72. A Speck of Light

6.4K 660 90
                                    

Seekor gagak terbang ke istana Kith. Di salah satu menara lonceng, Ghaloth telah menanti. Dengan jari telunjuk, dia membiarkan sang Gagak bertengger. Ghaloth mengambil gulungan kertas kecil yang diikat pada kaki burung pengintainya. Pria itu tersenyum membaca pesan singkat yang dikirimkan mata-matanya—pengkhianat dari Ranoor.

"Bagaimana ini?" kata Ghaloth yang telah kembali ke ruang utama.

Salazar tengah melatih kekuatan genggaman tangannya pada sebuah kapak yang besar. Ada dua sisi tajam yang melengkung. Salazar terus saja memutarnya, menganggap kapak itu sebagai tongkat biasa. Apabila fokusnya terganggu sedikit saja, kapak itu bisa langsung memotong jarinya. Namun dia tidak bereaksi begitu mendengar suara Ghaloth.

"Bernaĕr mungkin seorang idiot seperti katamu."

Salazar mengernyit. Jemarinya berhenti memutar kapak. Menegakkan punggungnya, dia menoleh pada Ghaloth. Membicarakan Manuel Bernaĕr di kabar terbaru, berarti Ranoor telah bergerak. Jenderal sepertinya merupakan pria yang amat loyal melindungi negeri, terlebih pada Raja Ranoor. Jaringannya juga rekat pada Raveann dengan pengaruh Nagissa Harran.

"Dia benar-benar mengincar bentengku?" tebak Salazar mengangkat alis.

"Ya." Ghaloth membenarkan. "Dan mereka merakit bola peledak yang besar," imbuhnya.

"Peledak?"

"Kau akan terkejut. Ini tidak akan berjalan semulus perkiraanmu. Berapa prajuritmu yang tersisa di sana?"

Tiba-tiba saja Raja Hurdu itu tertawa. "Tenang saja, Ghal. Pasukanku yang ada di sini tidak ada apa-apanya dengan pasukanku yang tersebar di garis perbatasan. Mereka harus tetap menjaga pelontar." Sesuai namanya, mesin kayu yang dirakit tinggi dan besar itu berfungsi sebagai pelontar. Bongkahan batuan yang terpasang akan dilempar jarak jauh dengan kerusakan maksimal—bahkan mampu menghancurkan tengkorak mammoth sekalipun.

"Bagaimana jika mereka telah cukup dekat?" Ghaloth masih menguji laki-laki itu.

Hurdu adalah kerajaan terbesar di Oltra. Ghaloth tidak meragukan jumlah serta kemampuan tentaranya. Namun tetap saja Manuel Bernaĕr terkenal dengan kecerdikannya merancang strategi. Kalau bukan di daratan, Ranoor tidak akan kesulitan menyerang dari teluk di timur.

"Akan kukirimkan orangku ke timur Hurdu, jika kau cemas," balas Salazar tenang. Kartu truf miliknya adalah Clao. Dia bisa mengacaukan pandangan para prajurit Ranoor menggunakan cara yang sama seperti kejadian perompak di pulau Phranoa.

"Tidak perlu."

Ghaloth dan Salazar kompak meneleng ke arah yang sama. Quon berceletuk pelan, tapi mampu menarik perhatian kedua orang itu dalam sekejap. Gadis yang mulanya tengah duduk malas pada kursi tebal yang hangat itu telah berdiri tegak. Tanpa membalas tatapan Ghaloth dan Salazar, dia melangkah ke balkon di mana pintunya tengah terbuka lebar.

Sudah tiga hari terlewat sejak Quon menghancurkan Taruhi, serta membantai habis semua cenayang di sana. Raveann kalut. Raja Ranezarr telah kehilangan satu sayapnya. Dengan pasukan yang bukan tandingan prajurit Kith dan Hurdu, para menteri pasti akan mendesaknya mengirim pergi Negrissar Harran untuk berlindung—mungkin ke Ranoor atau Larөa. Ranezarr sendiri tidak akan bersedia meninggalkan istananya. Ghaloth akan bisa membunuhnya dengan mudah.

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Ghaloth yang tidak sabar menanti ide Quon.

"Meledakkan istana Ranoor..," gumam gadis itu. Belum sempat Salazar menerka apa yang hendak dilakukannya, guncangan melanda tempat mereka berada sekarang.

Cahaya putih dari Quon meledak hingga Ghaloth dan Salazar refleks memejamkan mata. Sebelum kedua pria itu mampu beradaptasi dengan keadaan sekeliling yang begitu terang, embusan angin yang kuat menerpa mereka. Ghaloth yang cepat tanggap langsung melangkah cepat keluar balkon. Quon telah lenyap dari pandangan keduanya. Ghaloth mendongak, menemukan sosok bersayap itu ternyata memijakkan kaki di atas menara kastilnya.

Silver Maiden [Terbit]Where stories live. Discover now