnya diambil alih rasa sakit kemudian membuat dirinya terbiasa dengan memukuli patung.

"Soal apa?" Var balik bertanya. Setiap tongkat dia hantamkan, saat itu juga rasa ngilu menyerang pundaknya.

"Soal bocah yang dituduh mencuri kemarin." Rife duduk di atas tiang yang lumayan tinggi. Kakinya mengayun hingga tiang itu bergoyang, tapi laki-laki itu tidak sedikit pun khawatir akan jatuh. Dia menggigiti sebutir apel. "Kau menculiknya."

"Siapa pun tidak akan sudi menculik bocah yang seperti gelandangan."

"Kecuali seseorang tahu apa yang dia curi."

Var memang menyadari ada yang tidak beres dengan sesuatu yang Quon bawa. Tapi sedikit pun dia tidak menyangka kalau gadis itu tengah menyembunyikan kantong kecil yang penuh dengan berlian. Di mata orang biasa, benda itu cantik karena sangat berkilau saat memantulkan cahaya. Tapi untuk Var, berlian itu mengandung sesuatu yang ganjil.

Quon bisa saja mencurinya. Terlepas dari pengakuan gadis itu, Var tergelitik untuk mencari tahu di mana sebenarnya berlian-berlian itu ditemukan. Apakah ada tambang berlian di Vighę? Logam dan batu berharga lebih sering dihasilkan di Hurdu—yang mana memiliki lebih banyak tempat yang belum dijamah. Var ragu kalau Quon bisa menemukannya dengan begitu mudah. Atau jangan-jangan hal itu ada hubungannya dengan luka di perut gadis itu?

"Kau tidak melakukan hal yang aneh tanpa sepengetahuanku kan?" tanya Rife yang mengernyit menatap ke bawah.

Var memutar bola matanya. Laki-laki itu memutar tongkatnya sebelum menghujamkan ujungnya sampai menancap ke tanah. Napasnya mulai terasa berat. Dia harus berhenti agar jangan sampai Rife mengolok-oloknya hanya karena jatuh kelelahan.

Masih tersisa tiga hari sebelum uji pertarungan awal untuk para siswa baru. Var memandang ke sekitar di mana beberapa anak juga menggunakan fasilitas untuk berlatih di sana. Sama sepertinya, mereka juga tidak ingin tersisih dalam waktu yang amat singkat. Padahal selain berlatih fisik, mereka juga diajarkan untuk belajar strategi perang. Ironis memang mengajarkan bibit-bibit seperti mereka untuk berperang, padahal nantinya mereka akan kembali ke negerinya sendiri dan mencoba menghancurkan negeri lain.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now