27. Guilty

7.3K 839 25
                                    

Ren menelusuri jalan-jalan dengan lubang-lubang kecil yang digenangi air. Hujan rintik turun di jantung Hurdu malam itu. Sehari setelahnya, begitu seluruh siswa Gihon mengetahui soal Quon, Ren menginstruksikan mereka semua untuk kembali ke Vighę. Meski waktu penugasan mereka belum usai, siapa pun tidak akan mendebat keputusannya karena hal sebesar itu terjadi. Seseorang juga memberitahu Ren jika Var membawa tubuh Quon bersamanya.

Apakah dia tahu atau tidak? Ren terus-terusan menanyakannya dalam hati. Var datang dan tiba-tiba menyerang Ren saat mereka bertemu. Sekarang kalau dipikir-pikir.. pandangannya waktu itu sedikit aneh. Ren pun kembali ke tempat kejadian dan mendapati semua pengawalnya mati dengan kondisi mengenaskan. Apakah Var yang membunuh mereka semua? Apakah sebelum menghabisi mereka, laki-laki itu mencoba mencari tahu apa yang terjadi?

Kedua rahang Ren saling menekan keras. Var muncul di saat-saat yang buruk. Ren tidak menyangka semuanya akan jadi serunyam ini.

Ren yang tengah menunggangi kuda beserta dua pengawalnya yang ikut serta akhirnya sampai di depan gerbang sebuah manor. Para prajurit yang berjaga langsung mempersilakannya masuk. Di muka kastil itu, seorang pelayan pria menyambutnya sopan sekaligus kaku. Dia juga menghindari kontak mata saat bicara pada Ren.

"Yang Mulia Pangeran telah menunggu di dalam," katanya.

Salazar Vigö-Ar, batin Ren menyebut nama Putra Mahkota Hurdu tersebut. Laki-laki yang berambisi menaklukkan kerajaan Oltra yang lain supaya tunduk di bawah kakinya. Ambisi yang jauh lebih besar dari segala hal yang telah dilakukan Raja Hurdu saat ini. Kabarnya Salazar diam-diam membentuk persekutuan gelap dengan Ghaloth. Upeti yang dipertukarkan makin bertambah banyak.

Ren kemudian beralih ke ruang perapian yang temaram. Di sana, Salazar dan ayah Ren-Rado tengah duduk saling berhadapan sembari menikmati secawan anggur. Salazar menoleh padanya. Ren pun lantas menundukkan kepalanya sekilas.

"Sepertinya segala hal menyangkut Gihon membuatmu amat lelah," ujar Salazar. "Kudengar mereka buru-buru kembali ke Vighę setelah ada salah satu yang mati. Apa itu benar?"

"Ya," jawab Ren pendek.

"Darimana asalnya? Apa dia bangsawan?"

"Vighę. Dia bukan bangsawan."

"Melegakan sekali." Salazar memutar-mutar cawannya sehingga anggur di dalamnya bergolak. "Siapa pun yang berasal dari Vighę lalu mati di negeri lain sepertinya bukan masalah besar-tidak setelah Mikhail mati setahun yang lalu. Bahkan untuk menjaga seorang gadis saja, mereka tidak bisa." Kata-katanya menyinggung Gadis Perak yang juga menghilang semenjak kematian Mikhail. "Jika salah satu dari kita bisa sedikit lebih pintar untuk melenyapkan Argent Burö, mereka akan tamat saat itu juga."

"Raveann dan Ranoor juga menjaga Vighę," sambung Rado. "Jika menginginkan Vighę, maka kita juga harus menghadapi keduanya sekaligus."

Salazar tersenyum. "Kurasa tidak akan lama lagi," ujarnya tanpa ada yang mengetahui maksud laki-laki itu secara pasti.

Ren datang di saat yang bersamaan ketika Salazar dan Rado selesai berbincang soal Vighę dan Kith. Ghaloth diam-diam semakin mencengkeram begitu dalam. Dia terkesan terlalu tenang di saat istana Kith kalut dengan keadaan permaisuri. Permaisuri Kith dulunya adalah satu-satunya putri Ratu Larөa di antara tiga pangeran keturunannya. Kematiannya akan memberikan efek yang buruk. Ghaloth tengah mengorbankan satu hal yang dianggapnya kecil demi tujuan yang lebih besar.

Gadis Perak... Berulang kali Salazar menggumamkan sebutan itu. Di mana sebenarnya gadis itu disembunyikan? Ghaloth dan Salazar sebenarnya memiliki pemikiran yang sama. Namun Salazar lebih memilih berdiam dahulu demi mengetahui sejauh mana Ghaloth akan bertindak.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now